27 - Dark
Dalam sebuah kastil kegelapan, Aileen berjalan menyusuri koridor yang lengang. Ya, Aileen selalu mengganggap markas mafia narkoba itu sebagai kastil kegelapan. Sebab arsitektur tempat ini memang menggambarkan hal tersebut. Pencahayaan yang kurang membuat suasana kian mencekam. Jacob memang begitu antipati akan hadirnya cahaya terang benderang pada markas mereka. Entahlah, Aileen bahkan menduga bahwa pria itu adalah titisan vampir.
Ah, omong kosong macam apa itu.
Aileen membuka ruang kerja Jacob. Tangan kanannya menggenggam sebuah map berisikan berkas penting. Aileen menoleh ke kanan dan ke kiri, tidak ada tanda-tanda keberadaan Jacob dalam ruangan ini.
Tidak ingin berlama-lama di sana, Aileen meletakkan map tersebut ke atas meja kerja Jacob. Tunggu, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Di atas meja Jacob terdapat sebuah tombol di bagian ujung kanan yang entah berguna untuk apa. Ia tak pernah melihat tombol ini sebelumnya. Entah tersembunyi atau ia yang tak begitu memperhatikan.
Karena penasaran, jari telunjuk Aileen terarah untuk menekan tombol itu. Aileen mengernyitkan alis. Tak ada apa pun yang terjadi. Detik selanjutnya, Aileen kaget bukan kepalang sebab lantai yang ia pijak bergeser dengan sendirinya. Kemudian muncullah tangga yang menuju ke arah bawah tanah.
Mungkinkah, ini adalah tempat rahasia seorang Jacob Zarkandh?
Tanpa berpikir panjang, Aileen melangkah melewati tangga tersebut. Penerangan tempat ini lebih redup jika dibandingkan dengan ruangan yang berada di atas. Ada begitu banyak foto yang menempel pada permukaan dinding.
Satu kata yang bisa mendeskripsikan hal yang Aileen lihat pada ruang rahasia Jacob adalah ... mengerikan.
Aileen merinding. Subjek yang termuat pada banyaknya foto yang memenuhi ruang rahasia Jacob merupakan manusia. Baik laki-laki juga perempuan dengan usia yang beragam. Posisi mereka terbaring atau tersandar dengan wajah teramat pucat, bibir yang membiru, juga busa yang keluar pada mulut. Bisa Aileen simpulkan bahwa mereka adalah para pengguna narkoba yang meninggal dunia dalam keadaan sakau.
Mengapa Jacob mengumpulkan foto mereka yang sedang sekarat pada ruangan ini?
Aileen kemudian menyibak tirai hitam yang berada di ujung ruangan itu dan langsung jatuh tersimpuh karena syok yang begitu hebat. Matanya membelalak dan kristal air matanya lantas tumpah saat itu juga.
Di balik tirai tersebut, terdapat sebuah layar berukuran besar. Pada layar itu terputar sebuah video beberapa orang yang sedang menyeret seorang remaja laki-laki. Remaja laki-laki itu ... adalah seseorang yang sangat berarti bagi hidup Aileen.
Sinar Adi Nugraha.
Saat itu, Sinar memberontak sekuat tenaga. Meski Sinar memiliki keahlian dan sering memenangkan kejuaraan karate, tetapi kekuatan anak buah Jacob jauh lebih besar dibandingkan dirinya.
Mata Aileen kian membeliak tatkala sosok Jacob muncul di hadapan Sinar, bertindak sebagai penindas ulung. Pria asing itu membentak dan meneriaki Sinar tepat di telinga karena telah berani mengikuti dan berencana mengagalkan sebuah transaksi besar. Sinar didudukkan pada sebuah kursi dan diikat dengan sangat kuat.
Jacob terlihat amat murka. Ia menyiksa Sinar dengan begitu kejam dan anarkis. Tetes demi tetes airmata Aileen berjatuhan kala Jacob memerintahkan anak buahnya untuk menyuntikkan narkoba dalam dosis yang sangat tinggi kepada Sinar. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali.
"Rasakan, rasakan kematian oleh sesuatu yang kau benci itu. Dasar manusia sok suci!" hardik Jacob ke arah Sinar yang mulai melemah. Ia kemudian menangkup pipi Sinar dengan kasar. "Selamat tinggal anak malang. Kau salah besar telah berurusan denganku."
"A-anda akan menerima balasan yang setimpal." Sinar berkata tajam di sisa kesadarannya. "Polisi akan segera menangkap Anda. Tunggu saja."
"Cih, kau percaya pada polisi?" Jacob melayangkan tamparan keras pada pipi Sinar. Membuat wajah Sinar yang pucat pasi akibat pengaruh zat yang dimasukkan secara paksa itu memerah. "Orang-orang itu akan bungkam jika aku memberikan uang."
"Tidak. Masih banyak polisi hebat yang akan menegakkan kebenaran. Dan akhirnya Anda akan membusuk di penjara."
Jacob tertawa hebat. "Membusuk di penjara? Itu tidak akan pernah terjadi!"
"Kalau begitu, Anda akan membusuk di neraka." Perkataan Sinar membuat Jacob semakin mendidih.
