33

"Ya! Kau memang tidak bisa. Tapi aku bisa merebut jiwamu dan masuk ke dalam sana!" teriaknya sambil merapalkan mantra di hadapan Ryn yang berusaha keras tetap bertahan agar jiwanya tidak tertarik kedalam portal.

Sedetik kemudian Ryn merasakan bahwa dirinya melayang masuk ke dalam portal meninggalkan tubuhnya sendiri yang sudah jatuh tersungkur diatas tanah bersalju.

"Catherine!" teriak mereka bersamaan sesaat setelah dinding es yang mengurung mereka hancur.

Jack melesat marah tak peduli dengan tangannya yang mulai bersimbah darah akibat aura kegelapan senjata Luna.

"Mau kau apakan dia!?"

"Aku hanya mengirimnya ke suatau tempat di mana seharusnya ia berada."

"Sialan kau!"

Jack melesat lalu menangkis bayangan-banyangan hitam itu dengan apinya. Ia terus maju hendak melukai Luna tapi begitu susah untuk menyentuhnya karena bayangan-bayangan hitam itu mulai menari-nari menangkis serangan Jack. Darah kembali menetes dari pelipisnya, membasahi tanah bersalju tempatnya berpijak. Tenaganya hampir habis dan ia tidak boleh menyia-nyiakan energinya untuk serangan yang tidak penting. Ia kembali merapalkan mantra dan beberapa saat kemudian munculah lecutan api raksasa yang hampir saja membakar habis pohon-pohon yang masih berdiri tegak di hutan itu.

"Jack! Jangan di luar batas, kita bisa mengembalikan Ryn bersama-sama. Tapi biarkan gelandangan rusuh ini pergi karena misi bodohnya ini."

"Sebegitu mudahnya kau melepaskannya, Fany? Aku bukan orang bodoh," desisnya tajam.

"Jack! Kami mohon tolong dengarkan kami. Jangan terlalu dendam padanya. Ryn masih hidup dan kita akan mencari cara untuk mendapatkannya kembali." Kali ini, Dave yang menarik paksa Jack agar ia mau mundur.

"Tidak bisa! Kita tidak boleh melepaskannya!"

"Keadaanmu sekarat. Jangan teruskan atau kau tidak bisa bertemu lagi dengan Ryn."

"Perdebatan yang bagus sekali teman-temanku. Jadi sekarang apa? Kalian membuatku terlihat seperti boneka pajangan saja," dengus Luna kesal sambil memainkan senjatanya itu hingga aura kegelapan kembali menguar, berusaha menggapai korban-korban mereka.

"Bawa Ryn ke tempat yang aman. Aku harus memberinya pelajaran!"

Mereka berempat menoleh ke sumber suara dan menatap kearahnya dengan tatapan tak percaya.

"Rara? Apa yang kau lakukan?" balas Tiffany masih dengan wajah kagetnya.

"Kurasa aku harus memberinya pelajaran."

"Tidak perlu! Jangan terlalu nekat seperti itu Rara," bisik Netta sambil terus membantu Dave menenangkan Jack yang emosinya mulai tidak stabil.

"Dan jangan terlalu remehkan aku," Balas Rara acuh sambil berjalan ke depan.

"Rara--"

"Cepat lakukan apa yang kusuruh!"

Jack tidak sadarkan diri sesaat setelah ia berusaha melawan Dave yang terus menghentikannya.

"Bawa Jack dan Ryn pergi dari sini. Aku akan berjaga di sini kalau ada tindakan diluar batas," putus Dave pada akhirnya.

Dengan setengah hati, Tiffany dan Netta menerima keputusan itu dan mulai membawa Jack dan Ryn kembali ke akademi. Tiffany jatuh berkali-kali saat berusaha membawa Ryn dan berkali-kali pula ia sudah mengusap kasar darah yang mengalir dari hidungnya.

"Sebentar lagi sampai," batinnya berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Netta berusaha membuka jalan untuk Tiffany agar ia bisa lewat karena peperangan masih saja belum berakhir. Ia bahkan hampir tersengat listrik di tengah usahanya yang sedang merenggut paksa nyawa lawannya yang tak kunjung mau menyingkir.

