13: Serempak Bertemu
Sudah sepuluh menit Citra dan Cinta berada di dalam mobil menuju kantor NusaGo untuk bertemu dengan pemilik perusahaan tersebut. Kemacetan jalanan pagi itu membuat Citra yang tengah mengemudikan mobilnya merasa gerah.
"Sebenernya nanti kita mau ngomongin apa sih, Ta? Kan semua udah jelas ada dalam proposal kita," keluh Citra sambil menunggu lampu merah berganti hijau. Waktu baru menunjukkan pukul delapan pagi, tapi ia sudah berangkat menuju kantor. Kantor klien pula.
Otak Citra terbiasa aktif bekerja mulai pukul sembilan. Rapat yang bertepatan dengan waktu aktif otaknya membuat Citra uring-uringan. Cinta tahu itu, makanya ia sudah menyiapkan kopi arabica gayo tanpa gula untuk menemani mereka pagi ini. Mendengar keluhan Citra tadi, Cinta pun segera menyodorkan kopi tersebut.
"Thanks," ucap Citra melunak. Ia menerima tumbler dari Cinta dan menyesap kopi di dalamnya. Sebuah senyum tertarik dari ujung bibir.
"Pak Dharma mau kita komunikasi sama ownernya NusaGo langsung. Jadi, kalau beliau ada pertanyaan atau masukan, kita bisa tampung." Cinta baru mulai bicara setelah Citra terlihat lebih tenang.
"Kebanyakan inisiatif, Pak Dharma tuh," keluh Citra lagi, meskipun nadanya tidak setinggi sebelumnya.
"Nanti kayaknya lo yang bakal banyak ngomong ya, Cit. Pak Dharma mau supaya kita fokus ngebahas campaign message dan media plan. Garis-garis besarnya aja. Jadi, nggak usah sampai tahap media channel, competitive review, KOL, itu nggak dibahas dulu." Cinta mulai membahas agenda rapat mereka pagi itu.
"Kita juga belum buat kan channel scheduling-nya?"
"Itu kan urusan tahun depan."
Citra mendesah, "Gue yang banyak ngomong, tapi Pak Dharma kasih instruksinya ke lo. Emang beda deh anak emas sama anak bawang."
"Anak bawang mana yang direkomendasiin dan dinaikin jadi manajer setelah hanya dua tahun kerja? Lo sih anak platinum, Cit," ujar Cinta sambil tertawa. Pagi itu, tak peduli seberapa sering Citra merengek, suasana hati Cinta tak bergeser dari perasaan yang cerah dan ceria.
Sejak dua hari lalu, Cinta baru paham dahsyatnya efek jatuh cinta. Mendapati dirinya akhirnya berpasangan dengan seorang pria impian membuat Cinta merasa tak lagi mengenal suram.
Ia menikmati percakapannya dengan Yugo yang mulai intens. Keduanya kini sudah terlepas dari aplikasi yang menyatukan mereka. Kini, mereka lebih sering berbicara di telepon arau video call lewat jalur personal karena percakapan mereka cenderung terjadi selama berjam-jam.
Pagi ini pun begitu. Sejak jam tujuh mereka saling menelepon, berbicara sambil bersiap berangkat ke kantor. Hal itu adalah momen paling romantis yang pernah Cinta alami. Semua hal bersama Yugo memang menjadi pengalaman romantis pertamanya.
"By the way, habis dari kantor NusaGo gue harus langsung cabut." Ucapan Citra membuyarkan lamunan Cinta tentang Yugo.
"Weekly plan di Bank ABA ya?" tanya Cinta.
Citra mengangguk, "Cuma mereka doang tuh yang report plan per minggu-nya harus di-meeting-in. Akhirnya kebanyakan requirement."
"Salah satu klien tertua itu. Gara-gara mereka juga kan lo naik jabatan kayak sekarang."
"Lo tuh ya, apa pun selalu ada bright side-nya. Dasar," celetuk Citra. Cinta mengangguk malu. Tak bisa dipungkiri, hatinya yang tengah kasmaran menjadi penyebab utama pola pikir yang semakin positif itu.
"Cin? Cin? Kok bengong?" pertanyaan Citra membuat Cinta tersadar. Gila, ia bahkan melamun tanpa sadar di tengah percakapan!
"So- sorry, kenapa?"
"Gedungnya yang depan itu bukan? Kalau iya, gue harus belok. Masuknya di sisi kiri sini soalnya."
"Iya bener kok yang di depan itu."
Citra lalu memberi tanda belok ke kiri sebelum berbelok sambil menggerutu, "Lagian perusahaan aneh-aneh aja sih. Kantor operasional sama manajerial dipisah. Nggak efektif banget. Siapa sih bos-nya?"
"We'll about to find out soon."
Perusahaan NusaGo memang cukup berbeda dari klien Adplus lain. NusaGo memiliki dua kantor di lokasi yang berbeda; kantor manajerial dan kantor operasional. Kantor manajerial adalah kantor pusat, tempat jajaran atas NusaGo bekerja. Sementara kantor operasional diisi oleh jajaran servis dan supervisi sistem, tempat diaplikasikannya semua rencana dan ide yang disusun oleh kantor pusat.
Pihak NusaGo mengadakan pitching di kantor operasional. Kantor itu terletak sekitar satu kilometer dari kantor manajerial. Petinggi NusaGo sangat menjaga kerahasiaan perusahaan mereka sehingga jarang sekali memberi akses pihak eksternal ke dalam kantor pusatnya.
