2: Jalan Berputar

Double up~~

***

Yugo menatap layar ponselnya. Kepalanya bekerja keras mempertimbangkan ajakan lawan bicaranya untuk melakukan video call. Tak lama kemudian dia pun mengetik pesan berbunyi, "Ok."

"Hai, Yugo." Seorang perempuan melambaikan tangan di layar ponsel Yugo setelah pria itu menerima panggilan video call.

"Hai ... ehm, terima kasih sudah mau vc sama saya," jawab Yugo sambil menatap puas perempuan di hadapannya. Penampilan perempuan itu cukup menarik baginya, seksi dan classy. Ternyata menjadi anggota premium di akun itu adalah keputusan yang tepat. Dia langsung terhubung dengan perempuan yang sesuai dengan seleranya dalam sekali match.

Perempuan itu tertawa setelah mendapatkan ucapan terima kasih Yugo, "Ya ampun, kamu tuh bener-bener lucu ya?"

"Saya serius loh," ujar Yugo bingung.

"Bukan lucu lawak, Go, tapi ngegemesin."

Wajah Yugo panas. Kecanggungannya sangat berbanding terbalik dari kelihaian perempuan itu dalam menanggapi ucapannya.

"Kamu udah sering banget ya pasti vc sama match kayak begini," tebak Yugo.

"Lumayan sih. Ketemuan juga pernah beberapa kali."

"Kalau ketemuan, biasanya ngobrolin apa?"

"Yugo, seriously, kamu tuh ngomongnya kayak nggak pernah interaksi sama cewek deh. Coba rileks dulu, rileks ...."

"Sorry. Kalau boleh jujur, saya memang kurang smooth ngobrol sama cewek dan doing small talk."

"Ah, masa? Coba aku tes. What do you do for living?" tanya perempuan itu dengan wajah sok polos.

Yugo tersenyum menikmati selera humor lawan bicaranya. "Saya ... bisa dibilang saya adalah entrepreneur, tapi saya sendiri lebih suka menyebut diri saya sebagai Travel Enthusiast. Saking antusiasnya, saya sampai membuka usaha jasa di bidang travel."

"Wow! Bisnis kamu semacam travel agent company gitu?"

"Kinda. Saya cuma happy membantu orang-orang yang kepengen domestic traveling, tapi nggak mau ribet atau nggak ngerti harus ke mana."

"Domestic traveling? Jadi kamu bikin paket tour untuk wisata dalam negeri aja?"

"Bukan paket tour sih, tapi pelayanan yang saya berikan memang khusus merekomendasikan tempat wisata di Indonesia. Indonesia is huge and beautiful, sayang sekali kalau masyarakatnya banyak nggak tahu tentang keindahan negeri sendiri, kan?"

"I Agree. Beberapa tahun lalu aku pernah pergi ke Sumba sama teman-temanku dan Pantainya ... heaven!"

Yugo tertawa. Ia mulai menikmati percakapan dengan perempuan itu, "Ke mana aja waktu di Sumba? Atau cuma nyantai di Pantai aja?"

"Nggak dong. Aku sama teman-temanku juga main ke air terjun Tanggedu."

"Wow, jauh ya mainnya?"

"Well, it's worth it. Itu pengalaman paling berkesan di Sumba. Sisanya paling berenang, santai-santai di resort, snorkling, yah ...."

"Aslinya banyak banget air terjun di sana."

"Mungkin kamu bisa ajak aku wisata air terjun kalau next time kita jalan bareng."

"Actually I prefer to travel alone."

"Go ...." Suara perempuan itu membuat perhatian Yugo yang sempat terbang ke Sumba kembali.

"Ya?"

"I was flirting with you."

Yugo melongo. Sepertinya dia salah menanggapi ucapan lawan bicaranya. Mungkin perempuan itu sekarang merasa kecewa karena pantulan percakapan mereka tidak berjalan baik.

"Oh. Sorry, I did not get that," ujar Yugo dengan penyesalan yang jujur.

Perempuan itu tertawa puas sekali, membuat Yugo yang sudah salah tingkah tersenyum. Rasanya menyenangkan juga mengobrol basa-basi dengan teman barunya itu. Jika yang barusan terjadi menimpa perempuan lain, mereka pasti akan menganggap Yugo aneh dan menjauhi pria itu.

Begitulah biasanya interaksi Yugo dengan perempuan berlangsung.  Mereka mengobrol, lalu tiba-tiba teman mengobrolnya pamit dan mundur. Itulah mengapa Yugo tak suka melakukan obrolan ringan. Meskipun begitu, latihannya dengan perempuan pertama yang ditemui di Madam Rose ini tidak terlalu buruk.

