° Two °

Sudah berapa waktu berlalu, rumor dan gosip yang ditujukan pada Mei semakin mereda. Seperti yang sudah ia duga sebelumnya, tentu orang-orang akan melupakan cerita kacangan macam itu seiring waktu berjalan. Meskipun terkadang Kevin masih mendekatinya-tetapi, orang-orang sudah tidak lagi membicarakan Mei dan menganggap proses 'pendekatan' Kevin dengan Mei adalah hal normal.

'Ah, akhirnya aku mendapatkan kembali kehidupanku yang damai.'

Setidaknya, begitulah pikir Mei beberapa menit lalu.

Sebab, barusan sekali ia dihadang oleh sosok laki-laki yang sama ketika sedang berjalan menuju perpustakaan setelah waktu pulang sekolah telah tiba. Tatapan laki-laki itu padanya tidak berubah-masih dipenuhi rasa 'suka' yang tampak menggebu-gebu.

"Halo, Mei~ Beruntung sekali bisa bertemu denganmu di sini!"

Gadis itu hanya bisa menepuk keningnya ketika mendengar suara Kevin yang begitu menyebalkan baginya. Mei tak habis pikir, memangnya Kevin menganggap nada bicaranya itu keren? Sebaliknya, Mei malah merasa risih. Gadis berkacamata itu menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan.

Oh, ingin sekali Mei menampar wajah tampan Kevin, terutama ketika ia mengedipkan sebelah mata padanya-yang membuat Mei bergidik antara ngeri atau ... jijik? Mei tidak tahu.

'Inikah sifat Kevin yang disebut-sebut sebagai 'pangeran' sekolah? Lama-lama aku jadi risih.'

Mei ingin mengabaikannya. Tetapi, tidak sopan jikalau ia tidak membalas sapaan Kevin. Ia hanya menganggukan kepalanya, kemudian membalas sapaan laki-laki itu, "Halo, Kevin."

Hanya dua kata, tetapi cukup untuk membuat wajah Kevin menjadi begitu cerah, netra birunya berbinar-binar kegirangan. "Ah! Kau menyebut namaku!"

"... Memangnya tidak boleh?" tanya Mei keheranan, tidak mengerti atas balasan yang diberikan oleh Kevin.

"Bukan begitu, Mei~" Senyuman ceria lagi-lagi terukir di wajah rupawan laki-laki itu. "Aku senang kau akhirnya menyebutkan namaku!"

"Ini pertama kalinya, lho! Selama ini kau selalu menyebutku dengan 'kau', tanpa pernah memanggilku dengan nama."

Sebagai sosok yang selalu berpikir rasional, Mei bingung mendengar penyataan Kevin. Kenapa ia segirang itu hanya karena dirinya menyebut namanya? Padahal, tidak ada yang spesial hanya dengan itu.

"Oh, begitu." Sebagai bentuk kesopanan, Mei menjawab dengan kalimat itu dan tersenyum tipis.

Kevin memandang Mei yang tersenyum sangat tipis itu. Jantungnya seketika berdebar kencang, sosok Mei di matanya saat ini sangatlah manis. Kevin menyukainya, semburat merah tipis terpampang di wajah laki-laki itu. Satu kata lolos dari bibirnya, "Cantik."

"Siapa?"

"Kau, Mei. Saat kau tersenyum, kau sangat cantik."

Andaikan Kevin mengatakan kalimat itu pada gadis-gadis lain yang mengaguminya, sudah pasti sang gadis akan terkesima dan tak mampu berkata-kata.

Namun, karena gadis itu adalah 'Mei', maka reaksinya tentu akan jauh berbeda dari yang ia bayangkan.

"Oh, terima kasih." Jawaban yang singkat, seperti biasa. Mei sudah tidak ada keinginan untuk memperpanjang perbincangan mereka, maka ia mulai melangkah untuk pergi ke tempat tujuannya di awal. "Aku permisi. Aku mau pergi ke perpustakaan."

"Oh, kebetulan aku juga mau ke perpustakaan. Boleh aku ikut denganmu?" tanya Kevin bersamaan dengan senyum ramah terpampang di wajahnya.

'Bohong.'

Mei mengetahui satu fakta; bahwasannya Kevin lebih tertarik ke bidang olahraga dibanding menghabiskan waktu di perpustakaan dengan tumpukan buku. Mei tahu, laki-laki itu takkan pergi ke perpustakaan kecuali dengan alasan tertentu-dan sialnya, alasan itu adalah karena ia pergi ke perpustakaan, dan Kevin ingin mengikutinya.

Namun, Mei enggan memperpanjang masalah dengan mengajaknya berdebat. Oleh karena itu Mei mengiyakannya. "Ya, silakan saja."

Toh, Mei tinggal memilih tempat duduk yang jauh dari Kevin. Meskipun ia mengikutinya pun, setidaknya Kevin takkan bisa banyak bicara di dalam perpustakaan, kecuali ia ingin pengawas perpustakaan menendangnya keluar.

Tanpa menoleh lagi, Mei melanjutkan perjalanannya. Raut wajah Kevin menjadi berseri-seri. Ia menyusul langkah Mei dari belakang dan tersenyum riang sepanjang perjalanan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top