45

Ryn pov

Aku mengintip di balik pohon tempatnya bersembunyi saat ini.

"Semoga rencananya berhasil."

Menurut informasi yang kudapat, jumlah penjaga kastil Medusa di setiap pintunya masing-masing berjumlah lima penjaga. Jumlah pintu masuk di sini ada empat. Bagian utara, timur, selatan, dan barat.

Aku mendapat bagian untuk mengintai keadaan luar dari atas sini. Tujuannya adalah untuk berjaga-jaga atas kemungkinan pasukan Medusa datang menyerang dari luar. Aku akan ikut masuk ke dalam di tahap terakhir penyerangan. Bisa dibilang, bagianku ini cukup mudah. Tapi akan bahaya kalau aku sampai tidak memperhatikan keadaan di sekitar sini.

Biar kuberitahu sedikit tentang rencana kami. Para petinggi dimensi ini, akan menyerang dari gerbang utama, pintu bagian utara. Menurut prediksi, mereka bisa masuk ke ruangan Medusa dalam waktu kurang lebih lima belas menit, paling lama dua puluh menit.

Penyerangan ini dibagi menjadi empat kelompok. Setiap kelompok akan dipimpin oleh satu petinggi dimensi.
Kelompok Utara, adalah kelompok yang berisi para petinggi lainnya dan penghuni dimensi yang dipimpin oleh Samantha.
Kelompok Barat, adalah kelompok yang berisi penghuni dimensi yang dipimpin oleh Lauriel.
Kelompok Timur, adalah kelompok yang berisi penghuni dimensi yang dipimpin oleh Igna.
Dan terakhir, kelompok Selatan dipimpin oleh Nicholas.

Nicholas, Igna, dan Lauriel memiliki kekuatan yang luar biasa, Mereka dipercayakan untuk memimpin masing-masing kelompok dan akan bertemu di ruang tengah setelah menghabisi seluruh pasukan Medusa yang ada di dalam kastil.

Empat orang terpilih akan menjaga di luar kastil untuk menjaga datangnya makhluk Medusa yang lainnya. Aku, berjaga di bagian utara, Sonya di bagian timur, Leon di bagian Selatan, dan Nick di bagian barat.

Kami berempat akan masuk dan menyerang dalam tahap terakhir kalau Samantha memberi kode dengan cahaya salju ke empat arah mata angin. Kami akan ikut membantu dan kalau bisa, aku yang akan menghabisi Medusa dengan tanganku sendiri.

Terkesan aneh, kalau aku sampai mencetuskan bahwa aku yang akan menghabisi Medusa. Hanya saja, aku ingin melenyapkan makhluk seperti itu dengan tanganku sendiri. Aku akan menggunakan pertarunganku dengannya sebagai latihan terakhirku sebelum menghadapi Luna nantinya.

"Luna, kuharap kau sedang menungguku saat ini."

Tiba-tiba sebuah angin kencang berembus di sebelahku. Reflek aku menoleh dan menemukan ratusan makhuk berbentuk seperti burung raksasa--
Oh astaga, kumohon seriuslah Catherine!

Medusa pasti yang mengirim mereka ke sini. Itu artinya, kelompok Utara sudah berhasil menembus ke tahap  ruangan Medusa. Aku segera menyiapkan pelindung di sekitar kastil agar makhluk-makhluk Medusa itu tak bisa masuk ke sana. Aku yakin, sebentar lagi makhluk medusa yang lainnya pasti akan datang menyusul.

Aku segera menciptakan panah es andalanku dan mengarahkannya pada mereka semua yang berani memasuki pelindung. Semua makhluk itu membeku setelah tertusuk panah es. mereka jatuh menjadi kepingan-kepingan es kecil dan jatuh menimpa makhluk Medusa lainnya yaang sudah mulai ikut berdatangan.