"Kurang ajar! Bunuh anak ini sekarang juga!"
Jacob meninggalkan Sinar bersama anak buahnya tanpa sadar bahwa ia telah meninggalkan sebuah barang bukti tak terbantahkan. Dan tak lama setelah itu, seorang laki-laki berseragam polisi datang untuk menyelamatkan Sinar. Laki-laki itu bertarung mati-matian melawan anak buah Jacob. Namun, Sinar sudah tak sadarkan diri.
Aileen menangis terisak. Menumpahkan segala duka yang ada di hatinya. Sinar tidak pernah meninggalkannya. Tetapi takdir yang malah membawanya untuk berpihak dengan makhluk keparat yang telah membunuh Sinar.
Andai ia tahu. Andai ia ... tahu....
Menghapus airmatanya, Aileen bangkit dan mengacak-acak ruangan rahasia Jacob. Mencoba mencari-cari sesuatu. Sesuatu yang berguna untuk pembalasan dendam akan kematian Sinar.
Kedua bola mata Aileen lalu tertuju pada map yang baru saja terjatuh di sekitar kakinya.
Berkas-berkas laporan sebuah kasus. Diajukan oleh Iptu Galang Puguh Raditya.
***
"A-apa yang kau lakukan, Aileen?" Jacob bertanya dengan raut wajah penuh keterkejutan. Dinginnya moncong pistol masih terasa di pelipisnya. Aileen hanya menatap Jacob tajam setelah melepaskan Presiden yang langsung dicover oleh Adipati.
Pasukan bersenjata berhasil memasuki tempat itu dan lantas mengepung dari berbagai penjuru. Mereka mencoba menyergap anak buah Jacob yang melakukan perlawanan. Tak ingin Jacob lolos, Galang bergerak cepat untuk melumpuhkannya yang masih dalam penguasaan Aileen. Aileen memandangi Galang. Ia menyadari bahwa pria ini memanglah seseorang yang ada dalam video itu untuk menyelamatkan Sinar.
"Jacob Zarkandh, Anda ditahan atas pengedaran narkoba, penculikan, percobaan pembunuhan—"
Jacob kontan mengamuk dan berteriak-teriak karena tak terima tangannya telah terkunci oleh borgol. "Lepaskan aku polisi, sialan! Lepaskan aku!" Kalimat Galang terpotong karena teriakan Jacob.
"Aileen! Bagaimana kau bisa melakukan ini padaku?! Dasar gadis tak tahu diri! Kau, tunggu pembalasanku! Kau juga Presiden! Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu!"
Aileen menatap Jacob sekilas. Kemudian retinanya beralih pada Presiden dan Berlian yang kini juga memandangnya. Ada perasaan asing yang menjalar di antara mereka bertiga.
Tak terduga, di tengah kekacauan itu, salah satu anak buah Jacob berhasil melepaskan tembakkan ke arah Berlian tepat sebelum pasukan bersenjata membekuknya. Namun, sebuah punggung bergerak untuk melindungi Berlian.
Semua orang terpana. Berlian kontan memeluk Aileen yang roboh tepat di depannya. Perempuan itu telah melindunginya dari timah panas.
Menatap pemandangan itu, Presiden membeku di tempatnya.
Juga Adipati yang lantas tidak tahu harus berbuat apa. Jantungnya bagai dihunjam ribuan belati. Semua orang bergerak cepat. Bunyi sirene ambulans dan mobil polisi memekik menembus jalanan. Dalam ambulans, Berlian menggenggam tangan Aileen yang tak sadarkan diri. Wanita itu diberi penanganan pertama oleh Lintang. Dan di sebelah Berlian, Presiden duduk dengan kaku sembari terus memandangi kalung yang Aileen kenakan. Apakah gadis ini, memanglah Jingga Cahaya Aprilia Effendi yang menghilang, yang bahkan telah dianggap tiada?
Namun, mayat Cahaya memang tidak pernah ditemukan. Benarkah gadis pemberani yang sekarang berada dalam ruang ICU itu adalah putri sulungnya sekaligus kakak kandung dari Berlian?
Sesampainya di rumah sakit, Aileen langsung dilarikan ke ruangan ICU. Presiden lalu terkesiap, sebuah keributan yang ada di luar rumah sakit terdengar begitu kacau. Ada banyak wartawan di sana yang kini dihalau oleh personel kepolisian. Tentu, segala apa pun berita terkait orang nomor satu itu selalu menjadi sesuatu yang amat penting untuk dibahas dan menarik perhatian masyarakat. Walau sebenarnya pihaknya telah berusaha untuk menyembunyikan peristiwa ini dari kawanan media.
Welny Effendi berpikir dalam hati. Mungkin, ini adalah saat yang tepat untuk membeberkan identitas Jingga Aurelia Berlian Effendi yang sebenarnya pada seluruh negeri.
Di waktu yang sama, Jacob duduk di ruang interogasi berhadapan dengan Galang yang terus menatapnya tajam. Pria itu hanya diam memandang lurus tangannya yang terborgol. Jacob masih merasa tak percaya bahwa dirinya telah tertangkap. Ya, pria itu memang terlalu congkak.
