18
"Hei! Apa yang ia lakukan?" tanya Ryn heran saat melihat Jack terlempar keluar dari arena secara sia-sia.
"Dia sengaja Ryn."
"Sengaja? Dari mana kau tahu kalau dia sengaja?"
"Mudah saja. Jack selalu memperhitungkan dan berhati-hati dengan kekuatannya. Tapi kali ini ia yang sengaja menyia-nyiakan kekuatannya, agar kekuatannya habis dan terlempar keluar dari arena permainan."
"Tapi ... buat apa dia sengaja keluar dari sana?"
"Kalau itu aku tidak tahu Ryn. Mungkin dia lelah atau malas melanjutkan permainan," jawab Claresta.
***
Irene menyeruput tehnya dalam diam, begitu pun juga dengan Ryn yang sibuk meniup susu coklat panasnya.
"Aku tidak mengira kalau kelompok Luna yang memenangkannya," kata Irene memecah keheningan.
"Aku tidak peduli siapa yang akan menang. Yang penting bukan Luna sendiri yang memetik bunganya."
"Ya, aku setuju. Lagi pula Jack sengaja keluar dari permainan, bukan?"
"Aku tidak tahu. Maksudku, bisa saja dia tidak sengaja 'kan?"
"Mungkin ... tapi aku tidak yakin."
"Dari mana kamu tahu itu? Yang merasakan 'kan dia, bukan kamu."
"Ya terlihat saja Ryn. Sekarang, memangnya Jack pernah seperti itu? Kurasa tidak."
"Sudahlah ... bahas yang lain saja."
"Kalau gitu ... bagaimana caranya kau melempar keluar Luna? Itu keren sekali, Ryn. Selama ini 'kan, belum ada yang bisa mengalahkan Luna."
"Keberuntungan mungkin?"
"Mungkin?" Irene balas bertanya.
Ryn mengangguk.
"Bisa keberuntungan, bisa kau yang lebih kuat dari pada dia Ryn!" serunya heboh.
"Jangan terlalu memujiku. Itu belum tentu benar. Kalau itu hanya keberuntungan, aku bisa malu nanti," jawab Ryn.
Irene menghela napas pasrah.
"Baiklah ... minummu sudah habis 'kan? Kembali yuk!"
Ryn mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya, diikuti dengan irene. Mereka saling melempar salam dan berjalan kearah yang berbeda, Ryn ke kamar sedangkan Irene berjalan kearah kelas.
***
"Tiffany! Hei! Tiffany!" Tata terus meneriakkan nama Tiffany sambil terus mengejar Tiffany yang sudah mulai hilang dari pandangannya.
Merasa terpanggil, Tiffany pun berhenti dan menoleh ke sumber suara.
"Ada apa?" balasnya ikut berteriak.
"Penting!" teriak Tata lagi sambil terus berlari menghampiri Tiffany.
"Kita ke perpustakaan sekarang. Kalau perlu di tempat yang lebih sepi lagi," kata Tata sambil mengatur nafasnya.
"Baiklah. Kurasa di perpustakaan kita bisa berkomunikasi tanpa masalah," jawab Tiffany sambil memegang tangan Tata.
"Tentu saja. Kau bisa menghilang. Itu tidak masalah bagimu. Kekuatan yang sangat berguna bagi kita," respon Tata sambil tertawa kecil.
Mereka berdua segera masuk ke dalam perpustakaan dan duduk di tempat favorit mereka. Tentu saja, tanpa terlihat pengunjung perpustakaan lainnya.
"Jadi, ada apa?"
"Jadi seperti ini... mau tidak mau kita harus memberitahu dia tentang orang tuanya."
"Memangnya harus sekarang?"
"Kurasa iya. Karena, kapan lagi kita memberitahunya?"
"Sekarang, katakan dulu alasanmu. Kenapa tiba-tiba seperti ini?"
"Fany, aku punya firasat kalau Luna sudah mengerti tentang kerja sama kita. Kita sudah mengorek cukup banyak informasi. Apa perlu kita membicarakannya dengan ibumu terlebih dahulu?"
"Kalau begitu ... adakah firasat lain tentang Dark Knight?"
"Sejauh ini belum. Tapi kurasa dalam waktu dekat ini mereka akan kembali memancing, maksudku serangan kecil. Apa lagi salah satu orang penting mereka ada di sini, menjadi salah satu penyamar handal di antara ratusan anak. Semakin kita cepat bertindak, semakin cepat masalah ini semua selesai."
"Tapi tidak semudah itu kita menyelesaikannya. Sekali saja kita salah langkah, kita bisa menyebabkan rahasia ini makin salah dipahami White Witch lainnya. Maksudku, biar kita melakukannya pelan-pelan dan lebih terperinci," jawab Tiffany.
"Jadi menurutmu bagaimana?"
"Kita tunggu sebentar lagi. Tunggu reaksi dari Luna."
"Baiklah kalau begitu."
Tiffany mengangguk dan mengantar Tata keluar perpustakaan, membuat mereka kembali terlihat dan segera berpisah agar tidak ada orang lain yang mencurigainya.
***
"Aku pernah memergokimu menemui Tiffany di taman belakang."
"Lalu ada apa? Aku hanya ingin berterima kasih dengannya. Dia yang menemukanku saat pingsan waktu itu," jawab Tata sambil memutar bola mata.
"Jangan berbohong. Ada apa denganmu? Kau lupa dengan ibumu?" desisnya tajam.
"Jangan bawa-bawa nama ibuku! Dia tidak ada sangkut pautnya dengan ini. Meski aku half blood, akan kubuktikan bahwa half blood tidak bersalah dan tidak berpengaruh apa-apa bagi keseimbangan dunia!"
