47
"Karena, kuncimu untuk kembali hanyalah dengan membunuhku Catherine."
Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak bahwa aku tidak ingin membunuhnya. Oh ayolah, apa tidak ada cara lain selain membunuh?
"Cepat Ryn. Saat ini Luna dan pasukannya sudah menyerang akademi. Kau harus segera kembali karena kalau Luna sampai menang, maka ia akan lanjut membunuh dan keempat gerbang dimensi akan terbuka. Tujuanmu kembali untuk mencegah hal ini terjadi kan?"
Aku menggeleng, pasti ada cara lain untuk kembali selain membunuhnya.
Aku kembali melihat Medusa yang berwajah datar sambil terus memelas agar aku segera membunuhnya. Awalnya aku memang berniat membunuhnya, tapi setelah mendengar masa lalunya, aku tidak bisa berbuat seenaknya seperti itu. Aku terlalu bodoh karena sudah menyimpulkan bahwa Medusa adalah salah satu pasukan Luna yang harus kubunuh.
Aku reflek berdiri saat melihat Medusa melangkah maju ke arahku. Ia menatapku dengan sebuah senyuman yang sama sekali tak bisa kuartikan apa maksudnya. Ekspresi wajahnya memberi kesan kesedihan dan penyesalan yang mendalam. Hatiku ikut mencelus saat ia tiba-tiba berlutut di hadapanku sambil memohon agar aku segera membunuhnya.
"Catherine! Kalau aku masih boleh hidup, bukan seperti ini caraku hidup. Aku menghabiskan waktuku hanya untuk menjadi alat tarung bagi klan Dark Knight. Tolong, hapuskan julukan yang diberikan mereka padaku. Meski aku tidak tahu apa aku benar-benar bisa berguna dan menolong orang lain, bunuh aku Ryn, agar aku bisa menebus kesalahanku dan menolong dunia agar tidak jatuh ke tangan yang salah. Aku mohon."
Kedua kakiku bergetar hebat saat mendegar permohonan terakhirnya itu. Air mataku ikut menetes. Tanganku mulai mengambil senjata warisanku dan Mengarahkannya pada Medusa.
"Maaf dan terimakasih atas bantuanmu Medusa. Aku harap kau dapat beristirahat dengan tenang. Semoga kebaikan yang kau lakukan di akhir perjuanganmu ini tak akan terlupakan," gumamku sambil menusukkan pedang Rapier itu padanya.
Satu kata terakhir yang dapat kudengar darinya sebelum cahaya memenuhi seluruh ruangan ini adalah, "Terimakasih."
Aku memejamkan mata dan berharap semua ini segera berakhir tanpa ada kesedihan lagi. Medusa, aku akan membalaskan pengabdianmu dengan menyelamatkan dunia ini.
Angin kencang menerpa wajahku secara tiba-tiba, membuatku spontan membuka mata dan terkejut dengan pemandangan yang kulihat saat ini.
Kali ini aku ada di ruang kesehatan ... bukan, kali ini aku terbebas dari dimensi terkutuk itu.
Aku kembali.
Aku mulai mencoba untuk berjalan keluar tanpa sepengetahuan healer yang sedang bertugas. Rasanya tubuhku menjadi lebih kaku dibanding saat aku berada di dimensi terkutuk. Jadi seperti ini rasanya, saat roh kembali ke tubuhnya?
Keadaan di akademi sangat parah, aku dapat melihat banyak White Witch yang mulai tumbang, membuatku mengerti akan kondisi yang dialami akademi saat ini. Benar kata Medusa, Luna sudah menyerang akademi.
Sepasang mataku mulai mencari keberadaan guardians lainnya. Aku tak memiliki banyak waktu, kalau bisa, aku ingin langsung melawannya.
"Ryn?"
Mendengar suara itu, membuat suatu sensasi aneh yang terjadi pada diriku, entah apa namanya.
"Triplek?"
Aku bisa melihat wajah datarnya yang membuatku semakin salah tingkah. Pasti ini karena aku salah mengucapkan nama panggilannya. Bodoh sekali.
Jack datang mendekat dan memelukku erat. Ia hanya bertanya bagaimana keadaanku, sedangkan aku hanya bisa diam hingga ia kembali berdeham dan melepas pelukannya.
"Kenapa kau waktu itu menyerahkan diri?"
Aku mengernyit bingung. Salah satu kebiasaan Jack selalu saja menanyakan keputusanku yang bahkan sudah tidak ada hubungannya dengan diriku yang sekarang.
