35
"Catherine?"
"Ibu?"
"Catherine, dia adalah Samantha, wanita yang kau sebut sebagai ibumu. Samantha, ini Catherine. Aku sadar, dia adalah anak yang selama ini kau perjuangkan."
Igna tersenyum berusaha memecahkan suasana canggung di antara mereka.
Ryn berdiri dan berlari kearah ibunya. Ia lihatnya dari atas sampai bawah. Wanita paruh baya, dengan rambut berwarna hitam dan mata teduh berwarna biru, persis dengannya.
Samantha memeluk Catherine yang masih diam mematung di depannya.
"Tidak apa-apa. Kau sudah berusaha yang terbaik."
Suara itu mengalun lembut di telinga Ryn membuat matanya terasa panas.
"Maafkan aku ibu. Aku ... tidak bisa ... aku tidak bisa menyelamatkan mereka."
"Tidak apa-apa. Tidak ada yang salah."
"Aku baru bertemu ibu. Ternyata begitu mirip denganku," jawabnya diiringi tawa kecil.
Samantha membalasnya dengan senyum yang tulus. Ini juga pertama kalinya ia harus menyaksikan anaknya ikut diasingkan bersamanya. Bahkan, mereka akan menjadi sumber kekuatan sihir hitam.
"Ibu akan memberitahumu semuanya nanti. Ibu akan menemuimu di kamar. Sekarang lanjutkan acaramu dengan mereka," ucap Samantha sambil menepuk pucuk kepala Ryn.
Ryn mengangguk lalu menyaksikan ibunya berjalan keluar ruangan setelah memberi salam pada Igna dan anggota lainnya.
"Baiklah, kita lanjutkan lagi ya. Ini tidak akan lama. Kau bisa melepas rindumu dengan ibumu sepuas yang kau mau setelah ini."
"Aku tahu," balas Ryn sambil menarik kursinya kembali.
"Kami sempat dengar bahwa pemimpin mereka bernama Luna. Sepertinya dia yang mengelola kekuatan hitam saat ini."
"Tunggu! Bukannya pemimpin mereka bernama Moris?"
"Moris? Setahu kami, Moris sudah meninggal sejak beberapa tahun yang lalu. Kekuatannya diturunkan pada anaknya, Luna. Dan setahu kami ... Ayahmu yang membunuh Moris."
"Ayahku?"
"Ya ayahmu. Ayahmu dan ibumu sangat berjasa bagi kami."
"Lalu di mana ayahku?"
Igna tampak gelisah lalu berusaha menjawab dengan tenang, "Maaf Catherine. Itu termasuk masalah pribadi, jadi sebaiknya bukan kami yang menceritakannya. Ibumu pasti akan menceritakannya padamu."
Catherine kembali mengangguk tanda mengerti. Ia kembali menjadi seorang pendengar yang baik.
"Tunggu sebentar. Kalian bilang keberadaan kita di sini adalah untuk dijadikan bahan sihir hitam. Bukankah sihir hitam sendiri adalah kombinasi dari sihir kita dengan kekuatan iblis?"
"Kami tidak pernah tahu tentang itu semua. Setahu kami, Moris adalah penyihir yang suka bereksperimen semasa hidupnya. Ia sendiri yang menciptakan sihir hitam yang berasal dari makhuk seperti kita, roh-roh yang diambil paksa dan tersegel dalam suatu kekuatan yang biasa kita sebut sebagai sihir hitam."
"Untuk penjelasannya, hanya sampai sini saja, akan lebih baik jika ibumu yang menjelaskannya lebih terperinci nanti. Silahkan tanda tangan di sebelah sini agar kami semua tahu, berapa banyak makhluk yang akan menjadi korban dari si gila itu."
Raut wajah Ryn berubah namun ia tetap mengangguk. Ia sudah tidak sabar mendengar penjelasan yentang sihir hitam. Sepertinya buku-buku yang selama ini ia baca sangat jauh kebenarannya.
Igna menyerahkan selembar perkamen dan sebuah pena pada Ryn. Tanpa berpikir panjang, ia segera menggores perkamen tersebut dengan tinta, mengukir sebuah tanda disana.
"Terimakasih ... Sonya, kau bisa antarkan dia kembali ke kamarnya."
***
"Lukanya cukup parah. Ia memiliki satu goresan panjang di punggung, tiga tulang rusuk patah, tukang lengan bawah patah, tulang jari kaki retak, dan beberapa goresan disekitar lengan dan perut," lapor Layla pada Elena.
Mengerikan. Satu kata yang sedari tadi menghantui pikiran Elena.
"Baik. Lakukan saja tugasmu dan sembuhkan juga fire controller itu. Dia juga terluka cukup parah."
Layla mengangguk lalu mulai beranjak ketempat pasien yang telah disebutkan Elena tadi.
Lingkaran hitam di matanya sudah terlihat semenjak tenaganya terkuras habis demi menyelamatkan nyawa White witch lainnya. Tugas Healer memang terdengar mudah, tapi kenyataanya tidak semudah itu ia melakukannya.