"Apa katamu? Percaya diri itu boleh, tapi jangan terlalu berharap seperti itu. Kenyataannya seorang half blood saja bisa mempengaruhi keseimbangan dunia."
"Jangan sok suci Luna! Aku tahu siapa dirimu! Kau tidak usah menghakimi diriku sebagai seorang half blood di sini. Kau sendiri berhati busuk dan lebih tepatnya adalah ... Kau juga seorang Half Blood."
"Kau tahu dari mana?! Siapa yang menyuruhmu mengetahuinya?!" teriaknya murka.
"Aku tidak menguping pembicaraan kalian. Aku bisa tutup mulut. Hanya saja kau harus lebih berhati-hati. Jangan pula kau berani melukai Ryn!" jawab Tata tak mau kalah.
Wajah Luna kembali memerah. "Terserah! Sebentar lagi aku juga akan memberikan kejutan besar untuk kalian semua. Jangan harap kalian berhasil," jawab Luna sambil melenggang pergi meninggalkan Tata yang hanya bisa menghela napas penuh kelegaan.
***
"Jika ada yang menyerang dari segala sisi, diperlukan ketangkasan dan kefokusanmu. Perhatikan lingkungan di sekitarmu dengan baik. Buat tameng dan lindungi dirimu. Dua hal itu adalah hal yang terpenting dalam teknik melindungi diri."
"Dengarkan baik-baik suara alam. Dengarkan langkah kaki yang menapak. Dengarkan setiap inci kekuatan yang dilepas oleh pemiliknya. jangan terlalu terburu-buru, santai dan selalu dengarkan. Kuncinya, berusahalah untuk tidak panik dan serang balik lawan saat kau menemukan waktu lengah."
Ryn mengangguk tanda mengerti. Mulai mempersiapkan diri untuk mendengarkan alam sekitar kalau-kalau miss Phina menyerang secara tiba-tiba.
Bruk!
"Fokus Catherine. Dengarkan alam sekitarmu. Kau bahkan tak mendengar kepakan sayapku. Ingat! Penyerang tidak selalu menyerang dari darat, bisa jadi dari arah air terjun itu, semak-semak, bahkan serangan dari udara," kata miss Phina sambil membantu Ryn berdiri kembali.
Ryn mengumpat karena sedari tadi yang ia dengarkan hanya suara kicauan burung dan suara air yang mengalir. Cukup sulit baginya untuk mendengarkan penyerangnya yang akan menyerangnya dari arah mana.
Bruk!
Ryn kembali terjatuh. Kali ini wajahnya yang terlebih dahulu mencium tanah.
"Jangan melamun saat perang terjadi. Kau bisa mati dengan sia-sia."
Percobaan dimulai lagi, Ryn terus menerus terjatuh dan berdiri kembali seolah-olah menunggu dirinya diserang lagi.
"Saya tidak akan menghentikan penyerangan ini sampai kamu sendiri berhasil menyerang saya. Tetap fokus. Saya berani menyerangmu secara terus-menerus, tidak peduli bagaimana kondisimu saat ini. Semakin lama kau menghabiskan waktumu untuk saya serang secara sia-sia, semakin kamu akan babak belur dan kehabisan tenaga."
Ryn tidak menjawab apa-apa. Berdoa agar ia dapat fokus dan kembali mendengarkan suara alam. Didengarkannya lagi dengan lebih saksama. Salju mulai berguguran dan itu membuatnya sedikit lebih tidak tenang. Ditepiskannya pikiran tentang ketakutannya itu dan kembali menunggu suara dimana miss Phina berada. Ia mencoba untuk tidak bergerak agar yang ia dengar bukanlah langkah kakinya sendiri atau suara akibat dirinya yang bergerak, tapi pergerakan lawannya.
Pelan tapi pasti, ia berhasil merasakan semilir angin yang terasa semakin dekat dengannya. Dilepaskannya kekuatannya itu saat ia berbalik menuju sumber angin tersebut datang.
Miss Phina ada di sana. sayap yang digunakannya membeku dan pecah di waktu yang bersamaan.
Miss Phina tersenyum penuh arti.
"Kau bisa. Hanya butuh kefokusan dan kesabaran. Kita memang butuh teori, tapi teori tidak bisa dibuktikan jika tidak ada praktek langsung. Dan barusan kau membuktikannya. Kemajuan yang sangat baik Catherine," pujinya yang membuat Ryn tersenyum kembali.
"Ayo kita ke ruang kesehatan. Lukamu perlu diobati."
Ryn mengangguk sambil menyusul miss Phina yang sudah mulai menaiki sapu terbangnya. Ia memang sudah babak belur, tapi ia bangga, jika kita terus berusaha, hasil yang diinginkan akan tercapai dengan sendirinya. Sangat memuaskan.
************************************
Published : 25 December 2017
Revisioned : 22 Agustus 2018
Well, aku tak bisa menahan diri untuk publish hasil revisi POM hari ini :D
Entah kenapa, hari ini aku cukup free, jadi ngebut nulis dan kebetulan sedang dalam mood merevisi POM :D
Okay, aku tau note yang kali ini gak penting, jadi silahkan abaikan note Rina dan baca Ceritanya ajaa♥♥♥
Hi my lovely readers ^^
Ahay.. di sini Rina mau mengatakan kalau cerita ini sudah mendekati konfliknya, meski datangnya konflik pelan-pelan.
Oke kembali lagi dengan rasa terimakasihku pada kalian yang masih setia membaca ceritaku ini.. entah apa jadinya cerita ini tanpa kalian..
Btw aku minta maaf ya kalau chapter ini pendek T_T
See you^^
Oh ya.. Happy Merry Christmas ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top