13 - Sinar

Galang menatap nanar kue ulang tahun yang hancur berantakan karena terlindas oleh ban mobil yang sedang dikemudikan dengan penuh emosi. Langkahnya yang panjang terayun cepat untuk mengejar mobil Lintang. Gadis itu telah salah paham karena melihatnya berpelukan dengan perempuan lain. Perempuan itu merupakan rekan kerjanya di kepolisian. Namanya Luna, gadis itu baru saja dikabari bahwa kedua orangtuanya telah meninggal dunia karena kecelakaan. Sedangkan ia sedang bertugas di wilayah yang teramat jauh dari daerah asalnya.

Malam itu, Galang melajukan motornya menuju rumah Lintang. Ia hanya bisa menghela napas berat karena Lintang menolak keras untuk bertemu dengannya yang disampaikan oleh Bintang, adik Lintang yang paling bungsu. Galang kemudian memutuskan untuk menemui Lintang pada hari esok. Membiarkan Lintang sendiri dan berharap amarah gadis itu bisa mereda dan dapat berpikir secara jernih.

Galang benar-benar tak tahu tentang hari esok. Hari di mana bencana itu datang. Hari yang membuat seluruh rencana masa depannya hancur berantakan. Pada hari itu, Galang berniat untuk menemui Lintang di rumah sakit dan menjelaskan semuanya. Menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi, berharap Lintang akan mengerti dan mereka akan segera berbaikan. Galang mengulas senyum saat gedung rumah sakit tempat Lintang bekerja mulai terlihat. Pria itu menepikan motor kala merasakan getar pada saku celananya. Ada panggilan dari Sinar, adik laki-laki Lintang.

"Bang, lo harus ke sini. Gue lagi buntutin pengedar narkoba!" seru Sinar setelah Galang menerima panggilannya. Remaja itu berseru dengan intonasi rendah tapi kentara sekali antusiasme dalam nada suaranya. Sinar menyebutkan alamat suatu daerah secara lengkap. Meminta Galang untuk segera datang.

Mata Galang lantas melotot dan berseru melarang Sinar untuk melakukan tindakan penuh risiko itu. Galang tahu bahwa Sinar memiliki ambisi yang besar sebagai anggota kepolisian seperti sang ayah. Sinar juga merupakan atlet karate dengan prestasi yang menggunung. Sinar gemar menolong orang lain untuk mengejar pelaku kejahatan seperti jambret, copet dan sebagainya dengan kemampuannya. Namun, pengedar narkoba sama sekali bukan tandingan anak itu. Mereka terlalu berbahaya.

Apalagi letak daerah yang Sinar sebutkan terlampau jauh. Galang memerintahkan Sinar untuk segera meninggalkan tempat itu. Namun terlambat, jantung Galang bagaikan ditembus oleh timah panas saat mendengar kekehan mengerikan yang tentu bukan keluar dari mulut Sinar. Handphone Sinar terhempas jatuh. Galang tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun bisa ia pastikan bahwa keadaan Sinar sedang berada dalam bahaya.

Galang segera memutar balik dan melajukan motornya menuju tempat yang Sinar sebutkan. Melupakan niat hatinya untuk menemui Lintang. Kini pikirannya hanya tertuju pada Sinar. Hujan lebat turun secara mendadak disertai kilat dan petir yang menyambar tak menghalanginya sedikit pun. Walau beberapa kali hampir terlibat dalam kecelakaan, Galang terus melaju membelah jalanan. Ia harus menyelamatkan Sinar. Apa pun yang terjadi.

Sayangnya, Galang benar-benar telah terlambat.

Sinar terkulai lemah dengan tubuh terikat. Keadaannya teramat kritis. Galang mengepalkan tangannya. Bagaimana bisa orang-orang itu berlaku sebejat ini? Mereka memasukkan zat haram itu ke tubuh Sinar dengan dosis melebihi batas wajar. Dan itu berarti sama dengan membunuhnya.

Setelah membawa Sinar ke rumah sakit. Galang tak bisa mengendalikan perasaannya melihat Lintang yang histeris memanggil-manggil Sinar. Lintang bahkan dibentak oleh dokter seniornya. Gadis itu hancur. Melebur bersama rasa sakit yang begitu menusuk. Galang menopang tubuh lemah Lintang sebelum gadis itu jatuh ke lantai.

