29
Catherine pov
Aku terbangun di dalam ruangan kosong dengan cahaya yang remang-remang. Mataku sempat berkedip beberapa kali Sambil menerka-nerka di mana aku berada saat ini.
"Catherine! Aku memerintahkanmu untuk mengikutiku untuk ikut masuk ke dalam ruang tersebut," kata seorang gadis yang tidak kukenal sama sekali. Ia mengatakan hal tersebut sambil menunjuk sebuah pintu yang ada di pojok ruangan.
"Siapa?"
"Sekali lagi, Catherine Anastasya! Aku memerintahkanmu untuk masuk ke dalam sana!" Suaranya sedikit meninggi, membuatku semakin bingung. Apa yang harus kulakukan?
"Memangnya kau siapa, menyuruhku seenaknya saja?"
"Aku diperintahkan putri untuk membawamu ke tempat kami. Cepat lakukan saja apa yang kusuruh."
"Mengesalkan sekali. Aku tidak mau!" jawabku kesal.
"Baik kalau itu maumu, sebentar lagi kau akan menyaksikan White Witch menjadi abu yang berterbangan."
Tanpa aba-aba aku membekukan mulutnya agar ia tak berbicara lagi.
"Beraninya kau berbicara seperti itu! White Witch tidak akan menjadi abu yang berterbangan seperti apa katamu. Seharusnya kau membawa cermin yang akan memperlihatkanmu hancur secara perlahan!" teriakku marah.
Tak beberapa saat setelah itu, aku merasakan tubuhku limbung dan sedetik kemudian, kesadaranku menghilang.
***
"Hah!"
Aku kembali tersadar. Kali ini, di ruangan yang terang benderang. Aku segera mengedarkan pandanganku melihat di mana aku berada sekarang. Kali ini aku terbangun di mana?
"Catherine? Kau sudah bangun?"
"Siapa kau!?"
"Hei tenanglah ... minumlah ini," jawabnya sambil menyerahkan segelas air putih itu padaku.
Aku segera meminum air itu tanpa berpikir dua kali.
"Ini di mana?"
"Aku akan memberi tahu Elena kalau kau sudah sadar."
"Tunggu ... sejak kapan aku pingsan?"
"Sekitar dua hari yang lalu mungkin hampir tiga hari."
Air yang masih ada dalam mulutku pun tersembur keluar saat aku mendengar bahwa aku sudah tidak sadarkan diri selama berapa hari tadi? tiga hari?
"Bisakah kau mengantarkanku ke tempat Leonore? Aku perlu berbicara padanya," sangkalku cepat menutupi rasa malu karena aku tidak sengaja menyemburkan air itu tepat di depannya.
Gadis itu menoleh padaku dan mengangguk. Ia mengambil sapu terbangnya dan aku segera mengikutinya karena waktuku tidak banyak.
Dalam waktu lima menit kami sudah sampai di depan ruangan Leonore.
"Aku akan memberitahu Elena nanti. Masuklah."
Aku mengangguk setelah berterima kasih dengannya. Aku segera mengetuk pintu lalu membukanya tanpa ragu.
Semua orang yang ada di dalam ruangan menoleh ke arahku dan kurasa mereka memang terkejut saat melihatku.
"Catherine? Kau sudah sadar?"
"Maaf semuanya. Maaf telah membuat kalian khawatir."
"Kenapa kau tidak istirahat dulu saja? Bukankah kau baru saja sadar?"
"Aku tidak apa-apa Fany. Aku ke sini karena ingin menyampaikan sesuatu."
"Langsung saja ke intinya Catherine."
"Luna yang ingin membunuh Claresta, bukan aku. Aku tidak tahu kenapa Claresta bisa menuduhku seperti itu."
"Kami tidak menyalahkanmu Ryn. Itu murni kesalahan Luna."
"Aku lega kalian berpendapat seperti itu. Tapi, Dark Knight sudah mengibarkan bendera perang. Mereka akan sampai sebentar lagi di sini."
"Apa!?"
"Aku yakin gadis itu berkata seperti itu. Meski ia tidak menyampaikannya secara langsung, tapi ia bilang kalau sebentar lagi aku akan menyaksikan para White Witch menjadi abu yang berterbangan."
"Kita harus bergegas!"
"Aku akan membuat pengumuman!"
"Dimohon bagi White Witch yang berada di sekitar akademi, segera masuk kedalam akademi dan persiapkan diri kalian masing-masing. untuk para Guardians, silahkan ikut berkumpul di barisan depan. Terimakasih."
Suara Leonore menggema di seluruh penjuru akademi. Entah kenapa aku merasakan sesuatu yang mengerikan akan terjadi sebentar lagi.
"Roxie! Rara!" pekik Elena tiba-tiba.
Aku melihat ke arah yang dilihat oleh Elena. Benar saja, Roxie dan Rara ada di sana sambil berlari tergopoh-gopoh seperti ingin menyampaikan sesuatu.
"Bahaya datang! Bahaya datang!" teriak Rara sambil melompat di depan pintu.
