36

Catherine memutuskan untuk membaca buku sejarah untuk mempelajari asal usul dimensi ini.
Tangannya bergerak memilih buku dan mulai membacanya. Sejauh ini, ia belum menemukan hal penting yang tercantum dalam buku tersebut.

Beberapa buku hanya menginformasikan bahwa makhluk yang diambil jiwanya adalah makhluk legenda agar kekuatan sihir hitam tersebut dapat menghasilkan kekuatan yang lebih gelap dan semakin kuat. Makhluk tersebut seperti, beberapa Kyubii, harpy, dryad, Minotour, dan berbagai makhluk lainnya. Bahkan dimensi ini juga sempat menarik jiwa manusia yang diambil oleh Luna, dengan bantuan Dark Rose.

Roh atau jiwa yang tinggal di dimensi ini tidak pernah hidup dengan tenang.
Tentu saja! Semua pasti menginginkan kebebasan, tetapi dimensi inilah yang mengurung mereka, bahkan mereka dipaksa untuk mengantri menuju maut mereka, menjadi sumber kekuatan hitam.

Ryn memutuskan untuk tidak membaca lebih lanjut tentang makhluk-makhluk tersebut. Buku-buku di sini tidak ada yang memiliki petunjuk yang berarti. Lagi-lagi usahanya berakhir pada jalan buntu.

"Luna menggunakan roh-roh tersebut untuk meningkatkan kekuatan senjatanya, atau yang lebih tepatnya kekuatan sihir hitam. Semua ini ia lakukan untuk menguasai dunia," pikirnya lagi sambil menghela napas lelah.

Ia berjalan ke arah kamarnya dan tidak sengaja bertubrukan dengan sesosok makhluk legenda. Ia memicingkan mata lalu mulai menilai penampilan makhluk yang ada di depannya. Matanya membulat sempurna.

"Elf?" tanyanya masih dengan ekspresi terkejutnya.

"Ya. Kenapa kau terkejut sekali?"

"Ah tidak ... aku hanya terkejut. kupikir kalian tidak pernah ada."

"Banyak yang berkata seperti itu."

"Kenapa kau bisa ada di sini? Siapa namamu?"

"Lauriel. Sama sepertimu, kenapa kau bisa ada di sini? Mereka sudah membawaku ke sini sejak puluhan tahun yang lalu. Sebenarnya aku masih tidak tahu bagaimana caranya jiwaku ini bisa kembali ke ragaku yang sejak saat itu terus menutup mata layaknya orang mati," balasnya panjang.

"Persis sepertimu. Aku benci meninggalkan ragaku sendiri."

"Semua juga merasa seperti itu. Istirahatlah Catherine. Dunia ini begitu kejam, jadi kau perlu beristirahat sebagai momen yang paling membahagiakan dalam hidupmu selama kau hidup di sini."

"Kau sendiri mau ke mana? Dan bagaimana kau bisa tahu namaku?"

"Aku mau berkelana. Untuk namamu, kau gadis yang populer di sini."

Setelah mengatakan hal seperti itu, Lauriel melenggang pergi.

Beberapa pertanyaan kembali menumpuk di benaknya. Sambil meneruskan perjalanan, ia terus mengagumi Lauriel, satu-satunya elf yang pernah ia temui.

Ia membuka pintu kamarnya dengan malas lalu ia kembali memekik karena ada seseorang di dalam kamarnya.

"Ini ibu Ryn," ujarnya sambil tertawa terbahak-bahak.

Wajah Ryn memerah karena malu. Ia berjalan mendekat dan duduk di samping ibunya.

"Sudah siap mendengarkan cerita panjang?"

Ryn mengangguk semangat. Apapun itu, ia harus dan pasti siap mendengarnya.