"Kenapa masih dipermasalahkan?"
"Kau bodoh waktu itu."
Jawabannya itu membuatku ingin memukulnya. Mengesalkan sekali, aku tahu aku memang bodoh, tapi keputusanku waktu itu sudah benar, menurutku.
"Terserah apa katamu. Ngomong-ngomong kenapa kau ada di sini? Bukankah akademi sedang dalam penyerangan?"
"Memang. Tapi aku juga tidak akan membiarkan seseorang yang baru saja terbangun bergerak sendiri tanpa rencana," jawabnya sambil memutar tubuhnya dan berjalan mendahuluiku.
Aku terperanjat kaget dan mengingat satu hal penting yang sempat kulupakan sejak aku datang kembali di akademi.
"Di mana Rara?"
"Rara sedang membantu Guardians lainnya untuk menahan serangan pasukan Luna."
"Kau tahu posisi Luna?" tanyaku sambil menyejajarkan langkahku dengannya.
"Luna masih berduel dengan Leonore."
Mataku membulat sempurna. Berduel dengan Leonore? Selama ini aku belum pernah tahu apa kekuatan Leonore selain kekuatan air dan petirnya. Sebagai mantan Guardians, sepertinya Leonore memiliki satu kekuatan hebat yang masih belum kuketahui. Apa Leonore baik-baik saja kalau berduel dengan Luna? Aku menggeleng cepat, tidak mungkin Leonore kalah, aku tidak mau meremehkannya.
Jack melirik ke arahku dan tersenyum tipis. "Leonore pasti berhasil. Kekuatannya adalah mengendalikan ruang dan waktu. Luna tidak akan lolos darinya jika tidak berhasil menbunuhnya."
Lagi-lagi aku merasakan sensasi aneh setelah melihat senyuman dan mendengar kalimat sepanjang itu darinya. Sebenarnya, aku ini kenapa?
Tiba-tiba Jack mengeluarkan api yang menbuatku kaget dan spontan melompat mundur. aku dapat melihat pasukan yang terlihat seperti penyihir penting Dark Knight datang di hadapan kami.
"Ryn, pergi. Cari Tiffany dan bantu mereka."
Aku ingin sekali protes tapi setelah melihat wajah seriusnya, aku hanya bisa mengangguk dan berlari sekencang mungkin ke arah pintu utama akademi.
"Kembalilah dengan selamat," gumamku pelan.
Hal pertama yang kulihat saat melihat keadaan di luar adalah pertarungan dan darah di mana-mana. Aku segera melepas serangan dan membuat beberapa pasukan Dark Knight tumbang. Tidak bisa kubiarkan mereka terus membunuh demi tujuan gila itu.
"Ryn!"
Aku hampir saja berteriak kalau saja aku tidak berada di tempat seperti ini.
Aku mengelus kepalanya dan memeluknya.
"Hai Rara, akhirnya kita bisa bersama lagi."
"Ryn ... aku senang kau kembali."
"Aku juga. Sekarang, ada hal yang lebih penting yang harus kita selesaikan."
Rara mengangguk dengan semangat. "Tadi, aku melihat Luna muncul dari hutan Selatan. Sebelum ia sampai di sini, lebih baik kita yang ke sana."
Mataku membulat sempurna. Luna kembali? Itu artinya ... Leonore kalah?
Aku mengambil ramuan pembentuk sayap, persediaan terakhir dari magic bag. Aku dan Rara segera menuju hutan selatan dan benar saja, aku menemukan gadis berambut ungu yang menjadi lawan terakhirku kali ini.
Luna tersenyum miring. "Kau berhasil keluar dari sana. Sesuai dugaanku, kau memang kuat," ucapnya sambil mengangkat senjata warisannya itu.
"Ngomong-ngomong, wanita pemimpin klanmu itu lemah sekali. Sungguh menyedihkan waktuku bisa diperlambat karenanya," lanjutnya sambil tertawa meremehkan.
Aku mencoba untuk menahan emosi agar tidak mengeluarkan tenaga banyak dan gerakan yang tidak perlu. Sebisa mungkin, aku harus berhasil dan memenuhi janji mereka semua yang telah pergi.
"Aku tidak mau menghabiskan waktu hanya untuk melihatmu tertawa," jawabku berusaha tetap tenang.