Aku mengulas senyum tipis dan turun dari pohon setelah memasang sayapku. Ngomong-ngomong, aku sudah berhasil meracik ramuan sayap sendiri karena persediaan yang ada di Magic Bagku mulai habis. Yah, sudah lama aku berpisah dengan Jack, jadi ia belum menambah stok sayapku lagi. Jadi aku terpaksa mempelajarinya dari buku catatan ibu.

Aku melihat situasi yang ada di bawahku, tepatnya di ke empat arah mata angin. Mereka sedang berlarian dan mencoba untuk menerobos masuk pelindung sihir yang kubuat.

"Terimakasih sudah mau datang," gumamku sambil memfokuskan kekuatanku dan mulai membuat badai salju dan membutakan indera penglihatan mereka untuk sementara waktu.

Tanpa kuduga, sinyal yang diberikan Samantha datang disaat kami berempat masih harus menghabiskan makhluk Medusa di sini.

Sial, aku harus melakukan sesuatu.

Aku memutuskan untuk melakukan sesuatu yang baru saja terlintas di pikiranku. Entah kenapa, seharusnya aku bahagia karena sinyal itu datang sebelum waktu yang diperkirakan, tapi apa iya? Kenapa aku merasa ada yang tidak beres?

Aku menyalurkan segenap energi dan menyebarkan es ke seluruh makhluk yang berdiri di atas tanah, kecuali kami berempat. mereka semua membeku tanpa tersisa dan kami berempat bergegas masuk ke dalam untuk melanjutkan tahap yang selanjutnya. Cukup menguras tenaga, tapi aku tidak bisa berhenti untuk tidak mengkhawatirkan pasukan yang ada di ruangan Medusa.

Sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi, sejauh ini aku tak pernah salah, aku takut apa yang kubayangkan benar-benar terjadi saat ini.

Aku bergegas masuk dan mendapati banyak pasukan menghilang. Satu hal terlintas di pikiranku. Air mataku hampir saja menetes menyadari bahwa mereka pasti telah merelakan nyawa mereka demi keselamatan dunia. Seseorang bergaun hitam muncul di hadapanku dengan sebuah seringai di wajahnya. Aku menggeram dan menatapnya penuh amarah. Aku menyadari perubahan pada diriku, ini pasti kombinasi kekuatanku, yang aktif jika pemilik kekuatan sedang emosi.

"Aku sangat mengagumimu, kau pendatang baru yang dibicarakan di banyak kalangan. Kau orang yang paling ditakuti Moris, setelah melihat ramalan bodoh seorang gadis yang tinggal di dalam hutan. Kau musuh terberat kami, maka aku yang akan memusnahkanmu!" Teriakan itu menggelegar dan bergema di antara reruntuhan puing-puing kastil.

"Lantas, kalau aku memang sesuatu yang berbahaya bagi kalian, bagiku kalian adalah sesuatu yang berbahaya bagi dunia. Aku yang akan menghentikan rencana kotor kalian!" jawabku geram.

"Kau boleh melawanku setelah kau melihat pertunjukan ini,"  ucapnya sambil tersenyum penuh kemenangan.

Sungguh, aku benci senyuman itu. Kelak, senyuman itu yang akan menjadi mimpi burukku sepanjang masa, mengingat bagaimana mengerikannya wanita yang dipercayakan Moris untuk menjaga dimensi ini.

Dimensi kejam yang terbutakan dengan keindahan alamnya. Omong kosong dengan keindahan. Keindahan selalu berujung busuk dan mematikan. Membutakan, itulah cara seorang pengecut, itu kau, kalian, yang sangat berambisi dalam menguasai dunia.

Wanita bergaun hitam itu menyeret seorang wanita dengan kekuatan hitam yang persis seperti apa yang dimiliki Luna. Bedanya, kekuatan Luna terletak pada senjatanya, kurasa tidak bagi Medusa. Medusa bisa mengeluarkan aura hitam mengerikan itu dari tubuhnya, tanpa perantara senjata seperti Luna.

