2 - Noelle
"Sir Kaeya!"
Sang kapten kavaleri memasang senyum khasnya di wajahnya. "Pagi, Noelle. Seperti biasa, kamu sudah bekerja sejak pagi ya."
"Ah, begitulah," Noelle menjawab, malu usahanya lagi-lagi dilihat oleh sang kapten. Ia meletakkan keranjang cucian dari asrama para ksatria untuk memberikan salam khas Ksatria Favonius, yang dibalas oleh Kaeya dengan senyuman yang masih menempel di wajahnya. Hampir saja Noelle menjatuhkan semua cucian yang ada. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan Kaeya sepagi ini di depan markas para ksatria. "Sir Kaeya sendiri? Setau saya, Sir Kaeya biasanya baru masuk jam tujuh pagi. Oh! Apa Sir Kaeya sedang mencari penutup mata yang sudah kering?"
"Haha, bukan, Noelle. Santai saja. Oh ya, soal penutup mataku, terima kasih banyak telah mencucikannya kemarin ya. Taruh saja di mejaku kalau kamu sudah sempat," Kaeya membalas. Ia sampai harus meletakkan tangannya di kepala Noelle--kalau tidak, pelayan eksklusif Mondstadt itu akan kembali bergerak untuk melakukan sesuatu. Gadis yang satu ini perlu belajar istirahat.
Pipi Noelle memerah, dipuji dan dielus oleh salah satu figur yang ia kagumi. Kaeya terkekeh melihatnya.
"Aku cuma ingin berpamitan saja."
"Pamit? Sir Kaeya akan pergi jauh?"
"Hm," Kaeya memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan keadaannya. "Tidak jauh, tapi bisa berbahaya. Aku akan pergi menginvestigasi sebuah domain yang muncul minggu lalu."
Ekspedisi domain adalah suatu hal yang biasa dilakukan oleh sang kapten atau Eula. Jika Kaeya sampai harus berpamitan dengannya...
"Tenang saja, Noelle. Harapannya sih tidak akan terjadi apa-apa," Kaeya buru-buru menenangkan si gadis. Ia menepuk pundaknya halus.
"La-Lalu? Apa Sir Kaeya..." Noelle tidak berani menghabiskan sisa pertanyaannya.
"Aku bisa saja tidak kembali selama dua atau tiga hari," Kaeya menjelaskan. Berdasarkan kesaksian dari anggota Adventurers' Guild, domain yang ia masuki akan membutuhkan seorang pengguna vision yang handal dan tangkas. "Maaf ya. Aku tahu besok itu jadwalmu untuk berlatih denganku."
Setiap hari Jumat, Kaeya akan mengosongkan sebagian jadwalnya untuk bertemu dan melatih Noelle, Bennett, Fischl, dan Razor. Mungkin tidak banyak tips senjata yang bisa ia bagikan terhadap Noelle, Fischl, dan Razor, tapi Kaeya melatih mereka dalam aspek yang lain juga. Ia tahu Noelle senang bisa dilatih olehnya dan selalu menantikan sesi latihan mereka.
"Saya lebih peduli mengenai keselamatan Sir Kaeya," Noelle menjawab tegas melihat senyum Kaeya yang tidak secerah biasanya. "Masih ada minggu depan untuk sesi latihan, tapi hanya ada satu Sir Kaeya."
Mendengar jawaban dari Noelle, Kaeya tertawa senang. "Benar, hanya ada satu Sir Kaeya, hm?" Setelah tawanya reda dan Noelle sudah kembali tersenyum, Kaeya kembali mengelus kepala Noelle singkat. "Kalau begitu, bisa tolong beri tahu yang lain mengenai misiku saat kamu bertemu mereka besok? Semoga mereka tidak terlalu marah."
"Saya yakin yang lain juga akan senang jika Sir Kaeya kembali dengan selamat," Noelle mengangguk, senyumannya sedikit melebar karena elusan Kaeya.
"Haha, ya, ya. Aku mengerti. Aku akan kembali seselamat mungkin, oke?"
Noelle hampir cemberut, tidak suka Kaeya bercanda mengenai keselamatannya sendiri. Tingkahnya itu dihadiahi oleh tawa lepas sang kapten.
"Sampai jumpa, Noelle!"