Setelah bekerja sama dengan Adplus, barulah pemilik NusaGo mau menampakkan diri dan mengundang mereka ke kantor manajerial. Bagi Citra, pemilik NusaGo terlalu sok misterius.
"Feeling gue bos-nya tuh kakek-kakek konservatif yang susah dikasih tahu deh. Ugh, it's ABA Bank all over again!" Citra kembali mengeluarkan gerutuannya.
"Sst! Jangan gosipin bos-nya, kita udah mau masuk gedungnya."
"Lah, apa hubungannya?"
"Nanti kebawa ngomong jelek di hadapannya. Udah deh, percaya sama gue." Cinta menepuk-tepuk bahu Citra. Sahabat Cinta itu pun tertawa geli karena ucapan takhayul khas orang tua zaman dulu yang baru terlontar tadi.
"Iya, Nenek Cinta," kata Citra menahan geli. Ia memanyunkan bibir sementara Cinta malah terkikik melihatnya.
Sebenarnya, sejak mereka bertemu di kantor, Cinta ingin sekali bercerita tentang Yugo dan hubungan pertamanya kepada Citra. Namun, padatnya kegiatan dan tugas mereka pagi hari itu membuat mood Citra berantakan. Melihat hal itu, Cinta pun beranggapan bahwa pagi itu bukan waktu yang tepat untuk membahas kebahagiaan Cinta. Mereka harus fokus terlebih dahulu untuk mempersiapkan rapat dengan pemilik perusahaan klien baru.
Citra juga tampak lupa sama sekali dengan kencan Cinta. Selalu begitu jika kepalanya sudah dipenuhi pekerjaan kantor. Cinta yang memahami sahabatnya itu tak mau membuyarkan konsentrasi Citra dalam bekerja sehingga memilih bungkam dulu tentang hubungannya dan Yugo.
"Eh, lo bawa voucher taksi kan?" tanya Citra setelah memarkirkan mobil, "Kalau nggak, gua masih punya di tas nih."
"Bawa kok," jawab Cinta. Dia sudah mempersiapkan voucher taksi sejak hari Jumat. Kebiasaan itu selalu ia lakukan jika hendak melakukan rapat ke luar kantor. Persiapan matang adalah obat anti-panik Cinta.
"Sip. Let's get this over ASAP." Citra membuka mata lebar-lebar sambil meneguk kembali kopinya yang mulai hangat. Citra dan Cinta kompak ke luar mobil dan menuju lantai 23, sesuai dengan arahan pihak NusaGo yang berkomunikasi dengan Cinta.
Sesampainya di sana, Cinta dan Citra cukup terpana melihat suasana kantor yang luas dan menyenangkan. Dengan nuansa hijau dan hijau tua, kantor manajerial NusaGo ternyata terlihat lebih segar dan dinamis ketimbang dugaan mereka berdua.
Setelah berbicara dengan resepsionis, seorang perempuan muda pun menyambut mereka berdua.
"Mbak Della." Cinta berdiri sambil menyapa perempuan itu. Citra pun mengikutinya.
Setelah menjabat tangan Cinta dan Citra, perempuan bernama Della itu pun berkata, "Hai, masuk dulu yuk ke ruang rapat."
Della menggiring Citra dan Cinta masuk ke dalam kantor manajerial. Mereka menyusuri sebuah lorong sampai menemukan satu pintu. Perempuan itu pun membuka pintu tersebut dan sebuah ruang rapat yang cukup untuk enam orang berada di baliknya.
"Di sini, ruang rapatnya di bagian depan, dekat lobi. Nanti belok kanan, baru masuk ruang kerja masing-masing, dari manajerial sampai direktur," jelas Della. Cinta dan Citra mengangguk.
"Pak Yusuf sudah datang, Mbak?" tanya Citra penasaran.
Della tersenyum, "Bapak sudah siap dari lima belas menit lalu."
Citra menahan rasa terkejutnya. Ia pikir pemilik perusahaan itu akan sok sibuk dan sengaja telat datang rapat dengan agency yang akan melayani semua kebutuhan campaign-nya. Ternyata dugaannya salah.
Della mempersilakan Citra dan Cinta untuk mempersiapkan materi diskusi mereka nanti sementara dirinya menelepon sang pemilik perusahaan.
"Pak Yusuf, orang-orang dari Adplus sudah datang," begitu kata Della.
Tak bisa dipungkiri, baik Citra dan Cinta menjadi gugup saat tahu sang pemilik yang misterius itu akhirnya berjalan menuju ke arah mereka. Keduanya saling pandang sambil membuka file mereka dan menyambungkan laptop mereka ke proyektor.
Suara pintu membuat Citra dan Cinta berdiri tegak. Perlahan sosok itu masuk ke dalam ruangan. Setelah itu, satu hal tak terduga terjadi
Baik Citra dan Cinta menjatuhkan rahang mereka. Mata mereka tak berkedip melihat sesosok pria bertubuh tinggi dan memakai setelan jas rapi yang kini berada di hadapan. Sesaat mereka pikir mereka sedang salah lihat. Namun ternyata tidak ada yang salah dengan mata mereka.
Pria di hadapan mereka itu benar-benar Yugo.
(((Bersambung)))
***
Sepertinya cuma Citra dan Cinta yang nggak menduga bakalan ketemu Yugo pagi itu ya? Hahaha ....
Udah ah, sampai jumpa di part selanjutnyaaaa ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top