Dimensi ini, merupakan dimensi buatan yang sengaja dibuat untuk mengurung para roh, yang nantinya akan dijadikan sumber kekuatan hitam. Sebelum aku dikirim ke sini, aku dan Guardians lainnya bersahabat dekat dengan Moris. Dulu dimensi sihir sangat makmur, terdiri dari berbagai macam penduduk dan kami harus menyaksikan semua kebahagiaan itu sirna, setelah Moris memutuskan untuk pergi meninggalkan kami. Ia yang terbaik di kalangan para penyihir, meski ia bukanlah seorang Guardians. Ia berencana untuk menguasai dunia dan menindas siapa saja yang tidak ingin menurutinya.

Moris sempat mengajak kami untuk mempermudahkannya menjalankan rencananya. Kami seorang Guardians, jadi kami tidak bisa menentang apa yang sudah ditugaskan pada kami. Kami penjaga keseimbangan dunia, tidak ada yang bisa membuat hati kami beralih dari tugas kami bahkan sahabat kami sekalipun.

Sejak saat itu, Moris tidak ragu untuk menyerang kami. Kami juga dikejutkan dengan bahan eksperimennya. Sihir hitam. Sejak tinggal di Aracelia, ia memang sering melakukan eksperimen sihir sehingga kami sempat memanggilnya sebagai penyihir terbaik. Kami percaya padanya, karena ia berhasil saat melakukan eksperimen-eksperimen tersebut. Tapi dugaan kami salah. Moris menyalahgunakan kemampuannya itu untuk menguasai dunia, yang seharusnya tidak boleh terjadi.

Perang terjadi tanpa persiapan waktu itu. Banyak korban jiwa dan banyak yang mengasingkan bayi-bayi mereka ke dimensi teraman, dimensi yang selama ini kami jaga, dimensi manusia. Kejutan demi kejutan yang datang tidak berhenti sampai disitu. Moris juga bersekutu dengan para iblis dan menjanjikan mereka separuh dari kekuasaannya jika ia berhasil menguasai dunia sihir dengan kekuatan hitamnya. Padahal pada saat itu dimensi malaikat dan iblis sedang dalam keadaan kacau.

Malaikat penting juga ikut dalam peperangan ini meski tidak semua penyihir mengetahui identitas mereka. Di situ, aku bertemu dengan Harry, ayahmu. Setelah perperangan, kami diasingkan atas dasar hukuman karena melanggar janji alam. Aku menerima hukuman itu, dan ikut mengasingkan diri ke dimensi manusia.

"Jadi, kita hidup sebagai manusia setelah perperangan itu?"

"Ya seperti itulah. Sederhananya begitu. Ibu yakin kau mengalami lupa ingatan karena kecelakaan itu, hari di mana jiwa kami di tarik ke dimensi ini."

Mata Ryn membulat sempurna. Berbagai macam emosi terpancar dari mata birunya.

"Jadi, kecelakaan itu memang benar?"

"Waktu itu ibu sempat mengirimmu memori itu, sekadar untuk memberimu petunjuk terhadap sumber ketakutanmu, dan menjelaskan bahwa hal itulah yang membuatmu lupa ingatan. Meski hasilnya buruk dan tidak sesuai ekspetasiku."

Pikiran Ryn kembali melayang pada saat di mana ia menangis histeris serta kamarnya yang hancur karena emosinya.

"Bisa ceritakan aku soal kejadian itu?"

Samantha menghela napas lalu mengangguk dan tersenyum.

Cerita ini juga berkaitan dengan usaha kami yang ingin keluar dari dimensi ini. Moris meletakkan panglima terbaiknnya di sini, sebagai pemimpin kita. Medusa namanya. Penampilannya selalu anggun dan cantik, tapi ketegasan dan kekejamannya sungguh luar biasa.

Kami sempat menyerang Medusa dengan persiapan yang cukup matang. Tapi ... tapi kami gagal waktu itu. Ayahmu merelakan nyawanya demi keselamatan kami dan tepat pada waktu itu aku mengirim memori padamu.