Mataku membulat sempurna. Aku memang anak cengeng yang tidak bisa diajak berkompromi di saat-saat penting seperti ini.

"Ibu," lirihku pelan.

Aku menatapnya tepat di manik matanya. Matanya yang begitu teduh, tapi menyimpan berbagai macam rasa sakit di sana. Ia pendam semua itu baik-baik, membuatku ingin menangis kencang saat menyaksikannya.

"Catherine, ibu ti--"

"Ibu tidak perlu berbohong," potongku sambil menggeleng.

Oh ku mohon, jangan renggut dia dariku lagi.

"Kau puas menyaksikannya Catherine? Kau harus bangga menjadi anaknya, sehabis ini ia akan bergabung dan menjadikan kekuatan hitam ini lebih kuat dari sebelumnya. Selanjutnya, adalah kau Catherine."

Wanita itu menusuk tubuh ibu dengan bayangan hitam itu. Wajah ibu sudah dipenuhi darah membuatku tak bisa menahan tangisku.

Aku membekukan seluruh kastil dan bayangan hitam yang masih menguar
dari tubuh Medusa. Cahaya putih mulai datang dan itu berasal dari tubuh Samantha. Perasaanku semakin tak enak, sampai pada akhirnya segala hal yang kutakutkan benar-benar terjadi tepat di depan mataku sendiri.

"Ryn, ibu selalu ada untukmu. Percaya itu. Maafkan ibu." Kata-kata itu berhasil membuat hatiku menjerit sekali lagi.

Ibu menghilang, menjadi cahaya dan terserap ke dalam tubuh Medusa.

Aku hanya bisa menyaksikan hal itu tanpa melakukan apa-apa karena bayangan hitam itu menghalangi jalanku untuk bertemu ibu.

"Seharusnya kau tahu, makhluk sekejam dirimu tak pantas hidup Medusa!" teriakku penuh emosi hingga cahaya putih muncul dan membinasakan kekuatan hitam miliknya.

"Kau hanya pintar berbicara, tidak sekuat diriku. Lihat saja, kau akan berakhir sama dengan ibumu," balasnya sambil tertawa kencang.

"Dasar sombong, semua klan Dark Knight selalu saja seperti itu."

Aku mengeluarkan kekuatan terakhirnyang kumiliki, kali ini aku akan serius menggunakannya, wahai Light, aku akan menggunakanmu dengan sebaik-baiknya.

Sebuah pedang rapier muncul di depanku. Aku segera menggambilnya dan bayangan berwarna putih menguar dari senjata itu. Hanya bayangan itu yang bisa membinasakan bayangan hitam milik Medusa.

Dalam waktu beberapa menit ke depan, kami akan berduel.
Banyak pendapat yang mengatakan hitam akan menang di atas putih karena hitam memang lebih berkuasa dibanding putih. Ada pula yang mengatakan bahwa putih adalah lambang kesucian, maka dia yang akan menang di atas hitam.

Bagiku, keduanya omong kosong. Yang menang, bukan hitam atau putih, yang menang adalah dia yang berusaha membuat dirinya menjadi lebih baik, tak peduli, dia berkekuatan hitam atau tidak. Semua sama, hanya saja itu semua bergantung pada hati yang menuntun perasaan mereka, kau mau berubah atau tidak. Kau berusaha atau tidak. Pilihanmu itu benar atau tidak. Kebenaran pasti akan menuntun kita, meski nyawa menjadi korban.

Aku tersenyum miring,
"Aku akan menghabisimu Medusa!"

************************************
Published : 11 juni 2018
Revisioned : 06 September 2018

Yo,  aku hampir lupa kalau senin harus update -,-

Terimakasih buat kalian yang masih setia menunggu dan rajin vote juga komen /hu terharu aku kan/

Jeng jeng jeng, tinggal berapa chapter lagi ya ini?

See you

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top