"Sampai jumpa, Sir Kaeya. Hati-hati!"
ㅤ
.・。.・゜✭・.・。.・゜✭・.
ㅤ
Kaeya memang berkata untuk tidak mengharapkannya di hari Jumat, tapi Noelle tidak bisa menghentikan rasa cemas yang sedari tadi tumbuh di hatinya. Ia sudah bertemu dengan Bennet, Fischl, dan Razor beberapa jam yang lalu, menyampaikan pesan dari Kaeya. Mereka bertiga tampak tak begitu khawatir.
"Rasanya sulit membayangkan Sir Kaeya kesusahan dalam suatu misi. Dia selalu terlihat, um, keren," kata Bennett tadi untuk menenangkan hatinya ketika Noelle menyampaikan rasa cemasnya. "Dia pasti pulang dengan selamat, Noelle! Jangan cemas!"
"Sir Kaeya adalah seorang ksatria yang telah diakui oleh diriku, Prinzessin der Verurteilung! Kekuatannya setara dengan ksatria terhormat dari Immernachtreich," Fischl melanjutkan. Nadanya terdengar angkuh, tapi Noelle bisa melihat tatapan lembut matanya.
"Kaeya kuat. Kaeya janji pulang?" Noelle mengangguk sebagai jawaban Razor. "Kaeya pasti pulang. Noelle jangan takut."
Noelle menghargai usaha mereka untuk menenangkannya sebelum mereka akhirnya pamit pergi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dari Adventurers' Guild. Ia mengantar mereka sampai depan gerbang kota dan sampai sekarang belum beranjak dari sana.
Ia pikir Mondstadt akan baik-baik saja tanpa dirinya untuk setengah hari saja.
Mungkin wajah cemasnya justru membuat khawatir kedua ksatria yang tengah menjaga gerbang. Ketika langit mulai berubah jingga, Lawrence menghampirinya.
"Noelle, kamu yakin tidak mau istirahat dulu? Atau kembali ke markas?" tanyanya lembut. Noelle berusaha menghentikan jalan pikirnya yang mengasosiasikan nada lembut dengan Kaeya.
"Saya tidak apa-apa, Sir Lawrence. Saya ingin menyambut Sir Kaeya jika ia pulang hari ini," jawabnya tegas. Ia sudah membulatkan tekad untuk menunggu Kaeya pulang di gerbang. Jika Kaeya ada masalah atau terluka, Noelle bisa langsung membantunya.
"Oh, kamu menunggu Sir Kaeya rupanya." Ujung bibir Lawrence melekuk ke atas dalam senyuman mendengar jawabannya.
"Ah, sudahlah, Lawrence. Kalau Noelle khawatir, biarkanlah dia di sana." Kata-kata Swan mungkin terdengar kasar, tapi Noelle bisa mendengar nada bercanda di dalamnya. "Kamu yakin tidak mau duduk, Noelle?"
"Ya. Saya tidak apa-apa di sini, Sir Swan," Noelle mengangguk yakin.
Setelahnya, kedua ksatria itu meninggalkan Noelle sendirian, kembali pada pos mereka masing-masing. Dengan itu, Noelle tetap berdiri di tempatnya di sebelah gerbang. Matanya mencari satu-satunya pria berambut biru di Mondstadt untuk melewati gerbang tersebut.
Detik demi detik berlalu. Langit jingga sore perlahan-lahan meredup, menandakan malam sudah tiba. Timmie yang biasa menghabiskan waktunya di jembatan pun sudah berlalu pulang. Perasaan cemas Noelle tidak bisa hilang. Ia tahu apa yang dilakukannya sekarang mungkin akan berakhir sia-sia, berhubung Kaeya sendiri sudah memberi tahu padanya bahwa misinya mungkin akan memakan waktu beberapa hari.
Ketika Noelle memutuskan bahwa penantiannya di hari itu harus dihentikan sementara supaya ia bisa makan malam, Noelle melihat warna biru dari kejauhan. Sontak, ia segera berlari keluar gerbang, mengagetkan Lawrence dan Swan.
"Sir Kaeya! Sir Kaeya!"
Benar saja, Kaeya melambaikan tangannya mendengar panggilan Noelle. Dari kejauhan, Noelle bisa melihat senyuman di wajahnya.