Luna berhenti tertawa dan mengangkat Dark Rose. Seketika itu pula aura hitam khasnya menguar dan mulai membinasakan apa saja yang dilewatinya. Aku membuat tameng transparan dan mulai memikirkan rencana untuk menyerangnya.
Aku mengaktifkan kekuatan teleportasiku dan bertepatan dengan itu, tameng yang kubuat pecah. Aku berteleportasi cepat saat melihat ada celah untuk menyerang dan memojokkannya. Luna dengan santainya menangkis seluruh seranganku dan mengarahkan senjata itu kembali hingga aku terpaksa untuk melompat mundur dan menjaga jarak darinya.
"Ryn, kau akan menyerang dan aku yang akan membuat tameng," bisik Rara yang membuatku spontan mengangguk tanda setuju.
Masih dengan seringaian yang sama di wajahnya, Luna kembali tertawa dan menyabetkan Dark Rose ke segala arah. Aku dan Rara terbang untuk menghindari serangan tersebut dan inilah saatnya.
Waktunya aku ikut memamerkan Light padanya.
Aku mengangkat dan mengacungkannya di udara. Cahaya dan angin kencang yang persis kualami pada waktu pertama kali menyentuhnya kembali datang. Aku kembali mendengar bisikan-bisikan mereka dan seketika itu pula, ketiga kekuatanku aktif dan siap untuk melawan Luna dengan kekuatan yang seimbang.
Light mulai mengeluarkan aura putih dan membinasakan aura hitam milik Luna. Ditambah lagi dengan badai salju yang mulai datang membutakan mata. Luna sempat terkena beberapa serangan yang kuberi walaupun luka tersebut kembali menutup, mengingat ia memiliki kemampuan istimewa yang membuatku harus bekerja lebih keras lagi jika ingin menghentikan tujuan mengerikannya ini.
"Luna, berhentilah untuk melakukan hal yang tidak perlu seperti ini. Kau bisa merusak populasi dunia jika ingin menguasai dunia!"
"Masa bodoh dengan asumsimu itu. Justru aku yang akan menyelamatkan dunia, dengan menguasai dunia, aku akan membentuk pemerintahan yang dapat mengatur dan menyeimbangkan populasi dunia!"
"Persetan dengan tujuanmu itu," balasku tak mau kalah.
Mataku kembali mengawasi pergerakannya dan mulai menangkis serangan demi serangan yang ia berikan. Aku melempar banyak cahaya untuk mengelabuinya, seketika itu pula ratusan panah es datang menghujamnya dan light yang berperan untuk menutup serangan mulai beraksi dengan membinasakan seluruh bayangan hitam milik Dark Rose.
"Luna kita teman baik kan, ku mohon dengarkan aku dulu," ucapku setelah melihat kondisinya yang kembali utuh setelah menerima seranganku. Aku yakin, meski dapat kembali ke wujud semula, ia tetap merasakan rasa sakit yang sama.
Luna berteriak dan aku dapat melihat air mata mulai menetes dari kedua matanya.
"Luna, aku tidak ingin menyiksamu. Aku mohon, hentikan rencanamu untuk menguasai dunia."
"Kau meremehkanku lagi, jangan harap aku bisa berubah pikiran secepat itu!"
Luna kembali bangkit dan menyerangku dengan Dark Rose. Aku menepisnya dengan Light sedangkan Rara membuat batas pertarungan agar kekuatan kami tidak sampai merusak alam sekitar.
Aku dan Luna kembali saling menyerang dengan kedua senjata warisan milik kami masing-masing. Kuakui, kecepatan serangan milik Luna masih dapat mengimbangi seranganku, jadi kuputuskan untuk menyerang lebih cepat dan terus berteleportasi agar mendapatkan celah untuk melumpuhkannya.
Bagaimanapun juga, dia mau menjadi temanku. Sebisa mungkin, aku harus membawanya untuk menjauhi pilihan hidup sebagai penguasa itu.
Kami terus melakukan serangan dan tangkisan secara beruntun dalam waktu beberapa menit hingga pada akhirnya Light yang berhasil memojokkannya. Dark Rose terpental beberapa meter jauhnya dari tempat berduel kami dan dengan cepat Rara membuat batasan pada Luna agar ia tidak kembali menyentuh benda dan membuat senjata baru untuk menyerang.
"Kenapa kau melakukan ini?!" teriaknya sambil menangis keras.
"Catherine, seharusnya kau tetap menjadi anak pendiam yang menurut dengan siapa saja. Kenapa kau melakukan ini?!"
