Bab 20 Jejak Selotip
"Apa yang kau temukan?" Bintang bergegas mendekat ke bilik. Yogi juga mendet namun perlahan. Dia sangat sabar.
"Bukan barang bukti. Hanya petunjuk yang kuharap bisa membantu." Jari lentik Aurora bergerak ke sisi dinding, menunjuk noda gelap berbentuk kota. "Ada beberapa noda bekas selotip di dinding bagian bawah. Lihatlah. Bekas ini seperti diulangi beberapa kali."
"Mungkin itu penggantian karpet?" Yogi berusaha menerka. Tiap bilik dilengkapi karpet hijau tipis untuk duduk.
"Tidak. Itu tidak benar. Karpet ini ssngat tipis dan tidak direkatkan ke dinding atau lantai dengan selotip. Dan sepertinya sudah tidak diganti dalam waktu yang lama," jelas Aurora menambahkan.
"Apa ini seperti kasus pembunuhan?" Bintang yang segera menyadari apa maksud Aurora menanggapi. Noda bekas selotip pada dinding bagian bawah sering dikaitkan dengan kasus pembunuhan yang bersih. Pelaku akan membunuh korban di sebuah ruangan yang lantainya telah dilapisi plastik yang direkatkan pada dinding agar darah tidak menempel di lantai, sehingga polisi tidak akan menemukan jejak. Sayangnya bekas selotip akan selalu meninggalkan jejak pada cat dinding dengan kualitas rendah atau menengah ke bawah.
"Ya, kurang lebih."
Yogi memandang Bintang dan Aurora secara bergantian. Setelah pulang, dia harus mempelajari observasi TKP kasus pembunuhan lebih banyak.
"Tidak ada korban jiwa. Apa yang coba dia sembunyikan?" Sebenarnya Bintang hanya bertanya pada dirinya sendiri. Sama sekali tidak berharap orang lain akan datang dengan jawaban.
"Keringat," jawab Aurora sambil menanggalkan sarung tangan lateksnya.
"Keringat?"
Bintang dan Yogi menanyakan hal yang sama secara bersamaan.
"Ya. Tubuh kita sangat fleksibel. Jika kita tinggal di suatu tempat, bau dan partikel-partikel tak kasat mata akan terserap ke tubuh kita. Lalu, saat keringat keluar, benda-benda itu akan ikut keluar. Akan mudah diidentifikasi di mana seseorang pergi akhir-akhir ini dengan meneliti keringat mereka.
"Aroma akan mudah menghilang. Tapi tetesan keringat yang jatuh ke karpet akan terserap dan tertinggal untuk waktu yang lama. Orang lain juga akan meninggalkan keringat di karpet. Tapi nyatanya, tumpukkan keringat itu hanyalah tumpukkan. Mereka tetap bisa dipisahkan berdasarkan apapun kandungan di dalamnya." Aurora tidak keluar dari bilik meski sudah melepas sarung tangannya. Dia berdiri dengan mata yang tak pernah berhenti mengamati bilik itu.
"Begitu, ya. Jadi Andi menggunakan penahan plastik agar dia tidak meninggalkan jejak. Aku hampir berpikir itu untuk menghalangi lumpur tertinggal." Bintang mengelus janggutnya pelan.
"Itu juga bisa. Aku baru saja akan mengatakan kemungkinan lainnya dan kau telah menjelaskannya."
"Bagaimana dengan lumpur di lantai?" Yogi mencoba membantu dengan analisisnya. Sayangnya, pendapatnya dianggap kurang tepat oleh dua orang lainnya.
"Tidak mungkin. Lantai sepertinya dibersihkan entah setiap warnet akan tutup atau buka. Lantainya hanya terlihat sedikit kotor." Bintang melangkah masuk ke bilik. Bilik itu berukuran kecil, jadi Aurora bergeser ke dinding saat Bintang melangkah ke pusat bilik. "Apa riwayat penelusuran tidak bisa dipulihkan?" Bintang beralih pada Yogi.
