6 - Siapa Tuh?

Seperti biasa Lintang dan Galang sampai di sekolah selepas Berlian tiba. Setelah keluar dari mobil, keduanya sontak menghampiri Berlian yang berjalan terdahulu.

"Pagi Li," sapa Lintang riang.

Berlian menoleh dan tersenyum. "Hai, pagi Lin, Lang."

Mereka bertiga pun berjalan beriringan menuju kelas. Berlian, Lintang dan Galang mengernyitkan kening heran ketika melihat semua murid terutama yang cewek sedang ribut sekali. Tidak tau apa yang orang-orang gosipkan pagi-pagi begini.

"Nggak bakal ada bom lagi, kan?" Lintang bergumam. Namun, ekspresi cewek-cewek itu tidak menunjukan kepanikan sama sekali. Malahan lebih terlihat seperti ... kegirangan?

Ketiganya kembali dibuat bingung saat menemui pemandangan yang sama di kelas mereka. Suasana kelas sekarang mirip sekali dengan suasana diskon 70+20% di mal. Celotehan kaum hawa sangat mendominasi ruangan ini.

"Gue rasa kelas kita ketiban durian runtuh, deh! Dulu Alvian, kemarin Galang dan sekarang OH MY GOD!" heboh Melin yang sekarang berada tepat di tengah-tengah lingkaran rumpi.

Lintang menepuk pundak Gina yang juga berada di lingkaran rumpi cewek-cewek itu.

"Emang ada apaan sih, Na? Baru juga pagi udah ribut-ribut begini, kayaknya satu sekolah deh ribut, pada ributin apaan?" Pertanyaan Lintang membuat mata Gina sama cewek-cewek yang lain membulat terkejut sekaligus antusias.

"Lo beneran nggak tau, Lin? Lo bener-bener nggak tau? Beneran? Sumpah? Suer?" Gina menyatakan pertanyaannya bertubi-tubi yang dibalas dengan anggukan bertubi-tubi juga dari Lintang.

"Kalau lo Li, juga nggak tau?" tanya Gina lagi pada Berlian.

"Iya, gue juga nggak tau," sahut Berlian kalem.

"Lo, Lang?"

Galang terkekeh. "Apalagi gue lah."

Gina menggelengkan kepala dan memandang kasihan tiga makhluk di depannya. "Ck ck ck ck.... Gini ya ... siap-siap. Kalian bakalan histeris juga kalo denger ini, siap-siap...."

"Buruan Na, gue penasaran...!" Lintang sampai menghentakkan kaki saking gemasnya pada Gina.

Sekarang malah Galang yang gemas menatap Lintang, walaupun cewek ini sebenarnya udah 'bangkotan' banget dari cewek-cewek lain di kelas, tapi Lintang terlihat sangat imut di matanya.

"Hari ini.... KYAAAAAA!" Omongan Gina terpotong karena teriakannya sendiri disusul dengan teriakan cewek-cewek lain, bahkan cowok-cowok yang sebenarnya cuek juga ikut teriak tidak karuan, bukan apa-apa sih cuman mau bikin suasana tambah kisruh doang.

Berlian, Lintang dan Galang mengikuti arah tatapan Gina dan yang lainnya. Bu Ria yang telah memasuki kelas memukul meja dengan telapak tangan dan menyuruh muridnya agar segera duduk. Mereka pun berlarian duduk ke bangku masing-masing tanpa berpaling sedikit pun dari objek pemandangan di depan kelas. Bahkan ada yang saling tabrak karena itu.

"Tenang-tenang!" Bu Ria kembali memukul meja karena anak muridnya terutama yang cewek semua menjerit. Ada yang jerit tertahan, ada juga yang kayak Gina dan Melin yang jerit-jerit sesukanya.

"Kalau kalian nggak diam, gimana saya mau memperkenalkan diri, diam yaaah...." Cowok itu menempelkan jari telunjuknya ke depan bibir.

"EH SEMUANYA DIAAAM!" seru Gina sambil senyum-senyum, padahal dia tadi yang paling heboh. Kelas pun kemudian hening seketika.

Lintang dan Galang secara tak sadar menggelengkan kepala bersamaan melihat ekspresi cewek-cewek yang aneh. Tangan mereka meremas-remas rok dan buku bahkan ada yang menggigit tasnya sendiri. Ini mereka nggak lagi pada kesurupan masal, kan? Hanya Berlian yang terlihat kalem walaupun cewek itu juga sesekali tersenyum.

"Silakan perkenalkan diri kamu," kata Bu Ria pada sosok yang hari ini menggemparkan satu sekolah. Sebenarnya Bu Ria juga mau jerit-jerit tapi ditahan, sadar sama wibawanya sebagai guru.

"Hai...." Cowok itu melambaikan tangannya.

"Hai...." balas cewek-cewek yang pada kalem seperti terhipnotis.

"Kalian udah tau saya kan? Nama lengkap saya Kiev Bhagaskara, panggil aja Kiev. Saya berhenti homeschooling dan lanjut di sini untuk rasain warna-warni dunia SMA. Saya juga bersyukur banget, saya bakal deket sama fans saya yang ada di sini. Kayak kalian gini cantik-cantik, lagi."

"Aaaaaaaaaaaaaaak...." koor cewek-cewek kelepek-kelepek mendengar apa yang cowok itu katakan. Sementara Lintang bingung setengah mati. Juga apa tadi katanya, fans?