 "It's okay. I give you good score for your small talk skill. Not bad." Perempuan itu mengangkat ibu jarinya sambil memasang wajah kagum yang dibuat-buat. Yugo pun tertawa melihat gaya lawan bicaranya.

"By the way, kenapa orang yang nggak minat dating kayak kamu nyasar ke apps ini sih?" tanya perempuan itu.

"Terdesak situasi."

"Hey, temanku juga lagi kena tuh, didesak menikah sama orang tua. Kamu didesak karena usia atau ada alasan lain?"

Yugo tertawa, "Sebenarnya orang tua saya nggak mendesak sih, saya aja yang merasa bahwa sudah saatnya untuk lebih berusaha untuk mencari pasangan hidup."

"Karena?"

Yugo bergumam pelan. Ia berpikir, apakah alasannya mencari pasangan bisa diterima untuk sebuah pertemuan pertama? Namun ia tak punya pilihan. Tak ada topik lain untuk mengalihkan pembicaraan ini.

"Tahun depan adik saya menikah. Banyak yang concern dengan status saya. Jadi, tahun depan, saat pesta pernikahan Adik saya berlangsung, saya berharap sudah menggandeng calon istri juga."

Yugo akhirnya memilih untuk tak terlalu membuka diri terlalu jauh. Belum tentu ia langsung ketemu dengan perempuan yang sesuai.

"Oh, so that's what you're looking for? Calon istri?" tanya teman bicara Yugo sambil mengerutkan pangkal alisnya.

"A little bit. Saat ini saya hanya mau mencari pasangan saja dulu. Tapi, saya ingin kami berdua sama-sama sepakat bahwa tujuan kami adalah ... marriage."

Perempuan di layar ponsel Yugo mengangguk-angguk pelan sambil memanyunkan bibirnya, "I like you a lot, Yugo, tapi aku sedang dalam tahap untuk bersenang-senang aja. Just take it easy, let it flow, you know?"

Yugo memejamkan matanya, lalu menghela napas panjang.

"Go? Sorry ...." Perempuan itu sepertinya merasa bersalah setelah melihat reaksi Yugo barusan.

"It's okay. It just ... saya nyaman ngobrol sama kamu, dan itu adalah hal yang jarang terjadi. I thought we could ... yeah."

"Yeah. Bummer."

"Tapi terima kasih kejujurannya sehingga kamu nggak membuang waktu saya saat ini."

"Hey, kenapa kamu swipe right aku?"

"Hm? Kenapa nggak?"

"Well, kamu kan cari yang mau berkomitmen sementara dari photo profile-ku, there's no well-commited vibes, right?"

Yugo tersenyum, "It is playful, tapi, saya suka nama kamu."

Perempuan yang bicara dengan Yugo itu ikut tersenyum, lalu melipat bibirnya. Ia terlihat berpikir sejenak sementara Yugo baru menyadari bahwa perempuan yang lihai berinteraksi itu ternyata memiliki sisi manis.

"Hey, you know what? Gimana kalau kita tukeran nomor? Kalau kamu masih nggak dapat perempuan yang sesuai, kita bisa balik dan nyoba kencan. Gimana?" tanya perempuan itu dengan antusias.

"Saya kurang nyaman membagi nomor pribadi saya," jawab Yugo sambil menggeleng.

"Hm ... kalau akun ig?"

Yugo tersenyum, "Boleh." Mereka saling mengikuti akun media sosial masing-masing tanpa memutuskan sesi video call mereka.

"Good luck, Yugo. I got you anyway. Kita bisa pergi ke pernikahan Adik kamu tahun depan dan kamu bisa mengakui saya sebagai calon kalau kamu mau."

"Well-noted. Thanks, Ayumi."

Keduanya tertawa. Mereka memutuskan video call secara bersamaan. Yugo menengadah dan tersenyum. Mungkin mencoba mengencani perempuan lewat aplikasi bukanlah ide yang buruk.

***

"It's the worst idea ever!" Citra terbelalak ketika Cinta menghambur ke ruangannya dan duduk dengan dahi berkerut di hadapannya.

"Apanya yang worst idea ever?" tanya Citra. Sahabat yang duduk di hadapannya langsung memperlihatkan layar ponsel dengan gusar. Citra memperhatikan sejenak apa yang terjadi di sana.

Ternyata Cinta sedang memperlihatkan percakapannya dengan match di aplikasi Madam Rose. Mata Citra membesar melihat ajakan match Cinta untuk bertukar pesan dengan topik yang vulgar.

"You're sexting?! Ih, Cinta nakal!" goda Citra setelah melihat pesan agresif lawan bicara Cinta. Mendengar godaan itu, Cinta memelotot sahabatnya sambil memukul meja saking paniknya.