"Noelle!" sapa Kaeya balik ketika ia sudah melewati jembatan. "Aku tidak menyangka kamu akan menjadi orang pertama yang aku lihat setelah misi ini. Jangan bilang kamu menunggu untukku seharian?"
Pelayan yang dipanggil tidak memedulikan ucapan panjang dari Kaeya, sibuk mengecek keadaannya.
"Sir Kaeya, kamu terluka!" Noelle menemukan luka yang masih terbuka dan mengeluarkan darah di lengan Kaeya. Ia juga melihat beberapa luka goresan di tubuhnya, seakan-akan dia habis terjatuh.
"Tidak parah kok, tapi, Noelle, jangan bilang kamu benar-benar menunggu seharian di sini?" Kaeya menaruh tangannya di pundak Noelle untuk mengambil perhatiannya.
"Tidak ... seharian," jawab Noelle. Ia memang tidak berbohong akan hal ini, meskipun ia memang sudah menunggu Kaeya di gerbang. "Itu tidak penting, Sir Kaeya! Sir Kaeya terluka! Ayo saya antarkan ke katedral sekarang!"
"Whoa, santai saja, Noelle. Ini benar-benar tidak apa-apa." Sang pelayan menatap Kaeya tidak percaya. Bagaimana sebuah luka besar yang masih mengucurkan darah 'tidak apa-apa'?
Senyuman Kaeya berubah menjadi sesuatu yang lebih lembut. "Lebih baik kita jangan mengganggu Barbara dan biarawati lain di jam ini."
"Tapi..." Noelle menatapnya tak setuju. Ia tak suka Kaeya mengabaikan luka yang ada padanya begitu saja, tapi ia juga tahu kapten yang satu itu sangat keras kepala. "Bagaimana kalau saya ambilkan kotak P3K dari Angel's Share? Saya yakin Master Diluc tidak masalah jika saya pinjam sebentar."
Beberapa waktu lalu, Bennett sempat terluka setelah kembali dari sebuah misi. Diluc yang bertemu dengan mereka berdua di gerbang menawarkan untuk datang ke barnya dan mengobati luka Bennett tanpa banyak bicara. Keduanya pulang dengan pesan dari Diluc bahwa pintu Angel's Share selalu terbuka jika mereka terluka kembali.
Noelle tidak mengerti mengapa hubungan Diluc dan Kaeya tegang dan memang beberapa kali Diluc melontarkan ketidaksukaannya terhadap Ksatria Favonius dan Kaeya, tapi Noelle tidak berpikir bahwa si pemilik bar akan sekejam itu.
"Saya tahu Master Diluc tidak suka Sir Kaeya!" Noelle buru-buru menambahkan ketika Kaeya terlihat seperti ingin menolak. "Meski saya tidak mengerti mengapa..."
Mungkin kalimat terakhirnya terdengar sebal--Noelle benar-benar tidak tahu bagaimana seseorang bisa tidak menyukai seorang Kaeya--, tapi setidaknya sang kapten kavaleri kini tertawa dan tidak terlihat kesakitan lagi.
"Sir Kaeya duduk di sini sebentar!" Noelle mengarahkan Kaeya untuk duduk di salah satu bangku taman yang tersedia. "Saya akan segera kembali dengan kotak P3K dari Angel's Share."
"Baik, baik. Kamu tahu aku tidak bisa menang darimu, hm?" Kaeya tertawa pelan. Ia meringis ketika gerakannya membuat luka yang ada di lengannya berkedut kembali, membuat Noelle semakin khawatir.
"Ah, sudah, Sir Kaeya. Tolong duduk saja."
Kali ini, untungnya, Kaeya tidak tertawa kembali, memutuskan untuk duduk sesuai perintahnya. Sebelum Noelle bisa bergegas menuju Angel's Share, Kaeya mengelus kepalanya singkat.
"Terima kasih, Noelle," ujar Kaeya dengan senyuman aslinya--bukan senyuman plastik yang biasa ia pasang di wajahnya saat bekerja.
Noelle harap pipinya tidak terlalu merah.
"Oh, tentu saja, Sir Kaeya! Saya juga sudah bilang kalau keselamatan Sir Kaeya yang utama."
"Mhm," Kaeya bergumam, masih tersenyum padanya. "Aku ingat."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top