Lintang memerhatikan cowok yang baru duduk di bangkunya yaitu tepat di sebelah Alvian. Lintang tersadar bukan cuman dia yang menaruh perhatian pada cowok itu.

Lintang lalu menepuk pelan pundak Berlian. "Li, lo kenal tuh cowok?"

"Lo beneran nggak tau siapa Kiev, Lin?" tanya Berlian dengan alis mengerut. Lintang mengangguk dengan bibir mengerucut.

"Dia itu selebriti, Lin. Aktor muda terkenal, dia juga udah berkarier dari kecil. Selain aktor dia juga penyanyi, suaranya bagus deh apalagi kalau sambil main gitar, keren banget," terang Berlian.

"Oh begitu...." Lintang mengangguk paham. Pantas aja respon anak-anak pada histeris. Secara gitu seorang seleb pindah ke sekolah mereka.

"Eh lo fans Kiev juga ya, Li?" Lintang memandang Berlian penuh selidik membuat cewek yang dipandangnya itu jadi salah tingkah.

"Eh ... iya sih tapi ngga fanatik banget. Cuman suka-suka gitu aja. Kalau lo gimana setelah liat dia, lo jadi ngefans ngga?"

"Enggak," jawab Lintang pendek.

"Masa Lin? Ganteng banget gitu."

Lintang kembali menatap Kiev. Emang ganteng, ganteng yang kadang bisa dikategorikan blasteran Indonesia-Surga. Bening sekali, hidungnya mancung, bibirnya juga sexy. Tubuhnya tinggi. Tapi bagi Lintang, tetap aja lah, anak-anak.

"Ganteng," Lintang bicara sesuai fakta. "Emang kalau ganteng harus semua suka dia ya?"

Pertanyaan balik Lintang membuat Berlian tercekat. "Hng ... nggak juga sih...."

***

Keesokan harinya saat istirahat kedua berlangsung, Lintang menemani Berlian untuk mengambil sesuatu dari dalam lokernya. Sementara Galang berada di kelas berkumpul sama cowok-cowok dengan niat menyelidiki Alvian.

"Hei!" Seseorang menepuk bahu Lintang dari belakang.

"Eh, iya?" Lintang menoleh lalu menatap bingung pada sosok di depannya.

"Nama lo siapa?" tanya cowok itu. Eh, eh, eh ... ngapain nih orang ngajak Lintang kenalan?

"Lintang," jawab Lintang pendek.

"Kenalin, gue Kiev," ujar cowok itu tersenyum seraya mengulurkan tangan ke arah Lintang.

"Iya, gue tau," sahut Lintang sekenanya, sesekali ia menengok Berlian di belakangnya, takut tiba-tiba terjadi sesuatu. Tidak ada yang tau apa yang bakal terjadi, kan?

Kiev melongo saat uluran tangannya terabaikan. Astaga, ini adalah peristiwa yang sangat langka untuknya. Ouch c'mon, dia ini selebriti papan atas. Selama ini banyak orang-orang yang meminta bersalaman dengannya terlebih dahulu. Yah, rata-rata cewek-cewek akan menjerit, minta tanda-tangan bahkan minta foto bareng saat bertemu dengannya. Lah ini cewek kok reaksinya begini?

"Tapi baru tau gue, kan?" tanya Kiev lagi.

"Iya, emang nggak boleh, gue baru tau lo?" Lintang mengubah posisi berdirinya menjadi menyamping agar dapat melihat Berlian dengan leluasa.

Kiev menggaruk tengkuknya. "Nggak gitu sih maksud gue, tapi masa...."

"Oke, yang penting sekarang gue tau lo ya."

Kiev kembali terperangah dengan respon Lintang.

"Eh gue duluan ya, Lin," kata Berlian setelah mengunci lokernya.

"Eh, ikut!" Lintang kemudian berjalan cepat di sisi Berlian.

"Hei! Hei!" Kiev berseru memanggil Lintang yang semakin menjauh tanpa memandangnya sedikit pun.

Tunggu, cewek tadi masih normal kan?

***

Saat jam pelajaran kosong, seperti biasa kelas selalu rusuh, apalagi ditambah dengan kedatangan Kiev. Cowok itu sangat menghargai penggemarnya. Malahan, saat ini dia membuka sesi tanda-tangan. Para cewek kelas lain bahkan mengantri di depan kelas XII IPA 1. Nasib buruk untuk fans Kiev lain yang sekarang kelasnya sedang melaksanakan proses belajar mengajar, mereka melewatkan kesempatan emas ini.

Kiev sekali-kali memandang cewek yang mencuri perhatiannya sejak awal. Ketika pertama kali ia memasuki kelas ini, bahkan sekolah ini, hanyalah Lintang yang menunjukkan gelagat tidak peduli dan terkesan tidak menyenangkan padanya. Membuat Kiev penasaran dengan cewek manis sekaligus jutek itu.

Kiev meletakkan pulpen dan menghentikan kegiatan fansign-nya secara tak sadar saat retina matanya menangkap ada cowok lain yang juga sedang memerhatikan Lintang. Lehernya bergerak berulang kali karena memandangi Lintang dan cowok itu bergantian.

Kayaknya, gue punya saingan kuat nih.

Bersambung

Boleh minta tolong untuk merekomendasikan cerita ini agar bisa menjangkau pembaca yang lebih luas. kalau menyukai cerita ini tolong beri aku ⭐️ dan komentar 🥰

Yuk hype cerita ini dengan memuatnya di instastory kamu jangan lupa tag instagram @inkinaoktari 🤗

Regards, Iin

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top