Galang bersikeras untuk langsung menginterogasi Jacob walau seharusnya pria berpangkat inspektur itu sekarang berada di rumah sakit. Bagaimanapun Galang telah menerima banyak pukulan hari ini.
Mendengus keras sebab Jacob yang terus mengabaikan pertanyaan demi pertanyaannya, Galang lalu menunjukkan selembar foto ke hadapan Jacob. Umpannya berhasil. Jacob melirik dan menatap lama pada foto tersebut.
"Kenapa? Kau kenal remaja ini?" Galang bertanya. Ya, foto itu adalah foto seorang Sinar Adi Nugraha.
Jacob menjawab dingin. "Untuk apa aku mengenal remaja itu?"
"Sinar Adi Nugraha. Remaja berumur tujuhbelas tahun yang meninggal dunia karena narkoba. Bukan karena ia adalah seorang pecandu tetapi karena tindakan orang tak waras yang membunuhnya."
"Lalu?" Jacob tersenyum. Membuat Galang berdiri dan mencengkeram pinggiran meja dengan kuat.
"Lalu?" Galang mengulang pertanyaan Jacob yang terkesan meremehkan itu. "Aku menemukan bukti autentik bahwa kau terlibat dengan apa yang telah menimpa Sinar!"
Jacob tertawa geli. Kemudian memajukan tubuhnya untuk menatap Galang dan mulai berbisik sangat pelan, "Namun ... kau kehilangan barang bukti itu. Kau polos sekali percaya pada atasanmu yang tunduk padaku. Tapi dia juga akhirnya mati. Di tanganku."
Amarah Galang semakin meluap. Ia memukul meja dengan emosi yang membara. Galang hampir kalap jika saja Handoko dan beberapa rekan kerjanya yang memang mengkontrol dari ruang sebelah menahan Galang yang mengamuk nyaris hilang kendali.
***
Lintang yang telah menggunakan jas dokter memasuki ruang tempat Berlian dirawat. Ada beberapa orang petugas kepolisian yang bersiaga di depan pintu.
"Lian, kondisi kamu gimana?" Lintang bertanya seraya memeriksa cairan infus.
"Aku ... udah ngerasa baikan," jawab Berlian sambil melengkungkan senyum tipis lalu menepuk pelan lengan teman sebangkunya yang penuh misteri itu. "Harusnya kamu juga istirahat, Lin."
Lintang tersenyum hangat. "I'm fine, Lian."
"Kok bisa kalian nyamar jadi anak SMA?"
"Hehe, rahasia negara dong."
"Lintaaaang." Berlian merengek seperti anak kecil.
"Iya-iya, entar cerita. Tapi kamu harus banyak istirahat dulu," ujar Lintang. Gadis itu yakin bahwa Berlian pasti masih merasa trauma.
"Ah iya, gimana keadaan Al?" tanya Berlian dengan raut wajah khawatir.
Lintang mengernyit bingung. "Al?"
"Maksudnya Vian. Hm, Alvian." Berlian lantas meralat.
"Oooh, dia juga udah baikan. Luka tikamnya udah ditangani dengan baik. Kenapa? Mau jenguk? Kamarnya tepat di seberang."
Namun, sepertinya Alvian sedang dikunjungi oleh pimpinan Badan Intelijen Nasional. Berlian lantas menggeleng. Al pasti juga perlu istirahat yang cukup.
"Terus keadaan cewek yang nyelamatin aku tadi gimana? Dia baik-baik aja, kan?"
Lintang mengangguk. "Namanya Aileen, dia baru aja keluar dari ruang operasi. Untungnya, peluru nggak menembus organ jantungnya. Tapi sekarang dia masih belum sadarkan diri."
"Lin, gue mau lihat keadaan Kak Aileen."
"Kak Aileen?"
"Keliatannya dia lebih tua daripada ... aku."
"Aku juga jauh lebih tua daripada kamu."
"Iya ya? Kak Lintang, nanti tolong anterin Lian, ya."
Kedua gadis itu kemudian tertawa bersama.
Sementara itu di depan ruangan Aileen, Adipati menatap gadis yang sedang terbaring lemah itu dengan pandang nanar.
"Adipati," seseorang menepuk pundaknya.
"Pak Presiden."
"Ada yang ingin aku bicarakan padamu."
Adipati mengangguk. Presiden kemudian bicara pada Adipati di sebuah ruangan kosong. Hanya ada berbagai peralatan medis yang menghuni ruangan itu.
"Aku telah melakukan tes DNA dengan gadis itu. Dan benar, dia adalah Cahaya. Putri sulungku yang telah menghilang."
Adipati tak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya.
"Dan mulai sekarang aku menugaskanmu untuk melindunginya."
Bersambung
Boleh minta tolong untuk merekomendasikan cerita ini agar bisa menjangkau pembaca yang lebih luas. kalau menyukai cerita ini tolong beri aku ⭐️ dan komentar 🥰
Yuk hype cerita ini dengan memuatnya di instastory kamu jangan lupa tag instagram @inkinaoktari 🤗
Regards, Iin ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top