32

Mereka semua terkejut saat Ryn melepas serangan pertamanya. Suasana menjadi ricuh dan perang pun terjadi akibat serangan Ryn. Mau tidak mau, mereka pun ikut menyerang dan berpasangan dengan lawan mereka masing-masing.

Seorang lelaki dengan tudung khas warna hitamnya itu melesat menghalangi jalan Jack yang hendak mengejar Ryn.

"Mau ke mana?" tanyanya dengan nada angkuh membuat Jack langsung membakar habis jubahnya.

"Woah ... tenanglah ... cewek manis itu tidak apa-apa. Aku jadi ingin memilikinya. Bukankah aku cocok dengannya? Ah maaf sebelumnya. perkenalkan namaku Leo. Siapa namamu?"

Jack masih bersikukuh untuk tidak menjawab pertanyaan aneh dari lelaki yang menghalangi jalannya.

"Minggir."

"Ah ... akhirnya kau membuktikan padaku bahwa kau tidak bisu. Ayolah kita akan bersenang-senang sebentar di sini dan bagaimana kalau kita bertarung demi mendapatkannya?"

Jack tersenyum mengejek saat melihat wajah lelaki tersebut berani menantangnya.

Jack memanggil Phix dan menyuruhnya untuk membantu Rara, Roxie, Miya, dan hewan lainnya. Wajah datarnya masih mendominasi dan itu membuat lawannya semakin tertantang saat ingin melawannya.

"Kuakui kau cukup tampan untuk bersaing denganku. Tapi mari kita buktikan siapa yang lebih kuat."

Jack melempar bola-bola api sebagai permulaan. Menurutnya tidak ada lelaki lain yang lebih tampan darinya jadi ia membiarkan lawannya kali ini menyombongkan dirinya. Dia berani menantangnya, maka dia akan menjadi korban pertamanya.

"Hanya seperti itu? Pfftt ... maafkan aku ... tapi ini konyol sekali."

Leo tertawa terbahak-bahak hingga tanpa sadar ia mendapat luka pertama di punggungnya. Ia meringis karena lukanya tetapi ia tetap tertawa dan tetap memberikan senyum meremehkan pada Jack.

"Banyak omong."

"Haha ... karena itulah aku! Kau bahkan berani melukai punggung indahku, maka terimalah ini," balasnya sambil membuat ratusan bayangan yang sama dengannya.

"Sekarang apa yang akan kau lakukan? Melawanku satu persatu?" suaranya bergema karena setiap bayangan mengatakan hal yang sama.

Jack menyentuh batu di dekatnya. Ia merubahnya menjadi pedang logam dan memberinya sedikit sentuhan hingga api menyala di permukaan pedangnya. Ia melesat maju lalu mulai menebas bayangan-banyangan tersebut satu persatu.

Leo memperbanyak bayangan yang ia ciptakan lalu ikut menyerang Jack secara bersamaan. Namun serangan itu tidak berhasil menghasilkan luka maupun goresan di tubuh Jack, serangan itu dapat ditangkis dengan mudah oleh Jack.

***

Tiffany memandang lawannya dengan tatapan membunuh. Siapa suruh seorang gadis yang sedikit lebih tinggi darinya ini menghalangi jalannya.

"Hai?"

"Hai? Permisi nona ... saya rasa gurauan anda tidak lucu sama sekali."
"Ayah selalu mengajarkanku untuk menyapa siapa saja dan ... aku tidak sedang bergurau."

"Kau memang anak baik. Jadi ... Hai juga! Perkenalkan namaku Tiffany dan siapa namamu?"

"Catarina."

"Hai Catarina," dengus Tiffany.

"Jadi apa maumu?"

"Tuan putri memerintahkanku untuk melawan salah satu dari kalian."

"Lalu aku yang menjadi lawan duel pertamamu?" respon Tiffany sambil memutar bola mata.

"Kalau begitu siapkan dirimu," tambahnya lagi.

Sebenarnya ia tidak berniat untuk mengeluarkan kekuatannya sekarang karena ia harus menemui Catherine terlebih dahulu tapi apa boleh buat, gadis ini menjadi pengacau rencananya.

***

Leonore menggeram melihat perang yang sudah pecah, bahkan sebelum ia menyampaikan sesuatu tentang perjanjian bodohnya itu. Ia melirik kearah pemuda berjubah hitam, pemuda yang kala itu melakukan perjanjian dengannya.

"Belum menemukan pasangan?" tanya Leonore dengan nada mengejek.

"Sungguh terhormat sekali saya bisa berhadapan dengan yang mulia."

"Jaga mulutmu," balas Leonore sambil melepas serangannya.

Aliran listrik itu terasa menyengat bahkan membuat degup jantungnya tidak stabil.

Pemuda itu terkekeh lalu melanjutkan, "Terimakasih atas kejutannya, aku memang suka kejutan."

"Kalau begitu kau memang cocok denganku. Aku juga suka memberi kejutan," balas Leonore sambil menyeringai lebar.

Ia mengeluarkan tongkat sihirnya dan mulai mengontrol air disana. Membuat lecutan air yang dialiri listrik sudah cukup menjadi senjata andalannya.

"Kapan kita terakhir berterung seperti ini? Aku bahkan lebih semangat daripada dua belas tahun yang lalu."

***

"Kau memang pria yang tampan. Kurasa aku tidak sanggup jika aku harus melawanmu."

Dave melirik ke sumber suara dan menyaksikan seorang gadis lengkap dengan jubah hitamnya.

"Apa yang kau inginkan dariku nona?" jawabnya sambil tersenyum menggoda.