"Ayah? Ibu mengirim memori karena kematian ayah?"

Samantha mengangguk sedih lalu melanjutkan, "Tidak ada yang bisa ibu lakukan lagi selain mengirimkanmu memori itu untuk mengingat kami."

"Tunggu sebentar, bukankah kita semua memang sudah mati?"

"Kita memang terpisah dari raga kita tapi bukan berarti kita sudah mati. Kalau kita mati di dimensi ini, sudah dapat dipastikan kau bergabung ke dalam ikatan sihir hitam dan tidak bisa kembali ke ragamu lagi."

"Pada waktu kecelakaan itu. Aku tidak pernah mengira kalau kau juga sempat di tarik jiwanya oleh Luna. Ia tidak berhasil melakukannya padamu waktu itu, karena orang tua angkatmu datang dan menyelamatkanmu."

"Luna? Bukannya Moris?"

"Tidak seperti itu. Moris memang berhasil menyembunyikan kematiannya dengan baik setelah ayahmu menbunuhnya dalam peperangan dua belas tahun yang lalu. Kau tahu kenapa Luna begitu berpengalaman saat berperang? Itu di karenakan ia sudah dilatih sejak ia berumur empat tahun."

"Empat tahun?!"

"Ya ... dan kurasa kau sudah tahu kalau Luna adalah--"

"Ya aku sudah tahu," potong Ryn cepat. Ia tidak mau nama itu disebut lagi.

"Ibu ... aku merasa mengenal Tiffany. Apa dia merupakan masa laluku?"

"Astaga! Tentu tentu. Maaf aku lupa menceritakannya. Mungkin akibat ingatanmu yang sedikit terganggu itu, kamu tidak bisa mengingat sahabat lamamu. Bahkan aku sudah menyisipkan memorimu waktu itu."

Ryn tertegun sesaat. Tiffany ada dalam memorinya. Siapa dan yang mana?

"Carol?"

"Ya, Carol. Bukankah ada nama itu pada mimpi itu?"

"Ya! Tapi aku tidak tahu panggilannya Carol," pekikku nyaris berteriak bahagia.

"Waktu itu kita ingin mendiskusikan sesuatu tentang Moris. Guardians lainnya mengunjungi dimensi manusia dan menunggu kehadiranku di sana. Josephine, Leonore, Lucifer, dan valdemir menunggu kami di sana dengan embel-embel perayaan hari natal bersama anak-anak mereka."

"Josephine!? Eh maksudku, miss Phina?"

"Stephanie Carolina anaknya Josephine, Ryn."

Tiffany anak miss Phina?

Telinga Ryn berdengung sesaat mendengar nama itu. Pantas saja miss Phina begitu mengenalnya.

"Tapi ... Tiffany tidak pernah bilang seperti itu. Dia juga tidak pernah mengunjungi miss Phina dan miss Phina juga tidak mengunjunginga atau bercakap-cakap layaknya anak dan ibu?"

"Itu karena hukuman yang Josephine terima. Josephine selalu disiplin bahkan dia yang paling disiplin diantara kami. Sedangkan Leonore adalah pemimpin kami yang paling adil. Josephine harus menjauh dari anaknya begitu pula sebaliknya karena menurut Leonore, hukuman itu yang paling pantas untuknya. Waktu itu, Leonore sudah memerintahkan Josephine untuk menyelamatkan kami dan ia menyanggupinya. Tapi rupanya perhitungannya salah waktu itu, jadi dia tidak bisa menyelamatkan kami dan menerima hukuman itu demi menebus rasa bersalahnya terhadap kami."

"Lalu bagaimana nasibnya sekarang? Dan bagaimana caranya ibu tahu itu semua?"

"Kau ingat saat ibu berusaha berkomunikasi denganmu? Atau kau tahu alasan kenapa kami sering berkelana?"

"Iya aku ingat tapi aku tidak tahu alasan kenapa ibu dan yang lainnya selalu berkelana," jawabnya jujur.