Ia mulai menyentuh tangan Catherine dan mulai menyalurkan energinya ke sana. Ia sendiri ngilu dan merasa bersalah. Ia begitu mudah diperalat Luna hingga ia sempat ikut menyalahkan Ryn dan membuat semua rencana busuk Luna berhasil.
Setidaknya ia tahu cara berbalas budi. Ia akan mengabdi, bahkan ia berjanji akan merelakan nyawanya untuk Catherine, sang penyelamat alam.
***
Leonore berjalan ke pojok ruangan dengan langkah tegas. Ia merapalkan mantra sambil mengusap dinding di depannya. Cahaya emas berpendar indah lalu berubah menjadi sebuah pintu bernuansa hitam. Ia menaruh telapak tangannya di tengah simbol air hingga ruangan itu terbuka dengan sendirinya.
Suara langkah kaki bergema dan terdengar anggun saat Leonore mulai menuruni lorong dengan sebuah obor kecil di tangannya. Tangga di sepanjang lorong itu menuntunnya turun ke sebuah ruangan yang minim pencahayaan tapi cukup untuk melihat apa yang ada di sekitarnya.
Ratusan bahkan ribuan perkamen, senjata lama, dan buku-buku usang terpampang jelas di depannya bersama dengan bau apak yang masuk ke indera penciumannya.
Ia duduk di meja bundar lalu mulai mengambil beberapa perkamen di sana. Sebenarnya ia masih bingung dengan adanya dimensi rahasia itu. Bahkan dulu ia dan Moris berteman baik. Tidak hanya dia, kelima Guardians juga memiliki hubungan yang baik dengannya.
Leonore menghela napas ketika mengingat segala kejadian yang tidak pernah mereka inginkan sebelumnya. Perkamen-perkamen tersebut berisi tentang rencana-rencana mereka berlima untuk menghentikan rencana Moris yang ingin menguasai dunia. Meski Moris teman baik mereka, mereka adalah seorang Guardians, dan Guardians harus menjalankan tugas mereka untuk melindungi dunia apalagi kaum manusia, kaum yang akan menerima segala akibat buruk jika keseimbangan dunia berhasil rusak.
Beberapa jam setelah meneliti tulisan-tulisan lama tersebut, Leonore tidak kunjung menemukan titik terang. Ia mengusap dahinya yang bersimbah keringat.
"Sebenarnya apa yang kau inginkan?"
"Kau tahu, untuk menguasai dunia adalah tindakan yang melawan hukum alam. Rupanya kematianmu juga di rahasiakan. Jadi selama ini,anakmu yang memimpin dasar kekuatan hitammu."
"Bahkan kau lebih mirip disebut sebagai pengkhianat dari pada kaum kami. Sebenarnya kau sendiri berpotensi menjadi seorang penyihir terkuat karena kecerdasanmu dalam membuat sihir-sihir baru. Tapi apa? Kau malah membangkitkan sihir hitam untuk memusnahkan kaum kami!"
Leonore berusaha mengatur napasnya setelah ia melampiaskan kemarahannya dengan cara bermonolog dengan perkamen-perkamen di depannya.
"Leonore! Kau membuka tempat ini?"
Leonore menoleh cepat mendapati Josephine yang ada di ambang pintu.
"Dan kau ikut masuk ke sini," balas Leonore.
"Aku tahu kau adalah pemimpin kami sejak dulu. Tapi, kurasa kita tidak bisa saling merahasiakan satu sama lain lagi saat ini. Kebiasaanmu memang sering mencari informasi sendiri dan pelit memberi informasi itu pada orang lain termasuk Guardians seangkatanmu sendiri."
"Hei aku tidak pelit. Tapi ini demi kebaikan. Aku bingung karena jika aku mengumumkan informasi-informasi seperti ini, pasti akan menuai berbagai macam pendapat. Perseteruan akan terjadi. Aku memutuskan untuk mencerna dan menganalisanya sendiri sampai sumber informasi ini memang benar-benar bisa dipercaya."
"Terimakasih atas usaha kerasmu selama ini. Tapi kau harus tahu, tidak ada makhluk yang sempurna di dunia ini. Kau pikir kau memang bisa menanggungnya seorang diri, tapi kita tetap membutuhkan makhluk lain untuk menyelesaikan sebuah masalah."
"Sebenarnya aku ke ruanganmu untuk mengabarkan keadaan akademi saat ini. Anak-anak sedang dalam tahap pemulihan dan untuk Catherine ... jiwanya tidak ada di sana."
Leonore terpaku saat mendengar perkataan sahabatnya itu yang kini sudah mulai berjalan menjauh. Ia hanya bisa mengusap wajah dan mengacak rambutnya frustasi lalu kembali berusaha mencerna perkataan Phina barusan.
************************************
Published : 06 April 3018
Revisioned : 06 September 2018
Maafkan aku.. mulai besok senin sampai tagl 3 mei aku sudah ujian usbnbk dan unbk. Jadi, MW akan libur utk sementara waktu.. ku janji akan double update stlah ujian nanti \(^^)/
Udh gitu aja sekian dan terimakasih buat vote dan komennya♥♥♥
See you^_^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top