"Tim medis! Ada korban di sana!"

Samar-samar Tiffany dapat mendengar dan melihat beberapa anak berlari kencang menuju ke arahnya. Ia sempat tersenyum sesaat sampai pada akhirnya ia berada diambang batas terakhirnya, ia jatuh tersungkur di atas tanah sampai pada akhirnya kesadarannya menghilang sempurna.

***

"Kau membuatku cukup marah! Kau apakan Ryn?"

"Aku hanya mengirimnya ke suatu tempat, bodoh! Di sini bukan tempat yang pantas untuknya hidup!"

"Baiklah kalau begitu kau harus menerima pelajaran dariku."

Rara menggeram lalu wujudnya berubah menjadi sesosok beruang putih besar lengkap dengan taringnya. Ia melesat maju berusaha mencakar Luna. Beberapa bayangan yang datang bahkan ikut membeku hingga hancur menjadi debu yang berterbangan.

"Akhirnya kekuatanmu aktif juga."

"Oh terimakasih atas pujiannya nona. Sayangnya aku tidak butuh pujian darimu," gerammnya sambil melesat maju dan berhasil mencakar punggung Luna.

Luna menyabet Rara dengan Dark Rose hingga bayangan itu kembali menguar membelai bulu-bulu halus milik Rara.

Rara hanya bisa tersenyum menunjukkan taring tajamnya. "Kurasa, aura pekat itu tidak ada apa-apanya denganku."

"Kau menolak perjanjian yang kubuat."

"Kenapa? Ini urusanku. Aku harus membawa Ryn kembali atau aku sendiri yang akan menyerahkan nyawaku sebagai gantinya."

"Partner yang baik. Kau membuatku sedikit terharu--"

"Banyak omong," geram Rara sesaat setelah ia berhasil mencakar tubuh Luna berkali-kali dengan cakarnya. Beberapa helai rambut Luna juga ikut berguguran terkena cakaran maut dari Rara dan aura pekat yang terus menguar dari Dark Rose selalu membeku dan kembali pecah menjadi abu.

Rara berhasil menangkis banyangan hitam pekat itu. Bahkan satu hentakannya saja mampu membuat salju ikut berguguran. Luna bahkan kewalahan saat mengontrol suhu tubuhnya. Ia tahu, energinya sudah mulai menipis dan apa yang ia dapatkan? Ia harus melawan satu peri kecil ini yang masih setia membela tuannya.

"Aku tidak punya pilihan lain. Aku tahu Ryn sangat mencintaimu. Maka aku sedikit berbaik hati kali ini," Balas Luna sambil mengayunkan Dark Rose ke arah Rara.

"Selamat tinggal." Luna pergi menjauh diikuti dengan para Dark Knight lainnya setelah Rara jatuh berdebum dan kembali ke wujud asalnya.

***

"Dia seorang gadis."

"Dia manis sekali."

Samar-samar, Ryn mendengar berbagai macam suara yang masuk ke indera pendengarannya.

Cahaya menyilaukan menyambut indera pemnglihatannya saat ia mencoba untuk membuka matanya.

"Dia bangun!"

"Tidak salah lagi ... dia bangun."

Suara-suara itu terdengar makin nyata sampai pada akhirnya Ryn bisa membuka matanya dengan sempurna.

Ia melirik mencari tahu dimana keberadaannya saat ini.

"Selamat datang di kehidupan baru!" seru seorang wanita paruh baya pada Ryn yang hanya bisa membalasnya dengan tatapan heran.

"Di mana?"

"Di sebuah dimensi terkutuk. Itulah sebutan yang kami berikan pada dunia tempat kita berada saat ini."

************************************
Published : 23 Maret 2018
Revisioned : 05 September 2018

Yeay yeay yeay^^

akhirnya selesai juga ku menulis part ini^^

Terimakasih bagi para pembaca setia yang sudah nunggu dan rajin baca, vote dan komen di cerita ini^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top