20

Para white witch segera berkumpul di aula, Mempersiapkan kekuatan mereka masing-masing.

Seorang pemuda dengan jubah hitam khasnya itu maju dan berhenti tepat di depan wajah tenang Leonore. Mereka saling melempar pandangan tajam tanpa ada percakapan selama beberapa detik.

"Untuk apa kau menyerang kami?" Kali ini Leonore membuka suara.

"Tenang saja Leonore. Kami hanya ingin menawarkan perjanjian."

"Perjanjian busuk macam apa yang ingin kalian tawarkan kali ini?" desisnya tajam.

"Kami sudah tahu Leonore. Guardians baru sudah muncul. Awal yang menyenangkan bukan?"

"Cepatlah ke intinya! Apa maumu datang kesini hanya demi perjanjian busuk yang selalu kau ingkari!?"

"Singkat saja. Cepat persiapkan muridmu dan bawa half Blood itu padaku!" Nada bicaranya berubah menjadi lebih menyeramkan dan penuh penekanan.

"Half blood? tidak ada half blood di sini."

"Jangan melindungi temanmu! Dia sudah tidak ada dan aku perlu membalaskan dendamku."

"Apa tujuanmu ke sini? Melontarkan sederet kata perjanjian busuk saja 'kan? Cepat kembali ke tempatmu karena kau sudah tidak diperlukan di sini. Bukankah tugasmu sudah selesai?" desis Leonore seraya mengusir lawan bicaranya.

"Tujuanku memang mengajukan perjanjian. Waktumu hanya dua hari. Dan kalau kau tidak memberikan half blood itu padaku, maka jangan harap kau bisa melindunginya. Kami akan berusaha melacak siapa dia dan membunuhnya secepatnya. Baik, sesuai ucapanmu, selamat berjumpa kembali gadis lemah!" jawab pemuda itu sambil membawa pasukannya pergi dari akademi dan sedetik kemudian, ruangan itu menjadi sepi seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

***

Akhirnya, putri salju hidup bahagia dengan pangerannya.

The end

"Membosankan," gumam Ryn malas sambil melempar buku dongeng itu tepat di atas enam buku dongeng lainnya yang sudah ia baca sebelumnya.

Tangannya bergerak pelan mengambil buku berjudul Sleeping beuty, sebagai korban lemparan berikutnya.

"Berhentilah membaca itu kalau tidak suka Ryn. Kau tampak bosan."

Ryn memberikan tatapan maut pada Rara. Ia tidak peduli dengan apa yang ia baca, walaupun dalam hati ia mengiyakan perkataan Rara seratus persen benar adanya.

"Tidakkah kau ingin mencari buku lain untuk dibaca?" tawar Rara lagi.

"Tidak."

"Ryn terlihat lelah ... aku tahu, membaca bisa dijadikan alasan untuk menenangkan pikiran. Tapi, tidakkah Ryn ingin membaca sesuatu yang lebih menarik daripada dongeng-dongeng itu?"

Ryn sama sekali tidak menghiraukan perkataan Rara. Ia sudah malas dan pikirannya sempat melayang memikirkan keadaan akademi dan rencana-rencana Dark Knight. Apa yang membuat mereka datang kemari?

"Baiklah. Aku cari yang bagus ya. Di sini banyak buku dari dimensi manusia kok. Aku carikan ya," putus Rara pada akhirnya, tanpa memedulikan jawaban Ryn yang hanya mengendikkan bahu tidak peduli.

"Ryn suka buku apa ya? Buku bertema apa?" gumam Rara sambil mencari judul buku yang menarik dalam daftar buku perpustakaan tersebut.

"Mungkin yang bertema fantasi? atau yang bertema fiksi ilmiah? Romansa? Tidak, Ryn tidak suka Romansa. Baiklah, mari kita cari buku bertema sci-fi agar semangatnya kembali tumbuh!" putusnya sambil membuka halaman daftar buku tersebut.

"Wah ini buku tentang apa ya? Seumur hidupku aku tidak pernah membaca buku, jadi bagaimana caranya aku bisa tahu yang mana yang bagus?" gumamnya bingung sambil menengok ke kanan dan ke kiri, mencari seseorang yang bisa membantunya untuk memilihkan buku cerita untuk Ryn.

"Aha! Tepat sekali. Fany, bisakah kau membantuku memilih buku?"

"Sebentar Rara, aku sedang sibuk. Memangnya kau bisa membaca buku?" jawab Fany sambil kembali menata buku.

"Cuma mengambilkan beberapa buku bacaan saja kok Fany. Sebentar saja. Kau boleh memilihnya secara acak," mohon Rara memelas sambil menarik-narik ujung celana yang dikenakan Tiffany.

