39
"Setidaknya aku mendapatkan latihanku hari ini."
Ryn melesat di antara pepohonan, berusaha menjaga jarak dari monster tersebut dan mengamati di mana letak kelemahannya.
Tubuhnya bergerak lincah sambil sesekali memasang tameng transparan karena makhluk tersebut mulai menyerangnya dengan angin kencang dalam sekali hembusan nafasnya.
"Ugh ... menurutmu kenapa Medusa bisa menciptakanmu?"
Pertanyaan konyol itu keluar begitu saja saat pertama kalinya pertanyaan itu melintas di pikirannya.
"Sial," umpatnya merutuki kebodohannya.
Di saat-saat seperti ini masih juga pertanyaan-pertanyaan bodoh itu melintasi pikirannya yang bisa mengganggu konsentrasinya dalam memelajari gerakan musuh.
"Tuan menciptakanku untuk memusnahkan kalian yang berani merusak hutan ini."
Tanpa disangka, monster tersebut menjawabnya. Suara yang begitu serak dan tidak jelas, nyaris seperti geraman.
"Ah terimakasih atas responnya. Ngomong-ngomong, suaramu jelek sekali."
"Suaramu memang lebih indah dariku anak manis. Kurasa dagingmu juga enak untuk disantap. sepertinya aku mendapatkan banyak hadiah hari ini." Suara yang menjijikkan itu bergema hingga beberapa pohon di sekitarnya ikut bergetar.
"Aku sangat berterimakasih atas pujianmu tapi maaf, jangan salahkan aku kalau kau yang mati pada akhirnya."
"Lumayan menakutkan, gadis pemberani," sindirnya geram.
"Oh ya? Lalu menurutmu kau siapa? Monster bersisik? Monster bertubuh gempal? Monster bertubuh bulat? Haruskah aku memberimu nama? Dasar jelek!"
"Terimakasih atas nama panggilannya, gadisku. Baru kali ini ada yang mau memanggilku meski kau memanggilku dengan sebutan Jelek."
"Aku bukan gadismu dan sebaiknya kau simpan saja rasa terimakasihmu itu. Aku tidak sudi menerimanya dan kalau boleh tahu, apa kekuatanmu hanya segitu saja?" balas Ryn dengan nada mencemooh.
"Berani-beraninya kau menantangku! Kurasa sudah cukup main-mainnya, akan kubunuh kau!"
"Silakan saja," respon Ryn sambil mengendikkan bahu dengan santainya.
Ryn melepas anak panahnya tepat di leher monster itu. Anak panah tersebut terpental karena tubuhnya yang dipenuhi sisik. Ryn medengar suara kekehan si Jelek menggema hingga ia memutuskan untuk kembali membidik lawannya itu tepat di bagian mata dengan anak panah terakhirnya.
Monster itu mengerang dan teriakan pilunya itu semakin membuat suasana makin tegang saat anak panah Ryn berhasil mengenai sasaran. Ryn tersenyum puas lalu ia merasakan bahwa tanah yang dipijaknya bergetar.
"Kau gadis yang tidak tahu sopan santun! Akan kusantap kau hidup-hidup!"
Belum sempat Ryn menjawab, dirinya sudah dikejutkan oleh datangnya lecutan api dari belakangnya. Bajunya meleleh menyisakan luka bakar di lengannya. Ryn menjerit namun langsung membekukan api tersebut dengan kekuatannya. Ia berlari menjauh dan menaiki salah satu pohon untuk menyerang balik lawannya. Tapi sepertinya monster itu tidak memberikannya kesempatan, sebab bola-bola api yang meluncur dari tangannya sudah mulai merambat di sekitar pohon. Ditambah dengan adanya angin besar yang bisa membuat Ryn ikut terbang berputar bersama pohon lainnya.
Ryn menggeram dan memutuskan untuk menggunakan sepasang sayap yang ada di Magic Bag nya. Ia tidak akan bisa menyerang monster tersebut dari jarak dekat kalau ia tidak terbang.
Ryn menghampiri monster itu dan mengayunkan pedangnya di berbagai bagian tubuhnya berkali-kali. Usaha yang ia lakukan mati-matian itu ternyata tidak kunjung membuahkan hasil. Kulit bersisik itu rupanya dibuat sedemikian rupa agar tidak dapat ditembus oleh sesuatu bahkan benda tajam sekalipun.
Ryn jatuh tersungkur akibat hantaman sebuah pohon yang datang dari belakang tempatnya berdiri. Darah segar mengalir dari pelipisnya. Salju mulai turun mendominasi arena pertarungan dan tanpa sadar, rambut Ryn kembali memutih seperti apa yang ia alami sewaktu melawan Luna beberapa waktu yang lalu.
Kekuatan teleportasinya itu dapat memudahkannya sekaligus menjadi anugerah yang sangat disyukurinya karena ia bisa menghindari serangan monster hina yang terus melemparnya dengan pohon tanpa ampun.
Bola-bola api, pohon yang dilempar, dan pusaran angin datang menyerang Ryn bertubi-tubi hingga ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menghindar.
"Menyerahlah gadis bodoh ... kau bahkan tidak bisa melawanku dengan baik."
