21a. Flirty - Part 1
Boy yang melihat sosok Jen dari kejauhan bergegas mempercepat laju. Ia berhenti tepat di samping mobil Pajero hitam yang akan dimasuki oleh sang kekasih. Setelah mematikan mesin; Boy lantas melepas helm, lalu mengulas garis melengkung pada bibir hingga kedua mata monolidnya tenggelam dalam senyum.
"Boy ..." sambut Jen berbinar.
"Halo, Jen. Lagi mau keluar makan siang, ya? Untung aku tepat waktu." Boy nyengir lebar sekali.
Marcus agak mendengkus. "Jen?" tanyanya.
"Oh, ya, Pakde. Ini teman aku, namanya Boy."
Boy turun dari motor dan menghampiri Marcus. Ia membungkuk sopan. "Siang, Om. Saya Boy," kenalnya. Lelaki itu lantas melirik Jen sinis. "Temannya Jen." Agak kesal karena Jen memperkenalkannya sebagai 'teman'.
"Hmm," gumam Marcus acuh tak acuh. "Teman kuliah?"
"Iya. Teman kuliah," sahut Jen gesit.
Boy kembali mengernyih. Sepertinya Jen tidak mau keluarganya tahu ia sudah punya pacar.
"Saya kemari bawa makan siang buat Jen." Boy mengangkat eco bag berwarna hijau untuk menunjukkan pada Marcus.
Jen sumringah, sementara Marcus tersenyum kecut.
"Saya bawa banyak, Om Marcus mau makan sama-sama?" tawar Boy lagi.
Sunggingan pada bibir Jen pudar; ia melotot ke arah Boy, mengumpat melalui matanya.
"Makasi, tapi saya akan makan di luar saja." Marcus membuka pintu mobil. Sebelum masuk, ia menoleh pada sang keponakan. "Kita ketemu satu jam lagi, Jen."
"Iya, Pakde. Selamat makan," kata Jen berbasa-basi.
***
Boy mengeluarkan paperbag dari restoran fast food yang berbeda-beda ke atas meja kayu. Lelaki itu lantas mengambil satu dan membukanya dengan santai.
Raut Jen penuh tanya. "Kenapa beda-beda gini, Boy?"
"Aku bawain kamu yang enak-enak. Supaya semangat menjalani kerja hari pertama." Boy menunjuk satu per satu yang ia bawa. "Ayam paling enak punyanya KVC, cheeseburger ya Makdi, sementara kalau french fries punyanya AWe," terangnya.
"Astaga, Boy ..." Jen terkagum-kagum. "Makasi, ya. Kenapa kamu repot segala, sih? Borosin uang demi beli semua ini. Padahal aku bawa bekal dari rumah. Seharusnya tadi chat aku dulu."
"Nggak apa-apa. Aku lagi ada duit. Nanti kalau kamu sudah lulus kuliah, gantian kamu yang kasih aku makan," sahut Boy tersenyum. "Kamu bawa bekal apa?"
"Mie," jawab Jen pelan.
"Mana sini, mienya aku yang makan. Kamu makan ini semua. Abisin, ya!"
"Beneran? Tapi mienya udah ngembang dan padat." Jen mengambil kotak makan. Ia lalu membuka dan menyodorkannya pada Boy.
Boy tersungging; cukup lebar, hingga mata lelaki itu menyipit bulat sabit. "Nggak apa-apa, justru yang begitu yang enak." Ia lantas menyambar bekal Jen dan menancapkan garpu ke dalam sana. "Nih, best part-nya, nyendok di sini bakalan ngikut semua mienya."
Boy dan Jen sontak terbahak. Iris gelap Jen membingkai wajah Boy yang makin tampan tiap kali lelaki itu tertawa. Ia sangat menyukai sosok yang sekarang duduk di hadapannya. Bukan hanya suka - tapi juga cinta.
Mereka lalu menikmati makan siang bersama pada picnic bench di taman kering studio arsitektur. Angin semilir membuat suasana makin nyaman dan tenang. Selain itu arah sinar matahari terhalang oleh tinggi bangunan, jadi tempat itu cukup teduh bagi keduanya. Sesekali Jen menyuapi Boy burger miliknya, dan lelaki itu menyambut penuh sukacita seperti seorang bocah kecil.
"Nanti pulang sama-sama?" tanya Boy.
Jen menggeleng. "Budhe bakal marah kalau aku nggak pulang sama Pakde. Apa lagi tadi Pakde sudah ketemu kamu, dia bisa menduga kalau kita pacaran."
"Kenapa? Kan emang kita pacaran?"
"Jangan sampai mereka tahu, Boy. Budheku nggak suka kalau aku kelihatan senang. Nanti dia akan jadikan itu alasan untuk berhenti membayarkan uang semesteranku. Dia pasti bilang, kerjaanku cuma pacaran dan main-main." Jen menatap Boy waswas. "Kamu nggak masalah, kan?"
"Nggak apa-apa," kata Boy. "Tapi, kapan kita ketemu lagi?"
"Lusa aku ada jadwal bimbingan di kampus. Gimana kalau pulang kuliah aku ke tempatmu?"
"Okay!" Boy mengacungkan jempol.
Jen lantas mengibaskan tangan. Ia gusar melihat nyamuk yang mengerubungi lengan Boy. "Banyak banget nyamuk gigitin kamu. Kenapa diam aja? Dipukul kek!" decaknya.
"Biarin aja. Mereka, kan, juga pengen mukbang kayak kita."
Jen pun terkekeh. Ia sangat beruntung dipertemukan dengan Boy - lelaki tampan yang selalu berhasil membuatnya tertawa bahagia.
CUT - BACA part 21+ LEWAT Karyakarsa.
Kalian bisa cari akun Kucing (spasi) Hitam dan nikmati kisah panas antara Boy, Jen, dan Caithlyn 🖤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top