"Iya iya. Ini ada buku dari dunia manusia yang sempat kami kumpulkan beberapa tahun lalu. Aku tidak tahu apakah Ryn sudah pernah membacanya atau belum. Lagipula ini novel lama, sudah sekitar beberapa puluh tahun yang lalu buku ini terbit," jawab Tiffany sambil mengambil beberapa novel dan memberinya pada Rara.

"Tidak masalah Fany. Terima kasih banyak."

"Sama-sama."

Rara mengambil buku-buku yang Tiffany berikan padanya dan menaruhnya di meja Ryn.

"Aku menemukan beberapa novel yang lebih seru daripada cerita dongeng yang kau baca itu!" seru Rara sambil meloncat ke atas kursi dan duduk tepat didepan Ryn yang masih fokus membaca dengan mata yang setengah terpejam, setengah terbuka.

Dengan sekali lirikan, Ryn bertanya malas karena harus meladeni hewannya yang super cerewet ini.

Rara menyodorkan beberapa buku bacaan itu ke depan Ryn dan menyengir lebar, berharap Ryn akan suka.

"Apa ini? Maze runner? Harry potter?"
tanyanya bingung.

"Tentu! Ini buku bagus yang dikumpulkan di sini dari dunia manusia. Diterbitkan puluhan tahun yang lalu," jawabnya sambil tetap mempertahankan senyumnya itu.

"Aku tahu ... tapi aku tidak ingin membaca cerita seperti ini Rara. Aku tidak suka membaca buku bertipe sci-fi dan aku sudah membaca buku Harry Potter ini," jawabnya yang membuat senyum Rara luntur seketika.

"Lalu Ryn suka cerita bertipe apa?"

"Apa buku di sini lengkap?"

"Fany bilang buku-buku di sini lengkap."

"Aku mau baca buku ini," elak Ryn bersikeras mempertahankan egonya yang masih berkutat pada buku dongeng masa lalu itu.

"Kau tidak nyaman. Pilihlah salah satu buku lainnya yang bisa membuatmu senang, atau kau mau buku berseri?"

Ryn tampak berpikir sejenak lalu sebuah senyum yang jarang terlihat itu kembali merekah.

"Kalau begitu carikan aku buku berseri milik Agatha Christie. Tidak ada penolakan."

"Siap nona. Apa pun yang bisa membuatmu tersenyum," jawab Rara sambil tersenyum lebar, lalu mulai berlari menuju meja di mana terletak sebuah buku daftar bacaan.

***

"Miss Sheila. Maaf saya telat mengumpulkan data-data ini. Kemarin pekerjaan saya terhenti karena ada panggilan--"

"Tidak masalah. Semua orang juga dipanggil oleh Leonore. Terima kasih ya Tiffany. Kau sudah boleh kembali," potong miss Sheila.

Tiffany berjalan keluar ruangan dengan perasaan campur aduk. Apa ini saat yang tepat?

Tiffany berjalan dengan langkah ragu-ragu. Ia gugup dan bingung, apakah yang ia lakukan ini hal yang benar?

Sekitar lima belas menit lamanya, Tiffany terus menerus mondar-mandir bak setrikaan di koridor ruang guru.

Keringat dingin mulai meluncur dari pelipisnya. Degup jantungnya juga tidak kunjung normal sehingga menambah kesan gugupnya saat ini.

Dengan sekali helaan napas penuh keyakinan, ia memberanikan kepalan tangannya itu untuk mengetuk pelan pintu rotan di depannya.

Terdengar sebuah suara yang dikenalinya menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruangan.

Tangannya mulai memegang kenop pintu dan dengan sekali hentakan, pintu itu terbuka, menampilkan seseorang yang sangat berarti baginya selama ini.

Pandangan mereka bertemu, membuat suasana makin canggung di antara mereka berdua.

"Hai ... ibu?"

************************************

Published : 1 Januari 2018
Revisioned : 24 Agustus 2018

Happy new year my lovely readers..

Makasih buat vote dan komennya..

Huaa besok sudah masuk sekolah dan aku masih bimbang mau upate dua kali seminggu ato satu kali..

Jadi ku usahakan semampuku ya.. aku senpat mikir sih kalau aku mampu update seminggu dua kali.. tapi entahlah kita lihat nanti saja.. soalnya try out dan ujian praktek sudah menanti T_T

Oh ya.. untuk part awal magic world.. aku berencana untuk kurevisi dikit biar bahasanya gak aneh karna menurut aku sendiri bahasanya... ya begitulah.. *huft..

Oh ya! Kemarin internetku jelek banget sampai ternyata note ku ini ga ketulis dan aku baru sadar sekarang segelah ku publish tadi jam 12 malam -_

Jadi maafkan kesalahanku ini :v

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top