Bab 24 Terlacak
Hati-hati dengan penipuan!
Akhir-akhir ini sedang marak kasus penipuan yang mengatasnamakan hubungan darah. Jika Anda merasa telah menjadi korban atau melihat penipuan terjadi, segera hubungi pihak berwajib. Tertanda, Polaris.
*
Rakyat jelata hanyalah sekelompok orang bodoh yang mudah ditipu. Mungkin itu lah yang ada di kepala IPTU Bintang Utara. Kenapa begitu? Apa di matanya kita ini, orang biasa hanyalah beban yang sulit diatur hingga begitu keras dia menegur.
Menjadikan seseorang sebagai tersangka dalam sebuah kasus memang wajar. Tapi jika haru terus mendesak dan bahkan menuduh hal-hal yang di luar nalar, apa itu masih dibiarkan. Apa lagi caranya membuka mulut tiap tersangka. Polisi ini tidak punya hati sama sekali.
Berhati-hatilah karena ada rubah berbulu singa di manapun kalian berada. Tertanda Arya, Andi Rudi.
*
Pemberitahuan pada setiap penyelenggara usaha untuk lebih memperhatikan sertifikasi usahanya. Setiap tindakan yang dilakukan akan tercatat secara otomatis dan pengontrolan akan dilakukan rutin oleh pihak yang bersangkutan. Jika ditemukan jejak pelanggaran hukum, maka akan segera ditindaklanjuti. Tertanda Polaris.
*
Beban Orang Kecil
Jika kita menimbang menggunakan neraca, mungkin piringan rakyat kecil akan jatuh ke tanah duluan. IPTU Bintang Utara dengan blak-blakkan mengatakan kalau masyarakat hanyalah beban berat baginya. Kalian harus mengikuti perkembangan dunia dalam berita jika ingin tahu sifatnya yang sebenarnya. Dia harus dikenai pasal karena telah menghina dan merendahkan orang lain! Tertanda Ron, Andi Rudi.
*
Sosialisasi penerapan undang-udang dalam kehidupan sehari-hari dan pencegahan pelanggaran hukum akan dilaksanakan mulai awal bulan depan. Hal ini dilakukan guna menyikapi perilaku masyarakat yang kurang taat aturan, terutama hal-hal yang mengatur secara detail seperti ujarang kebencian, penghinaan, pelecehan, dan pencemaran nama baik. Perlu diingat kalau semua orang yang terlibat akan dikenai sanksi menurut undang-undang. Tertanda Polaris.
*
Aurora menegakkan punggungnya, merilekskan beberapa sendi yang penat. Dia mengambil secangkir cokelat panas dan menyesapnya sedikit. Komputer di depannya masih menyala dengan tampilan awal pencarian.
Di belakang kursi Aurora, Bintang memegang koran yang baru saja terbit pagi ini. Bintang mengamati kolom iklan pada koran itu dengan ekspresi rumit.
"Kau benar-benar ahli dalam menjatuhkan orang," kata Bintang tanpa melihat Aurora.
"Ya, aku belajar dari ahlinya." Aurora turun dari kursinya dan mendekat ke meja di tengah ruang kerja. Di sekitar meja ada Bintang dan Yogi yang masing-masing memegang koran.
Jawaban Aurora terdengar konyol, jadi Bintang bertanya, "Ahli menjatuhkan orang?"
"Tidak, bukan itu. Tapi ahli dalam menulis. Aku hanya memanipulasi rangkaian kata-kata dan mengubahnya sedemikian rupa." Aurora tertawa saat menjawabnya.
Ahli menulis yang Aurora kenal pasti banyak. Tapi jika harus memikirkan satu orang yang paling mungkin, jawabannya sudah bisa dipastikan. Siapa lagi orang yang pandai dalam mengolah kata dan kebetulan memiliki hubungan baik dengan Aurora selain Rena.
"Kau masih berhubungan dengannya?" Sebenarnya bukan itu yang ingin Bintang tanyakan. Hanya saja langsung menanyakannya akan terdengar agak kasar. Jadi dia mengambil topik lain sebagai pembuka.