Tak tahan lagi, direngkuhnya gadis itu. Jiwa mereka sama-sama terguncang. Semakin parah saat dokter memberitahukan bahwa Sinar telah tiada. Lintang berlari menuju Sinar. Sedangkan Galang hanya bisa berdiri menatap dari kejauhan.

Tubuh Galang limbung, airmatanya berjatuhan. Hatinya terus saja mengutarakan kata maaf. Remaja itu meninggal dunia karena narkoba. Bukan atas dasar keinginannya. Melainkan secara paksa, oleh sindikat kriminal kelas kakap yang mempunyai cara tersendiri untuk menyingkirkan orang-orang yang berani mengusik mereka.

Usai hari itu, Galang berubah menjadi raga tanpa nyawa. Pria itu terus menyalahkan dirinya atas peristiwa yang telah menimpa Sinar. Bukan karena jarak yang terlampau jauh, bukan karena hujan lebat diiringi petir kala itu, ini murni kesalahannya. Ini benar-benar kesalahannya. Galang berpikir, harusnya ia bisa datang lebih cepat. Harusnya ia bisa menyelamatkan Sinar.

Sosok Sinar terus membayanginya. Saat pertama kali ia bertemu Sinar, berbeda dengan Bintang adik bungsu Lintang yang jail, Sinar adalah pribadi yang begitu hangat. Anak itu menemaninya push-up ketika Galang harus berjuang melakukan push-up tanpa henti sesuai perintah dari ayah Lintang. Sejak saat itu Sinar dan Galang menjadi sangat dekat.

Galang meringkuk di ujung kamarnya yang gelap. Matanya kosong memandang barang bukti yang ia pungut di tempat kejadian perkara. Tubuhnya gemetar hebat. Kondisi Galang membuat Lintang bertanya-tanya akan keberadaan pria itu saat dirinya dirundung duka. Kala Lintang benar-benar membutuhkannya. Gadis itu tak tahu bahwa Galang juga sangatlah hancur. Pria itu tenggelam dalam rasa bersalah yang begitu besar.

Galang melarang semua orang untuk memberi tahu Lintang tentang keadaannya. Ketika ia telah mampu bangkit berdiri. Cowok itu pergi ke rumah Lintang yang masih dalam suasana berkabung. Kakinya membeku di tempat saat melihat Lintang baru saja tiba bersama seorang pria yang Galang ketahui sebagai rekan Lintang sesama dokter. Pria dengan setelan rapi membukakan pintu mobil untuk Lintang. Dan Galang tahu pria itu sudah menyukai Lintang sejak lama.

Sempurna sudah kekalahannya. Dari awal Galang selalu merasa tak pantas untuk bersanding dengan Lintang. Ditambah peristiwa naas yang baru saja terjadi membuat Galang terus saja mencaci maki dirinya sendiri. Tanpa kata, Galang meninggalkan tempat itu dengan hati penuh sesak.

Sejak itu, Galang tak pernah menghubungi Lintang. Memutus komunikasi mereka secara sepihak. Ia terus menghindari Lintang. Memastikan batang hidungnya tak tertangkap oleh retina indah gadis itu. Galang hanya menatap sosoknya dari jauh tanpa Lintang ketahui. Gadis itu terlalu sempurna untuknya dan ia harus melakukan sesuatu untuk mencari kebenaran.

Lintang berhenti menghubungi atau mencarinya, mungkin gadis itu telah lelah. Pekerjaan Lintang juga bukan suatu yang bisa diabaikan. Galang sendiri bertransformasi sebagai robot pekerja. Ia bekerja siang dan malam mengumpulkan data dan bukti yang terkait tentang sindikat mafia narkoba yang telah mencelakai Sinar. Kerja kerasnya tercium oleh sang atasan. Galang dipanggil menghadap, ia diminta untuk menyerahkan data dan bukti yang telah ia kumpulkan dan beliau berkata bahwa beliau sendiri yang akan memproses kasus tersebut. Tanpa pikir panjang, Galang menyerahkan hasil kerja kerasnya pada sang atasan.