"Kurang kencang, Cit! Pak Dharma di ruangannya belum denger tuh!" ujar Cinta. Kekesalan itu hanya ditanggapi oleh ledakan tawa dari Citra.

"Ya ampun, nyari yang bisa bikin basah banget, Cin?"

"Citraaa!"

"Oh, honey ... let's just meet up and have some fun. I'll let you lead if you want to ...."

"Orang gila!"

Cinta menghapus ruang pesan tadi dan memblokir match mesum-nya itu sementara Citra masih belum selesai terbahak. Wajah Cinta merah padam, membuat perut Citra terasa makin geli.

"Itu udah ketiga kalinya gue dapat match mesum! Selain itu gue cuma dapat cowok creepy yang dikit-dikit nge-chat sama yang suka nge-ghosting! Bahkan ada yang tahu-tahu minjem duit! Ini apps isinya cuma orang-orang aneh doang, Ciiit," keluh Cinta frustrasi.

"Eits," Citra segera mengangkat telunjuk dan menatap rekannya, "tergantung di kolam mana lo berenang."

Cinta mengerutkan pangkal alisnya, "Kolam?"

"Lo jadi anggota premium atau gratisan?" tanya Citra sambil bertolak pinggang. Kemarahan Cinta berangsur berubah menjadi canggung.

"Kan gue lagi trial, Cit," jawab Cinta dengan suara pelan.

"Cinta, Cinta ... lo berenang di kolam yang penuh teri, terus berharap dapat kakap? Anggota free isinya ya begitu, sesukanya aja," jelas Citra.

"Tapi, bayar 200 ribu per bulan tanpa jaminan dapat pasangan tuh worth it nggak sih, Cit?"

"Dua ratus ribu itu investasi, Cin. Anggap aja kayak kunci yang membuka pintu menuju kumpulan cowok-cowok gentleman. Cowok-cowok yang selama setahun belakangan gue kencani ada yang kacangan nggak menurut lo?"

"Nggak sih, ganteng semua." Cinta mengingat-ingat beberapa teman kencan Citra yang sempat datang menjemput selama setahun terakhir.

"Exactly. Modal pula semuanya. Anggap aja premium itu kayak saringan, yang ada di sana ya big catch semua. Profil lo juga bakal sering ke-boost dan ditangkap sama cowok-cowok yang sesuai kriteria lo. It's such a different algorithm with premium. Kemarin aja gue dapat cowok yang cute-nya bikin kepengen gue lahap, tahu nggak?"

Cinta terkekeh, "Kayak apa tuh cowok yang cute-nya bikin kepengen ngelahap?"

"Gemes gitu, Cin. Bersih, rapi, kaku tapi passionate, terus orangnya kayaknya lurus banget. Sayang dia nyari yang serius, gue kan lagi nggak mau settle."

"Loh, ya udah sini kenalin ke gue. Gue juga nyari yang serius." Cinta menunjuk dirinya sendiri dengan penuh semangat. Citra menggeleng.

"Nggak, nggak, itu safety net gue. Siapa tahu nanti-nanti gue juga mau serius, gue udah punya back up. Lo cari sendiri aja di premium-nya Madam Rose nanti."

"Pelit dasar. Ya udah, lima menit lagi meeting sama Pak Dharma ya, mau GR presentasi NusaGo."

"Cie, udah jadi asisten Pak Dharma lo sekarang?"

"Apaan sih lo?" Wajah Cinta berangsur panas. Ia pun segera ke luar ruangan sahabatnya itu sebelum digoda lebih jauh. Dirinya memang mudah mati kutu jika digoda dengan pria yang ia kagumi. Pak Dharma adalah salah satunya.

Cinta  pun bergegas menuju ruang rapat tempat dia akan melakukan latihan presentasi untuk pitching.

Di ruangan itu, Cinta sudah menyiapkan semua. Slide presentasi, materi yang dicetak, serta buku catatan. Ia tinggal menunggu dan memanggil anggota tim pitching lainnya via telepon, tapi sebelum itu, dia memeriksa ponselnya.

Cinta berpikir sejenak, lalu menarik napas untuk membulatkan tekad. Dirinya yang minim pengalaman memang hanya mampu menyandarkan kepercayaan pada ucapan Citra. Dengan cepat dia melakukan proses untuk menjadi anggota premium di aplikasi Madam Rose.

"Please ... please ... don't let me down," ucap Cinta pelan sambil memejamkan matanya. Ia benar-benar berharap saat ini dan mulai lelah untuk kecewa lagi.

(((Bersambung)))

***

Gimana menurut kalian? Yugo bakalan jadi sama siapa? Hehehe ....

Sampai jumpa di bab selanjutnya~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top