"Tentu saja. Aku tidak pernah berpisah dengan Rena sejak kami berteman baik. Apa kau sudah bertemu dengannya? Dia memiliki perut yang sangat besar." Rena memang memiliki perut yang sangat besar karena kehamilannya. Tapi Aurora mengatakannya seolah itu karena pola makan yang buruk. Kesalahpahaman tidak bisa dicegah masuk begitu saja ke kepala Yogi yang mendengarkan dengan tenang.
"Ya, perutnya sangat besar." Bintang mengangguk setuju. "Aku rasa dia akan segera melahirkan."
Seketika dada Aurora terasa sesak. Matanya diam-diam melirik benda pipih mengkilap yang melingkar di jari manis Bintang.
Yogi juga tidak bisa menahan untuk mengangguk-angguk sambil mengerucutkan bibirnya. Sekarang dia mengerti apa yang kedua orang ini maksud dengan "perut yang sangat besar".
"Kapan kau bertemu dengannya?" Secepat kilat Aurora mengalihkan pandangannya dan kembali ke pembicaraan semula.
"Beberapa hari lalu saat aku menemani Dani ke kampus adiknya. Kau tahu, sekilas dia akan terlihat telah mengalami evolusi menjadi sedikit lebih feminim. Pada kenyataannya kepribadiannya tidak berubah sama sekali. Dia masih seperti singa betina yang agresif dan memendam begitu banyak kebencian selama bertahun-tahun. Kalau tidak segera dihentikan, perasaan yanga ada di dalam hatinya akan benar-benar menjadi dendam seumur hidup."
Aurora tidak bisa menahan tawa saat mendengar ini. "Apa maksudmu dengan dendam itu? Kalian bahkan tidak pernah terlibat dalam masalah sama sekali."
Tiba-tiba saja jantung Bintang seolah ditusuk dengan seribu jarum. Jika dilihat dengan benar, Bintang sama sekali tidak punya masalah dengan Rena. Hanya saja, subjeknya berbeda. Dia jelas punya masalah yang cukup serius dengan sahabat singa betina itu.
Sudah lebih dari satu minggu Tim 21--begitu sekumpulan orang itu menyebut diri mereka sendiri berperang tulisan di koran. Gun sebagai kepala bagian iklan pun menyetujui menyisakan satu kolom untuk digunakan Tim 21 secara gratis. Sebenarnya Gun juga takut terjerat hukum dan ingin kasus ini segera selesai.
Penggunaan "atas nama" menjadi perdebatan dalam beberapa waktu dan akhirnya diputuskan dengan Polaris, agar Andi lebih peka. Dan ikan pun memakan umpan.
Andi terpancing dan terus membalas iklan yang Tim 21 pasang dengan emosi yang meluap-luap. Aurora telah mendapat akses untuk mengeksekusi jaringan setiap email yang dikirim pada bagian iklan koran dan memantaunya setiap saat. Awalnya butuh beberapa hari bagi Andi untuk menjawab. Lalu kedua kalinya Andi mengirim email satu hari setelah iklan Tim 21 terbit. Dan hari ini, mereka menunggu persingkatan waktu lagi.
"Yogi, apa yang kau baca?" Aurora menceriakan suaranya sedikit.
"Ah? Oh, aku sedang membaca koran."
".... Maksudku apa yang baca pada koran itu?"
"Oh, maafkan aku. Aku sedang membaca berita terbaru hari ini. Sebenarnya ini adalah berita tentang Pak Bintang."
Karena iklan-iklan dengan nama Bintang terpampang jelas, menutupi keganjilan di Polres Tegal Kota menjadi semakin sulit. Berita tentang Bintang yang tidak becus sebagai seorang petugas kepolisian sudah menyebar bagai jamur yang tumbuh dengat cepat. Tak seorang pun bisa membendung keinginan untuk tahu lebih lanjut, atau bergosip. Hampir setiap hari ada wartawan yang menunggu Bintang atau seseorang untuk diwawancarai terkait masalah ini. Bayu, sebagai kepala Polres Tegal Kota dipanggil ke Polda Jawa Tengah untuk dimintai keterangan.