Minggu berikutnya ia mendapat perintah mutasi. Galang sedikit terkejut tapi ia tak dapat berbuat apa-apa. Galang di tempatkan pada daerah yang sangat terpencil. Menangani pemberontakan dan terlibat adu tembak setiap harinya.

Galang merindukan Lintang. Jangankan untuk menghubungi gadis itu, menghubungi keluarganya saja Galang tak bisa sebab tidak adanya jaringan yang tersedia. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Galang berharap pelaku pembunuhan Sinar telah ditangkap dan diadili. Namun, semesta berkehendak lain. Galang tak bisa menahan rasa kekecewaannya saat mendengar kabar bahwa atasan yang ia hormati terjebak dalam kasus suap dan ditemukan meninggal tanpa alasan yang jelas.

Bukti dan data yang Galang kumpulkan itu pun hilang tanpa jejak. Ia kemudian dipanggil untuk kembali oleh Pak Handoko yang telah ditunjuk untuk menggantikan posisi atasan Galang sebelumnya. Beliau tahu bahwa Galang sempat menyelidiki kasus sindikat narkoba internasional yang dipimpin oleh pria asing bernama Mr. Jacob. Menurut Pak Handoko, Galang adalah orang yang sangat tepat untuk mengemban misi khusus yang akan segera dimulai.

***

Airmata Galang jatuh tanpa bisa ia tahan. Semuanya telah ia ungkapkan. Sangat berat bagi Galang untuk menjelaskan segala hal yang terjadi. Sudah lama ia ingin bicara, namun urung dengan berbagai alasan. Kini Galang pasrah jika Lintang tak ingin lagi bicara dengannya, tak ingin menatapnya atau bahkan mencaci makinya.

"Gue salah, Lin.... Gue salah.... Semua itu gara-gara gue. Seandainya gue bisa nyelamatin Sinar—"

Tubuh Galang membeku saat Lintang memeluknya erat. Gadis itu terisak hebat. Tidak, Galang tak memiliki kesalahan sedikit pun atas peristiwa yang menimpa Sinar.

Lintang tak pernah tahu bahwa Galang sehancur itu. Laki-laki itu telah hidup dengan dihantui rasa bersalah yang teramat mencekik. Galang juga menganggap Lintang terlalu sempurna dan tak pantas bersanding dengannya. Cowok itu tak pernah mengerti, bahwa bagi Lintang, Galang adalah kesempurnaannya.

"Lo nggak salah, Lang." Lintang mengurai pelukannya dan menangkup pipi Galang. Mata keduanya beradu dengan airmata yang terus turun tanpa henti. "Seandainya lo nggak ada. Gue bahkan nggak bisa liat Sinar untuk terakhir kali...."

"Seharusnya lo ngomong dari dulu, Lang...."

"Seharusnya lo nggak ninggalin gue...."

"Seharusnya kita hadapin semuanya sama-sama...."

Lintang terus saja bicara sambil terisak. Galang menggenggam tangan Lintang yang ada di pipinya. Merasakan kekuatan yang dihantarkan secara tak kasat mata.

"Gue masih sayang sama lo, sampai sekarang, sampai nanti," lirih Galang seraya menghapus airmata Lintang, cowok itu kemudian memeluk Lintang dengan segala perasaannya. Semua beban yang dipikulnya seolah menguap. Mencairkan luka, menguraikan sesak.

Lintang mengangguk dalam pelukan Galang. Gadis itu melingkarkan tangan ke perutnya. "Gue bahkan nggak punya calon laki lagi selain elo...."

Galang tertawa kecil seraya mengeratkan pelukan mereka. Mengusap rambut Lintang penuh kasih sayang. Pikirannya menjelajah, seandainya waktu mengizinkan mereka untuk berpikir lebih baik pada masa itu.

Ketika mereka dapat berbagi luka dan saling menyembuhkan. Mengapa keduanya harus menahan perih sendiri-sendiri?

Bersambung

Boleh minta tolong untuk merekomendasikan cerita ini agar bisa menjangkau pembaca yang lebih luas. kalau menyukai cerita ini tolong beri aku ⭐️ dan komentar yaa 🥰

Yuk hype cerita ini dengan memuatnya di instastory kamu jangan lupa tag instagram @inkinaoktari 🤗

Regards, Iin

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top