Benaknya juga sempat menanyakan hal yang sama saat ia bertemu Lauriel tadi.

"Medusa memberi kebijakan pada kami. Semakin banyak hal baru yang kami dapatkan dari hasil berkelana, ia akan memberi kami energi yang dapat kita gunakan untuk melihat keadaan dunia dan apa yang ingin kita ketahui dengan dunia itu lewat Heaven water. Ia bilang itu adalah hiburan bagi kami karena ia yakin kami tidak akan bisa lolos dari dimensi ini. Jadi ia memutuskan untuk memberi kami kebahagiaan sebelum kami diambil menjadi bahan eksperimen Luna."

"Dia masih memiliki hati," dengus Ryn saat mendengar cerita tentang Medusa.

"Kurasa tidak ... dia begitu meremehkan kita. Bahkan list bahan untuk berkelana sangat susah. Ibu pernah mendapatkan lima tanduk rusa putih dan tiga pasang gading mammot. Tapi ternyata imbalannya hanya lima batu kristal saja. Dan lima bayu kristal hanya bisa digunakan untuk melihat dunia selama lima menit." jawabnya sambil tersenyum masam.

Catherine meringis. Untuk mendapatkan semua itu bukanlah usaha yang mudah. Apalagi untuk menyerang mammot. Sungguh ia tidak pernah berpikir imbalan tiga pasang gading mammot setara dengan dua kristal saja. Apalagi setelah ia mengingat bahwa mammot bertubuh besar dan kuat, pasti cukup menguras tenaga untuk mendapatkan itu semua.

"Catherine, Siapa yang memotong rambutmu?" tanya Samantha yang baru saja menyadari perubahan penampilan anaknya itu.

"Eh? Ini tidak sengaja ... Luna yang memotongnya."

"Benarkah? Sayang sekali ibu tidak sempat melihat pertarunganmu dengan Luna. Ibu berkelana seharian penuh kemarin dan baru kembali ketika kamu ada di ruang sidang."

"Aku kesal dengannya. Seingatku, aku tidak pernah memotong rambutku sama sekali sejak aku bangun di rumah sakit waktu itu. Jadi aku sendiri agak kesal kemarin, karena Luna berani memotongnya di saat emosiku sedang naik. Memangnya kenapa?"

"Sebenarnya ... itu sebagian segel yang ibu buat. Dan sepertinya Luna tidak sengaja melepas segel itu karena ia tidak sengaja memotong rambutmu."

"Segel?"

Kring Kring kring!

Alarm di jam tangan yang dipakai Samantha berbunyi.

"Penjelasan tentang segel kekuatanmu kita lanjutkan lain waktu saja ya. Ini jadwal ibu berkelana jadi kalau ingin bertanya kau bisa bertanya pada Igna atau yang lainnya. Jangan ragukan mereka dan carilah teman yang banyak. Tidak ada makhluk yang tidak memerlukan teman walau dia adalah yang terkuat sekalipun. Oke?"

Ryn mengangguk lalu memeluk ibunya. "Bolehkah aku ikut berkelana?"

"Kalau kau mau ikut, segera mendaftarkan diri pada Igna. Dia pasti akan mengurus segala keperluanmu saat berkelana. Sampai ketemu besok."

"Hati-hati ibu," balasnya sambil melihat punggung ibunya yang mulai menjauh darinya.

************************************

Published : 27 April 2018
revisioned : 06 September 2018

Halooo semuaaa\(^^)/

Ku kangen kalian, sungguh.

akhirnya ujianku selesai juga. Rina minta doanya ya, semoga jilainya bisa memuaskan hehe..

Err, masih ada yang menunggu cerita ini?

Hmm bagi yang masih menunggu, selamat berbahagia, karena aku double update hari ini \(^^)/

Terimakasih untuk vote dan komennya, sampai jumpa minggu depan^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top