46

Aku tersenyum miring,
"Aku akan menghabisimu Medusa!"

"Maka majulah, bunuh aku kalau kau bisa," jawabnya tak mau kalah.

Aku membuat ruangan ini penuh dengan salju. Yah, ini satu-satunya teknik penyerangan yang dapat kuandalkan untuk mengelabui musuh. Bagaimanapun juga, karena ini kekuatanku, hanya aku yang bisa melihat dengan jelas walaupun badai salju semakin deras dan terkesan membutakan mata.

Ayo Ryn, kau pasti bisa!

Aku terus menyemangati diriku sendiri sambil mengamati Medusa yang mulai mencari keberadaanku.

Aku berlari memutar dalam ruangan itu untuk mendekati Medusa tapi sepertinya Medusa berhasil menemukan lokasi keberadaanku dengan kekuatan mautnya. Bayangan hitam itu menerjangku dan menghalangi jalan yang akan kulalui untuk mendekati Medusa. Reflek, aku terbang menjauh dan menangkis serangan bayangan itu dengan pedangku.

Sepertinya, dalam keadaan seperti ini Medusa masih manpu melihat keberadaanku dengan jelas. Aku melempar cahaya ke arah wajahnya dan melesat maju untuk menangkis seluruh bayangan hitam itu. Aku mengangkat tanganku dan mengarahkannya ke Medusa, seketika itu pula ratusan panah es datang ke arahnya dari segala arah. Aku berteleportasi mundur dan mencoba untuk mengatur napasku.

Sial, sepertinya aku tidak bisa bertahan lama, karena aku juga sudah mengeluarkan banyak tenaga untuk membunuh makhluk buatannya di luar tadi. Kalau tidak segera kubunuh, bisa jadi, aku yang terbunuh di sini.

Aku kembali berteleportasi dan bersembunyi di balik pilar yang masih berdiri kokoh. Aku harus menyusun rencana sekarang. Aku membuat tameng transparan di sekitarku sebagai persiapan jikalau Medusa berhasil menemukanku.

Aku berusaha memikirkan rencana yang dapat kugunakan untuk menbunuhnya. Kupejamkan mataku, beberapa memori selama aku hidup di dimensi ini berputar begitu saja hingga aku berhasil mendapat sebuah ide yang dapat menyelamatkan nyawaku.

Aku tersenyum dan bertepatan dengan itu, tameng transparanku pecah terkena serangan miliknya.

"Baiklah, kekuatanku memang jauh lebih lemah darimu. Tapi aku lebih mengandalkan otak daripada dirimu yang mengandalkan kekuatan," gumamku pelan.

Aku maju dan menangkis seluruh kekuatan hitamnya itu. Kekuatannya itu dirancang untuk penyerangan jarak jauh, bisa jadi, Medusa tak bisa bertarung jarak dekat.

"Aku harus tetap dekat denganya!"

Aku berusaha menghapus jarak dan terus menangkis serangannya, sesekali aku berteleportasi ke beberapa tempat untuk membelokkan serangannya. Tapi aku tidak bisa terus-terusan memancing serangannya dengan berteleportasi, mengingat untuk mengaktifkan teknik itu dibutuhkan tenaga yang lebih dari kekuatan lainnya. Apalagi dengan berpindah tempat secara cepat seperti ini bisa membuat keseimbanganku hilang.

Aku berteleportasi ke belakangnya dan menyabet tubuhnya dengan Light, nama yang kuberikan untuk senjataku ini. Setelah melakukannya, aku segera berteleportasi ke balik pilar untuk mengatur napas dan melakukan seranganku yang selanjutnya. Medusa menggeram dan bayangan-bayangan hitam itu kembali menguar-- tidak, kali ini lebih banyak dan hampir mendominasi ruangan duel ini.

"Lagi-lagi seperti ini," makiku dalam hati.

Aku ingin sekali menangis dan berlari keluar untuk meminta bantuan pada siapapun yang bisa menyelamatkanku. Selama ini aku tidak pernah menang melawan siapapun. Selalu saja ada yang menolongku. Tapi, Luna sudah merenggut segalanya dariku. Tidak mungkin aku menyerahkan diri begitu saja padanya, mengingat dia adalah musuh utamaku.

Suara penuh lolongan dan teriakan yang menyayat hati itu tiba-tiba datang kembali. Bisikan yang persis kudengarkan tempo hari, membuatku teringat akan janjiku.

Ya, kalau aku menyerah sekarang, tidak ada harapan bagi mereka. Mereka harus bebas, dan aku harus menepati janjiku itu.

"Hei Medusa!"

Wanita itu menoleh ke arahku dan menyeringai lebar.

"Tidak kusangka, kau yang keluar dari tempat persembunyianmu sebelum aku menemukanmu."

"Yah, daripada bersembunyi lebih baik aku menampakkan diri. Sama saja kan, kau pasti akan menemukanku juga," jawabku datar.

"Apa yang kau rencanakan?"

"Aku tidak merencanakan apapun. Aku hanya ingin mengakhiri ini semua. Sebelum itu, maukah kau menjawab pertanyaanku?"

"Aku tidak akan terpengaruh dengan segala cara busukmu, dasar anak penghancur dunia! Kalau ingin mengakhiri ini semua, lawan dan tunjukkan kekuatanmu!"

Medusa kembali menyerangku, membuatku terpaksa untuk menghindari serangannya sambil terus memancingnya untuk berbicara.