Aku hanya bisa menatapnya sedih. "Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, Silvi," bisikku sambil ikut berlutut di hadapannya.
"Silvi, aku harus membalas budimu suatu saat nanti, kembalilah bersama kami, hapuskan tujuan menguasai dunia itu."
"Kalau kau ingin membalas budi, biarkan aku melakukannya!"
"Aku tidak akan membalas budi dengan hal yang bisa merugikan seluruh dunia. Hanya kita yang bahagia, sementara yang lain menderita. Kau mau melakukan itu Silvi? Tak kusangka, gadis berbakat sepertimu tega melakukannya," balasku penuh emosi.
"Aku tidak butuh ceramahmu, Bodoh. Biarkan aku keluar dari sini!"
Luna atau yang kukenal sebagai Silvi mulai berteriak sambil terus memukul pembatas buatan Rara.
"Ryn jangan buat aku mengeluarkan hal mengerikan yang mereka berikan padaku. Aku mohon, bukan hanya kalian yang menderita di sini, aku juga. Hanya saja kalian tidak pernah melihat penderitaanku. Kalian tidak pernah melihat sisi baikku. Kalian juga tidak pernah tahu tujuan dan keinginan murni hatiku. Aku juga punya hati layaknya kalian. Aku juga normal seperti kalian. Aku selalu bermimpi menjadi anak yang dikagumi banyak orang dan dijadikan panutan. aku sama dengan kalian, tidak bisakah kalian mengerti itu?!"
Luna kembali menangis dan terus memukul dinding batasan sampai tangannya terluka dan kembali ke wujud semula. Berulang kali seperti itu hingga membuat hatiku kembali mencelus dan tak tega saat melihatnya.
Ia juga tersiksa? Apa maksudnya itu?
"Aku tidak paham dengan maksudmu, kau berusaha berakting lagi?"
Tidak kusangka, Luna kembali menangis dan menatapku dengan tatapan penuh rasa sakit.
"Boleh. Kau boleh menganggap semua perkataanku sebagai kebohongan. Kau boleh dan wajar melakukan hal itu. Satu hal yang ingin kukatakan padamu.
Terimakasih sudah pernah menganggapku sebagai anak baik yang selalu setia padamu. Walaupun kedepannya kau menganggap diriku hanya berbohong dan membuat sebuah sandiwara di sini, aku tidak peduli.
Kalau aku terlahir kembali, aku sangat ingin bertemu dengan anak baik sepertimu, dan memilih dari mana aku terlahir agar aku tidak dijadikan korban ambisi dan keegoisan orang tuaku. Maaf Catherine, ini wujud perlindungan terakhirku, ku mohon, saat wujud ini aktif, cepat bunuh aku tepat di bagian jantung. Aku tidak akan memiliki akal lagi saat berubah ke wujud ini. Ku mohon, kalau kau ingin membalas budi, bunuhlah aku," jelasnya panjang lebar sambil tersenyum tulus.
Senyum itu membuatku tak bisa menahan diri untuk ikut menangis. Di akhir penjelasannya itu, aku sadar. Luna berbuat seperti itu karena sejak kecil kedua orang tuanya sudah melakukan rencana alternatif jikalau mereka berdua gagal dalam menguasai dunia. Semua akibat yang ditimbulkan oleh keserakahan Moris sangat berpengaruh bagi Luna yang hanya bisa hidup dalam perintah dan keegoisan mereka.
Aku sadar. Kau melakukan ini semua karena terpaksa bukan? Melakukan semua ini karena tidak ada lagi yang bisa kau lakukan kan?
Aku memejamkan mata dan memegang erat Light.
"Silvi, aku akan menuruti permintaan terakhirmu."
************************************
Published : 18 Juni 2018
Revisioned : 06 September 2018
Yo hai semua^^
Maaf aku ngaret nih updatenya, harusnya tadi pagi tapi karena lagi di jalan jadi ya begitulah.
Btw, ini last chapter lho, apa kalian masih menunggu?
Wkwkwk, besok adalah epilog, jadi ga akan nunggu lama-lama oke?
Bagi yang bertanya tentang bonus chap juga, pasti ada, dan akan kubuat setelah MW selesai direvisi.
Oke segitu aja, terimakasih buat kalian yang maish menunggu sampai sini dan rajin vote + komen.
Uwahhh aku mau spoiler tentang sesuatu tapi ndak jadi :v
See you
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top