Dunia-- bukan, tapi negara sedang heboh karena berita seorang polisi yang lalai akan tugasnya. Tapi suasana ruang kerja nomor 21 itu sangat santai. Terkadang berbicara serius, namun kebanyakan hanyalah candaan tidak penting.
Ting....
Suara berdenting terdengar dari sisi depan ruangan. Ketiga orang di dalam ruangan langsung berbalik dan menatap layar komputer.
Hal pertama yang Aurora lihat dari layar yang bersinar itu bukanlah alamat email atau isinya. Dia segera memperhatikan server email yang tertera pada bagian informasi, dan melacak lokasinya dalam hitungan detik.
"Aku tahu tempatnya. Tempat itu adalah sebuah bengkel di daerah Simpang Lima. Kita harus ke sana sekarang!" kata Aurora pada dua orang lainnya.
Bintang dan Yogi mengangguk dan bersama, keluar dari kantor. Di lobi, Dani sedang memainkan kunci mobilnya di jari sambil berbicara dengan teman sejawatnya. Auroa menjadi orang pertama yang berlari, kemudian disusul Yogi. Beberapa orang yang ada di lobi mengeluh. Kenapa ada orang yang berlarian di tempat ramai?
Tak lama kemudian Bintang berlari juga. Kali ini, Bintang tidak hanya berlari tapi juga mengambil kunci di jari Dani dan berteriak, "Aku pinjam mobilmu."
Dani bingung sesaat. Setelah kembali sadar, di melihat punggung Bintang segera meninggalkan pintu keluar.
"Hati-hati dengan jalan berlubang yang becek. Aku baru membawa mobil itu ke car wash kemarin!"
Orang-orang di dalam mobil panik dan tegang. Aurora duduk di kursi belakang dengan sebuah laptop di pangkuan.
"Bengkel mana di Simpang Lima itu?" tanya Bintang sambil terus menyetir.
"Bengkel itu sangat dekat dengan SMA Budi Karya." Bintang diam-diam melirik Aurora dari kaca spion. "Kau ingat sebuah bengkel mobil terbengkalai yang sering dikunjungi oleh geng sekolah setelah jam pulang? Itu tempatnya."
"Hm." Bintang bergumam.
Biasanya Bintang akan akan menyetir dengan tenang dan sangat pelan. Tapi situasi sekarang berbeda. Bintang sangat terburu-buru dan sembrono di jalan.
Simpang Lima, seperti namanya merupakan jalan sempit dengan lima cabang. Simpang Lima tidak memiliki pemukiman tepat, tapi sering menjadi pusat hiburan. Pasar malam dan Malam Sirkus diadakan hampir setiap malam. Sejauh beberapa ratus meter dari pusat persimpangan, setiap cabang memiliki kehidupan masing-masing.
Tiga cabang jalan memiliki posisi normal seperti simpang empat. Yang membuatnya berbeda dari persimpangan lain adalah salah satu sisi yang harusnya berisi satu cabang saja malah memiliki dua cabang. Cabang jalan sebelah kiri mengarah pada sebuah instansi pendidikan, SMA Budi Karya dan beberapa toko kecil, termasuk bengkel tua itu.
Beberapa menit berlalu dan mobil berhenti di depan sebuah bangunan tua dengan tumpukan besi berkarat di mana-mana.
Tiga orang langsung keluar dari mobil. Mereka langsung menerobos masuk ke dalam bangunan tanpa pintu. Bangunan itu tidak terlalu rumit. Hanya sebuah garasi seluas lima mobil, gudang, ruang perlengkapan, dan ruang pribadi.
Tim segera berpisah dan menelusuri setiap sudut bangunan. Lima belas menit kemudian, ketiganya berkumpul di satu titik di garasi.
"Bagaimana?" tanya Bintang pada Aurora dan Yogi. Keduanya memiliki jawaban yang sama, menggeleng pelan.
"Aku tidak menemukan jejak apapun," ucap Aurora sebagai jawaban tambahan.
"Aku juga," timpal Yogi.
"Aku juga. Itu artinya dia sudah kabur." Bintang berbalik dan melihat tabung besi dan meja kayu dengan komputer di atasnya. "Setidaknya kita punya petunjuk lain.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top