Ryn kembali bangkit meski keadaannya sedang dalam kondisi yang buruk. Tenaganya sudah terkuras habis tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah merelakan waktunya untuk mengumpulkan batu kristal demi mengabarkan mereka bahwa ia masih hidup di sebuah dimensi yang tidak jelas asal usulnya.
Ryn memutuskan untuk melakukan sesuatu dengan kekuatannya. Ia menciptakan badai salju dan memulai aksinya. Kekuatannya belum pulih semenjak ia melawan Luna beberapa hari yang lalu.
"Kau penyihir rupanya ... baru bisa mengeluarkan kekuatan atau ini hal terakhir yang bisa kau lakukan?"
Ryn mendengus untuk kesekian kalinya mendengar cemoohan dari lawannya itu. Ia berteleportasi dan dengan cepat ia menghunuskan pedangnya di segala sisi tubuh bersisik itu. Ia terus melakukannya berulang kali hingga badai yang ia ciptakan berhenti sesaat setelah cairan berwarna merah mengalir dari lubang hidungnya.
"Sial!"
Ryn kembali mengumpat setelah menyadari bahwa tenaganya sudah terkuras habis secara sia-sia. Ia mengusap kasar darah tersebut sebelum lawannya menyadarinya. Ia tak mau monster keparat itu tahu bahwa dirinya sedang berada di ambang batas.
Ia berteleportasi ke sebuah pohon yang jaraknya sekitar lima belas meter dari monster bersisik tersebut untuk memikirkan strategi selanjutnya. Di saat-saat seperti ini, pikirannya selalu saja mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan tak masuk akal yang menbuatnya semakin bingung menentukan langkah selanjutnya.
Ia terus berpikir hingga suara geraman makhluk tersebut kembali terdengar dan menyapa indera pendengarannya.
"Jangan berusaha untuk mempermainkanku gadis manis. Aku bisa mencium bau darahmu. Apa kau sudah kehabisan tenagamu?"
Ryn keluar dari tempat persembunyainnya dan berusaha untuk berteleportasi guna melindungi dirinya.
"Sial! Kenapa lagi?!" umpatnya saat menyadari tenaganya sudah tidak cukup untuk digunakan, bahkan hanya untuk berteleportasi jarak dekat pun tak bisa.
Pandangannya mulai berkunang-kunang, seakan-akan ia melihat jutaan bintang yang berputar mengelilingi dirinya hingga ia jatuh berlutut di atas tanah.
"Bawa barang-barangmu dan gunakan sisa tenagamu untuk pergi dari sini!"
Samar-samar, Ryn dapat mendengar suara seseorang yang tidak jelas berasal dari mana. Suara-suara itu bergema, membuatnya semakin pusing saat berusaha mencerna kata demi kata yang diucapkan orang tersebut.
Seseorang meraih lengannya dan menariknya untuk berdiri. Ia hampir saja jatuh tersungkur saat orang itu berusaha membuatnya berdiri.
"Sial sekali ... apa saja yang kau lakukan sampai kehabisan tenaga seperti ini bodoh?" geramnya sambil memapah Ryn dan menyandarkannya di sebuah batang pohon yang besar.
Mata Ryn berusaha untuk tetap terbuka untuk melihat malaikat penyelamatnya. Seorang pemuda bertelinga runcing dengan rambut berwarna merah kecokelatan, kalau ia tak salah lihat.
"Di mana kau gadis kecil? Kau masih mau bermain denganku ya? baiklah, aku akan menunggu dirimu untuk menghadap diriku setelah kau usai dengan permainanmu ini. Jangan harap aku akan memberimu kesempatan untuk menyerang lagi! Begitu kau muncul, akan kukoyak semua daging beserta tulang-tulangmu!" teriakan penuh murka itu mampu menggetarkan tanah tempat mereka berpijak.
Ryn hanya menggeleng pasrah sambil terus menatap pemuda di depannya yang masih sibuk menggumamkan sesuatu.
"Aku akan melawannya dan berjanjilah untuk tetap di sini ya? Tunggu di sini dan jangan bergerak atau mengeluarkan suara," ujarnya sambil menepuk pelan pipi Ryn, berusaha membuatnya untuk tetap sadar.
Ryn mengangguk pelan dan memejamkan matanya yang mulai berat. Ia masih bisa merasakan semilir angin yang berembus di depannya hingga kesadarannya hilang total.
************************************
Published : 11 Mei 2018
Revisioned : 06 September 2018
Terimakasih buat vote dan komennya juga bagi kalian yang masih menunggu Magic World ini^^
Yeay\(^^)/ kemarin Rina melakukan pembaruan di bagian Cast. Karena ada beberapa request, jadilah aku menambahkan beberapa foto lagi ...
Trus aku mencoba gaya baru, bikin gif banner gitu -,- meski hasilnya abal abal.. gif bannernya sudah kupasang di chapter ini dan prolog, buat sisanya masih belum soalnya sinyalku lemot -,-
Btw, watty sekarang punya sistem rank baru. Dan sistem rank ini buat aku terbang ke mana-mana /alay/
Ya gimana engga, MW bisa bersaing di rank berkat kalian\(^^)/
Bisa bersaing diantara ribuan cerita itu bikin aku terharu buangettt..
Makasih semua, aku akan berusaha keras bikin MW ini sebagus yang aku bisa.
Sudah segitu aja, see you next week^_^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top