"Aku sudah mencoba segala yang kubisa." Yogi menunduk dengan menyesal. Lalu tiba-tiba dia ingat kejadia bertahun-tahun yang lalu di mana seorang pelajar seusianya tertangkap basah tengah menonton AV* di bilik warnet. Penjaga warnet langsung tahu dan menghampiri pelajar itu bahkan tanpa ada yang mengatakan apapun padanya. Sebagai penjaga warnet, perannya bukanlah hanya menunggui para pelanggan selesai lalu memberikan uang, tapi benar-benar "menjaga" yang sebenarnya. "Data penelusuran dan sebagainya biasanya tercatat di komputer induk penjaga warnet. Kalau belum dihapus, seharusnya kita bisa menemukan petunjuk."
*AV = adult video/blue film. Agak sangsi kalau langsung pakai yang biasa disebut di Indonesia.
Y
ogi mengawali jalan menuju penjaga warnet yang sedang asyik mengoperasikan komputer bertahtanya. Yogi mengepalkan tinju ke mulutnya dan batuk ringan.
"Ekhem... permisi."
"Apa lagi yang kalian inginkan?" Sebuah game online yang sangat familier bagi Bintang muncul di layar komputer. Sebuah karakter wanita dengan pakaian seksi menari dengan sabit melengkungnya, menghabisi satu demi satu monster berbulu lebat setinggi enam kaki darinya. Itulah yang dikatakan situs web resmi tentang biodata karakter. Bintang tidak bisa tidak membulatkan matanya melihat gerakan indah di layar komputer. Itu adalah game online yang dia mainkan sekarang. Dan itu adalah versi komputernya!
"Komputer di bilik itu sepertinya sudah mengalami penghapusan permanen pada riwayat penelusuran. Pada komputer induk, selalu ada jejak meskipun pada komputer bilik telah dihapus. Boleh kami melihatnya?" Tanpa basa-basi Yogi langsung mengatakan intinya.
Penjaga warnet segera membelah layar menjadi dua. Dia membuka dan menjalankan dua program yang berbeda dalam satu waktu. Sisi kiri adalah game online yang masih berlanjut dengan alur lambat, dan sisi kanan diisi dengan program yang tak satu pun di antara penanya itu tahu.
Setelah menggulir mouse sebentar, penjaga warnet berhenti memainkan dua kartu di saat yang sama. Kerutan di keningnya terlihat dan matanya fokus. Postur duduknya berubah menjadi tegang. Bintang dan yang lain tentu saja memiliki pengelihatan yang tajam dan segera menemui keanehan ini.
"Ada apa?" tanya Bintang.
"Hm, aku tidak yakin. Tapi komputer bilik itu sepertinya mengalami malfungsi." Meski penjaga warnet mengatakannya, Yogi dan Aurora tidak merasa puas.
"Katakan saja yang sebenarnya." Suara Yogi yang semula agak cempreng seketika menjadi berat dan tegas. Penjaga warnet lelah dan mendecakkan lidahnya.
"Ck! Aku tidak tahu pasti apa yang terjadi. Sepertinya ada seorang pelanggan yang telat meretas komputer bilik itu dan mengutak-atik komputer induk ini. Aku tidak bisa mendeteksi apa yang telah seorang pelanggan lakukan dengan komputer itu di jam-jam tertentu. Lihat jamnya. Aku kehilangan data setidaknya satu jam dalam beberapa hari."
Penjaga warnet itu menunjukkan sekelompok aneh itu laya komputernya. Yogi yang cakap dalam teknologi segera tahu apa maksud penjaga warnet.
Aurora menegang di tempat.
Bintang bahkan baru menyadari kalau penjaga warnet berusaha menutupi hal ini dari mereka!
"Apa tidak bisa dipulihkan?"