"Medusa, kenapa kau mau mengabdi pada mereka?"

"Omong kosong! Pertanyaan macam apa itu? Kau bahkan bertanya tentang pertanyaan yang tidak penting itu di saat-saat seperti ini?"

Aku kembali menerima serangan dan menangkisnya dengan tameng buatanku. Sebagian dari bangunan kastil ini mulai runtuh. Aku harus cepat mengakhirinya.

"Kalau memang tidak penting, jawab saja apa susahnya?"

Aku berteleportasi untuk mendekatinya sekali lagi. Kuayunkan pedangku dan berhasil!
Kaki buatannya itu berhasil lepas dan membuatnya jatuh tersungkur tak jauh dari tempatku berdiri.

Aku dapat mendengar teriakan kesakitannya. Ia juga berusaha menjawab pertanyaanku sambil terus menyerang dengan kekuatan hitamnya.

"Bodoh! Aku mengabdi pada mereka karena mereka pernah menyelamatkanku dulu. Menjadikanku sebuah senjata dari klan Dark Knight, tentu saja aku harus melakukan perintah mereka semua untuk membalas budiku!"

"Berhasil!" Aku tersenyum saat mendengar jawaban Medusa. Rencanaku berhasil.

"Alat? Jadi kau hanya dijadikan alat oleh mereka?" pancingku yang lagi-lagi ditanggapi olehnya.

"Terserah apa katamu, aku melakukannya hanya untuk membalas kebaikan mereka."

"Meski untuk membalas budi mereka dengan cara ikut serta dalam misi menghancurkan dunia?"

"Misi kami sangat jauh dari kata menghancurkan. Tujuan kami hanyalah untuk menguasai dunia dan memerintah keempat dimensi ini untuk patuh pada pemerintah yang kita buat. Kami akan membuat dunia ini lebih baik!"

"Apa kata baik yang kau ucapkan itu adalah dengan membunuh seluruh makhluk yang hidup di muka bumi ini?"

Medusa menggeram dan mengarahkan kekuatannya itu padaku. Aku hanya bisa menangkisnya dan berharap bahwa rencana satu-satunya ini akan berhasil.

"Kau tidak tahu apa-apa tentang kami!"

"Kenapa kau malah mengalihkan pembicaraan? Aku tahu, kau sudah sadar bahwa apa yang kau lakukan itu salah. Terlihat dari ekspresi wajahmu yang mulai ragu dengan pilihanmu saat ini."

Tanpa kuduga, serangan Medusa berhenti, membuatku jatuh berlutut di depannya. Tidak kusangka pula tenagaku habis saat Medusa melakukan tahap terakhir salam rencanaku.

"Jangan berkata seenaknya seperti itu! Aku yakin, meski aku akan kalah di sini, Luna pasti akan membantai habis seluruh klan pengganggu sepertimu."

Aku tersenyum lebar. "Apa yang membuatmu berhenti Medusa?"

Matanya enggan menatapku. Ia menunduk dan tetes-tetes air mulai berjatuhan, meyakinkanku bahwa ia sedang menangis.

"Aku tidak bermaksud berbuat jahat. Aku hanya menuruti perintah karena mereka mau menyelamatkanku dan merawatku. Kau masih berpikir kalau apa yang kulakukan ini salah?!" teriaknya yang membuat hatiku mencelus seketika.

"Tidak ada yang benar. Kita semua salah, lakukan saja sesuai keinginanmu, kalau kau ingin mengabdi, bukan begitu juga caranya agar kau layak dikatakan sebagai makhluk mulia. Dunia ini adalah dunia para pendosa. Tidak tahu, mana yang benar dan mana yang salah. Jadi, lebih baik kau habiskan waktumu untuk menolong sesama, karena dengan begitu kau akan merasakan kebahagiaan, sepertiku."

"Apa itu salah satu alasanmu untuk menyelamatkan dunia ini, Catherine Anastasya?"

Aku mendongak dan menatapnya tepat di manik matanya. "Ya, apa pun itu, akan kulakukan demi kepentingan semua orang."

"Kalau begitu cepat hentikan Luna dan bunuhlah aku."

Aku terperanjat kaget. Medusa ingin aku membunuhnya? Padahal, baru saja aku memutuskan untuk meninggalkannya hidup-hidup setelah mendengar cerita darinya.

"Kenapa aku harus membunuhmu?"

Matanya yang berair itu mulai menatapku sendu. Firasatku mulai tidak enak. Aku tidak bisa membodohu diriku sendiri yang mulai kasihan padanya.

"Karena, kuncimu untuk kembali hanyalah dengan membunuhku Catherine."

************************************

Published : 15 juni 2018
revisioned : 06 september 2018

Halo semua^^
Beruntung sekali, jadwal update hari ini bertepatan dengan.hari raya idul.fitri^^

Selamat idul fitri bagi yang merayakan.
Rina minta maaf atas kesalahan-kesalahan yang aku buat entah sengaja atau tidak sengaja.

Dan yeay lagi, MW mau selesai -,-
Sedih si, tapi di akhir cerita ini nanti, aku bakal membuat pengumuman penting, bisa jadi isinya spoiler, bisa jadi pengumuman sequel, bisa jadi apa saja^^

Jadi tunggu sampai akhir ya, nanggung lho baca cuma sini aja.

See you^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top