"Ternyata aku akan menjadi gadis yang beruntung hari ini."

"Kau yakin?" balas Dave sambil tersenyum meremehkan.

"Well, aku tidak punya waktu untuk berbasa-basi denganmu ... bisakah kita mulai?"

"Baiklah kalau itu maumu."

Dave segera membuat tameng untuk melindungi dirinya karena tiba-tiba ada ratusan tombak yang datang kearahnya, begitu cepat dan tiba-tiba.

Ia menyeringai lebar lalu mulai berteleportasi dan menyerang gadis itu dengan belati yang ia simpan.

Gadis itu menangkisnya dengan mudah, menyadari keberadaan Dave yang berusaha membokonginya.

Dave semakin tertantang, ternyata lawannya tidak bodoh juga.

"Keluarkan saja apa yang kau punya nona muda. Kalau kau tumbang, jangan salahkan aku."

***

"Hei kau mau ke mana?" cegah seorang pemuda berjubah hitam.

Netta segera membuang muka dan berlari lebih cepat agar ia dapat menyusul Catherine. Di sekitar mereka salju mulai turun dengan derasnya jadi ia tidak ingin ada hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Hei kenapa kau malah berlari?!"

Netta mempercepat langkahnya karena ia tidak mau bermasalah dengan pemuda di belakangnya sebelum ia berhasil meredakan emosi Catherine yang ia anggap sudah lebih dari batas.

"Setidaknya jangan sekarang," batinnya sambil menenagkan dirinya sendiri.

"Kau gadis yang kurang ajar!!" Teriakan itu menggelegar dari mulut seorang pemuda yang kini sudah ada di depannya.

Netta terperanjat kaget hingga ia jatuh tersungkur di depan pemuda itu.

Tidak tanggung-tanggung, pemuda itu menendang tubuhnya hingga Netta sendiri terpaksa mengguyur wajah pemuda itu dengan air.

"Kau tahu, kau perlu belajar tentang sopan santun!" teriak pemuda itu tampak murka.

"Yang benar saja? Memang kau siapa? Kau bahkan berani menghalangi jalanku."

"Dan sebenarnya aku benci harus banyak omong seperti ini, jadi jangan salahkan aku kalau kau harus lenyap dari dunia ini," tambah Netta yang langsung menancapkan Sebilah pedang di dada pemuda itu hingga tembus ke depan.

Sesaat kemudian, pedang itu kembali padanya bersamaan jatuhnya pemuda itu ke tanah.

"Itu akibatnya, jika kau berusaha menghalangi jalanku," desisnya sambil menendang tubuh pemuda itu, persis seperti yang sebelumnya pemuda itu lakukan padanya.

Pemuda itu sempat menarik kakinya yang semakin membuat Netta geram. Ia kembali memaki-maki pemuda itu karena pemuda itu selalu menghalangi jalannya lalu tanpa belas kasihan, Netta menghentikan peredaran darah pemuda itu hingga kulitnya membiru dan menghembuskan napas terakhirnya.

Di kejauhan ia dapat melihat Catherine yang terbang menjauh kearah hutan. Sejenak ia mulai bertanya-tanya dengan apa yang dilakukan Ryn. Tapi pertanyaannya segera terjawab karena rupanya Ryn ingin melampiaskan emosinya di tempat yang sepi, tidak di tempat yang ramai.

Ia tersenyum sejenak melihat kepedulian Ryn lalu berlalu pergi untuk membantu White witch lainnya. Tidak susah baginya untuk membunuh pasukan Dark Knight yang jumlahnya melimpah ruah itu. Ia hanya perlu datang secara tiba-tiba, bahkan dari kejauhan pun ia bisa melakukannya. Cara seorang pengecut memang, karena dia akan mengontrol peredaran darah korbannya tanpa harus bertatap mata langsung dan bergulat dengan lawannya seperti apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang lainnya.

***

Jack menghunuskan pedangnya pada siapa saja yang menghalanginya. Pemuda gila yang baru saja menghalanginya cukup membuat emosinya meningkat dan menguras tenaganya. Ia mengusap darah yang masih mengalir dari keningnya sambil mencari dimana lokasi Ryn berada. Ia tahu, Ryn yang membuat badai salju ini. Dan ia juga tahu, Ryn tidak akan membiarkan ada orang yang menganggu perangnya. Tapi apa boleh buat, kekhawatirannya semakin bertambah saat ia mendengar teriakan penuh amarah, yang ia yakini bersumber dari Ryn sendiri.

Sulit ... sulit untuknya untuk menemukan keberadaan gadis itu di tengah badai, yang bisa membutakan siapa saja yang berani masuk kedalamnya.

Ekor matanya melihat beberapa Guardians dan White witch lainnya yang berusaha melawan ribuan pasukan Dark Knight. Dengan berat hati ia ikut turun dan melampiaskan segala amarahnya dengan api kesayangannya.

************************************
published : 16 Maret 2018
Revisioned : 05 September 2018

Haiiii~

Setelah ku pikir-pikir, cerita ini semakin aneh ya? Tapi bakal kubenerin deh nanti.. pa lagi mau ujian huh waktuku semakin berkurang buat nulis-_-

Jadi chapter ini kubuat karena aku ingin tokoh sampingan juga memiliki perang yang sebenernya gabisa kutulis dengan baik selama beberapa chapter ini.-.

Susah pake banget buat nulis chapter action begini yang sesusah susanya ku menulis tetap saja hasilnya fail-_

Yah setidaknya aku sudah berusaha semampuku jadi semoga suka ya (?)

Oke segitu aja, see you next week^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top