"Ada apa Rara?" tanyaku cepat.
"Pasukan Dark Knight sudah ada di depan. Mereka tidak main-main!" seru Roxie.
"Kita sudah terlambat. Kalian semua pergilah ke depan. Ada Mr. Rolfy dan beberapa anak di sana. Aku akan mengurus data-data disini lalu bergabung secepatnya dengan kalian," perintah Leonore.
Tanpa aba-aba, kami segera melesat pergi menuju ruang utama akademi. Di sana aku melihat banyak White witch yang berlalu lalang tak tentu arah. Aku mencari keberadaan Mr. Rolfy dan berhasil menemukannya yang sedang berteriak kesal di dalam kerumunan White Witch yang sedang berlalu lalang. Sepertinya Mr. Rolfy sedang berusaha menenangkan White Witch lainnya agar tidak membuat suasana makin rumit.
"Mr. Rolfy!" panggil Tata dengan suara yang menurutku cukup keras untuk bisa di dengar Mr. Rolfy.
"Hei kalian! Bisakah kalian diam dan berbaris? Kita perlu bersiap karena Dark Knight sudah ada di depan mata!" teriaknya lagi.
Sekitar dua puluh detik setelah berteriak, kepanikan mereda jadi kami bisa melihat dan mendengar dengan lebih baik.
"Guardians segera maju ke depan! Yang lainnya segera membentuk barisan!" teriaknya lagi membuatku tersadar bahwa aku harus terpisah dari Tata, Tiffany, dan Elena.
"Pakai jubahmu Ryn."
Aku mendengar Tiffany berbisik padaku tentang jubah.
"Terima kasih sudah mengingatkannya," responku sambil mengeluarkan jubahku dari magic bag.
Aku segera berkumpul dengan Guardians lainnya yang sudah menunggu.
Sebenarnya ini pertama kalinya aku berkumpul dengan Guardians lainnya. Aku melihat ada Netta, Jack, dan Dave di sana. selama ini aku tak pernah mengira bahwa Dave juga bagian dari Guardians. Pantas saja ia pintar sekali.
"Selamat bergabung Catherine dan Tiffany," seru Netta sambil melambaikan tangannya.
"Tunggu? Tiffany?" ulangku lagi nyaris berteriak.
"Kenapa kau kaget sekali? Tiffany pengendali angin kita!"
"Maafkan aku belum memberitahumu Ryn," Bisiknya pelan.
Aku hanya bisa mengangguk tanpa bisa menyangkalnya lagi. Jadi itulah alasan kenapa cahayanya putih.
"Aku hanya merasa sangat ... aku baru saja sadar, jadi maklumilah pikiranku yang sedang kacau ini," jawabku pada akhirnya.
Memalukan sekali! Semoga mereka percaya dengan jawabanku.
"Cepat Bersiap. Kita akan membuka gerbangnya," kata Jack yang sukses membuatku lega.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Jack membuka pintu dan di sana aku bisa melihat seseorang yang begitu familiar meski jubah bertudung itu menutupi sebagian wajahnya.
"Kurasa ... Halusinasiku mulai menganggu lagi,"
Aku mengedipkan mataku beberapa kali saat melihat apa yang kulihat saat ini. Aku berharap aku tidak akan terkecoh dengan sebagian imajinasiku sendiri.
"Apakah kau kaget dengan wujudku yang seperti ini?"
Tunggu ... suara ini berbeda, tapi aku juga mengenalnya.
"Apa kau pemimpin Dark night?" balasku menanggapi pertanyaannya.
Siapa dia?
Aku merasa seperti mengenalnya, tapi ini seperti khayalanku saja. Suaranya mirip dengan suara Luna tapi juga mirip dengan suara seseorang yang pernah kukenal sebelumnya.
Apa mungkin dia memang Luna?
Tapi sepertinya dia bukanlah Luna. Suaranya sedikit lebih berat dan berbeda dari biasanya. Saat aku berusaha melihat wajahnya, aku tidak dapat memastikan dengan pasti siapa gadis dibalik jubah itu.
"Kenapa balas bertanya? Kuulangi lagi, apa kau kaget dengan wujudku yang sekarang?"
"Tidak."
"Wow. Jawaban yang menarik Catherine Anastasya. Tapi aku minta maaf karena aku harus menampakkan wujud asliku padamu," jawabnya sambil membuka tudung yang menutupi sebagian wajahnya.
"Kau?!"
"Kau berbohong Catherine. Kau tampak terkejut sekali."
************************************
Published : 23 Februari 2018
Revisioned : 01 September 2018
Halo^^
Sorry... gantung-_ /digampar readers
Masih satu minggu lagi elah /plak/
Maafkan ya.. waktuku buat nulis berkurang /siapa yang nanya/ plak /
Jadi bisanya nulis sampai segini.. dilanjut minggu depan.. yang err...okay, Rina no spoiler!! -_-
Oke.. sampai jumpa minggu depan dan semoga kalian bisa bersabar ya ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top