"Jangan konyol. Kau pikir aku akan mengatakan kalau datanya hilang sebelum melakukan pemulihan?" Penjaga merasakan tatapan curiga dan dengan kesal mengelak.
"Aku mengerti. Apa yang akan kita lakukan lagi, Pak?" Yogi berpaling pada Bintang yang kelihatan masih bingung.
"Ah, kita telusuri CCTV lagi," jawab Bintang ringan.
"Lagi??!"
Yogi setengah berteriak, membuat seisi warnet menatapnya.
"Tapi... tapi... itu... mengecek CCTV itu... terlalu...." menyebalkan! Yogi tidak melanjutkan kata terakhirnya.
Mengecek sekian banyak CCTV dalam waktu yang banyak juga membuat Yogi merasa sangat lelah sebelumnya. Dan sekarang Bintang memintanya melakukan hal merepotkan itu lagi.
"Kita akan mengikuti ke mana Andi pergi dengan rekaman-rekaman beberapa toko." Bintang merapikan bajunya dan bersiap untuk pulang. Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sejumlah uang. "Terima kasih banyak telah mengizinkan kami melakukan beberapa hal di tempat kerjamu. Semoga harimu menyenangkan."
"Ya, ya, ya. Terima kasih kembali," balas penjaga warnet dengan acuh.
Bintang menyerahkan uang itu dan keluar dari warnet. Diam-diam dia telah menghafal username penjaga warnet itu dalam hatinya. Karakter yang dimainkan penjaga warnet terlihat kuat dan memiliki level yang tinggi. Dia akan meminta pertemanan dan bantuan untuk meningkatkan levelnya dengan cepat.
"Jadi kita akan mampir ke beberapa toko untuk meminta rekaman CCTV?" tanya Yogi ragu, berharap jawabannya negatif. Sial sekali baginya hari ini, Bintang dengan mantap memberi jawaban positif.
"Ya. Itu sudah pasti."
Yogi menghela napas pelan. Mereka melanjutkan berjalan dan mengobrol. Belum sampai pada toko pertama, Bintang menyadari kalau satu orang lainnya telah sangat senyap. Bintang menoleh ke belakang dan meligat Aurora berjalan dengan semangat rendah dan wajah gelap.
"Ada apa? Kau merasa tidak enak badan?" Bintang menghentikan langkahnya dan menunggu Aurora memangkas jarak. Ditanya dengan tiba-tiba seperti itu, Aurora langsung menghentikan langkahnya dan kembali sadar.
"Tidak, bukan begitu. Aku hanya baru ingat aku sudah membuat janji dengan klien lain sore ini. Aku takut untuk mengatakannya, jadi aku berpikir untuk mencari waktu yang tepat." Aurora mengada-ada tentang janji ini. Tapi dia tisak punya pilihan lain.
"Kau tidak perlu sungkan. Hari ini kami sangat berterima kasih berkat bantuanmu kami menemukan petunjuk lain. Orang ini, Andi pasti adalah orang yang sangat memperhatikan detail san berhati-hati. Kita harus lebih waspada."
Bintang memuntahkan banyak basa-basi untuk mengantar Aurora pulang, sebelum ingat kalau mobilnya berada di bengkel. Lalu Aurora memesan taksi online lagi dan berpamitan pada Bintang dan Yogi yang menemainya di pinggir jalan.
Aurora memberitahu arah yang ingin dia tuju. Tapi arah tersebut bukanlah alamat rumahnya, melainkan tempat lain. Di dalam taksi yang dikemudi dengan lembut, pikiran Aurora tidak bisa terus melayang. Dia merasa gugup sekaligus panik. Dalam kasus ini, siapa yang mengambil langkah duluan dialah yang akan memprediksi masa depan dengan lebih akurat.
Tidak ada kata menang seratus persen. Aurora harus bergerak cepat sebelum semuanya terlambat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top