12: Kekasih Pertama

"Saya salah ngomong ya, Go?" Cinta menyadari raut masam pasangan kencannya dan bertanya dengan perasaan bersalah.

"Kamu mengingatkan saya pada orang lain."

"Siapa?"

Yugo tersenyum, namun alih-alih menjawab, dia malah balik bertanya, "Orang tua kamu masih mendesak kamu menikah?"

Cinta mengangguk, "Sebenarnya mereka resah banget saya hidup sendiri di apartemen kayak sekarang. Mereka pikir kalau saya menikah, saya akan aman dijaga suami."

Percakapan mereka terhenti karena chef di hadapan kembali beratraksi. Cinta menikmati bagaimana chef tersebut memasak di atas penggorengan. Tangannya begitu ringan menyambar dan mengaduk masakannya dengan dua cobek khusus. Hasil dari masakan tersebut pun sangat enak.

Yugo menjelaskan singkat tentang Teppanyaki -- makanan yang digoreng di atas penggorengan besi yang datar. Cinta pun beberspa kali memuji chef yang melayani mereka begitu terampil memasak di sana. Keduanya menikmati makan malam mereka sebelum Yugo kembali membuka percakapan.

"Kamu benar-benar sayang sekali ya sama orang tua kamu?" tanya Yugo. Cara pandang Cinta terhadap orang tua membuat pria itu penasaran setengah mati.

"Bukannya kamu juga?" Di luar dugaan, Cinta malah bertanya balik.

"Kok bisa mikir gitu? Saya kan nggak pernah cerita tentang orang tua saya."

"Well, kamu bilang kalau kamu cari istri karena orang di sekitar kamu concern kamu dilangkahi Adik menikah kan?"

"Ya."

"Orang di sekitar yang kamu maksud itu teman-teman, keluarga, atau orang tua?"

Yugo diam, tapi entah kenapa Cinta tahu bahwa diamnya Yugo berarti tebakannya benar.

"Saya cari suami karena orang tua saya terus minta. Sedangkan kamu, kamu melakukan tanpa diminta."

Getaran di dada Yugo semakin kuat melihat senyum Cinta setelah mengucapkan hal yang terdengar begitu indah di telinganya. Hatinya dipenuhi kehangatan karena saat ini ia tengah ditemani perempuan seperti Cinta.

Cinta memahaminya, membuatnya merasa utuh setelah sekian lama terpincang-pincang mencari pengakuan.

"Saya belum pernah bertemu seseorang yang penuh pikiran positif seperti kamu, Cinta."

Wajah Cinta merona mendengar ucapan yang terdengar sangat tulus itu. Ia bukan perempuan yang manis dan lembut. Beberapa pria pastilah menganggapnya membosankan karena terlalu serius jika diajak bicara. Namun, Yugo berbeda.

Yugo selalu dapat menangkap sisi positif Cinta. Membuatnya tidak merasa kurang sebagai perempuan, meskipun dia bukan sosok yang lembut ataupun lihai berdiskusi.

Saat makanan pencuci mulut disajikan, semua ketakutan dan keraguan Cinta sudah luntur total.

"Kamu tahu? Saya itu sebenarnya nervous banget untuk ketemu kamu malam ini." Tanpa ragu, Cinta mengakui perasaannya beberapa jam lalu.

"Oh ya? Kenapa? Padahal kamu kelihatan luar biasa loh malam ini," balas Yugo. Ia berniat sedikit merayu meskipun ungkapan itu sebenarnya memang berasal dari hati. Malam itu, Cinta membuatnya tak berkutik berkali-kali. Ia ingin melihat perempuan itu juga tak berkutik karena pesonanya.

Namun, Cinta malah tertawa malu sambil berkata, "I got help. Ini kencan pertama saya, jadi saya benar-benar clueless."

"Well, you make a good impression on your first try."

"Pasti ini udah kencan keseribu kali ya buat kamu?"

"Definitely bukan kencan pertama saya," Yugo berhenti makan dan mulai memperhatikan Cinta lekat-lekat, "tapi saya harap akan menjadi yang terakhir.

Ada sesuatu tentang Cinta yang begitu menarik perhatian Yugo. Sekilas terlihat tak bisa diandalkan, tapi semakin dalam mengenal, Yugo mendapati dirinya menemukan rasa nyaman yang selalu ia cari selama ini. Percakapan dengan Cinta selalu terasa bagai pelukan yang ia dambakan.

Cinta melebarkan mata mendengar ucapan Yugo tadi. Desiran kuat terasa di dada dan perutnya. Sementara itu, aliran darah bergetak cepat dan menyemburkan rona merah di kedua pipinya.

Yugo melihat semburat merah muda di pipi perempuan di hadapannya. Ia tersenyum. Pikirannya kosong. Tangannya otomatis mengusap pipi itu.

Keduanya diam dan saling bertatapan selama beberapa saat. Lalu, Cinta yang sadar bahwa dirinya tak berkedip sejak sentuhan Yugo menyentuh pipinya tiba-tiba merasa malu. Ia pun menghentakkan tubuhnya. Tangannya tak sengaja menyenggol gelas hingga minuman teh hangat dalam gelas tersebut tumpah ke celana Yugo.

"Ya ampun! Maaf, maaf!" seru Cinta panik. Ia segera mengambil serbet makannya dan mengelap celana Yugo. Namun, ia segera menarik tangan saat menyadari bagian celana yang ketumpahan terletak di dekat pangkal paha.

"Hyaaa!" Cinta berteriak panik sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Yugo tertawa puas sekali, kepalanya sampai menengadah karena ulah Cinta tersebut. Perempuan itu menempelkan kedua telapak tangannya di pipi, mencoba menyerap rasa malu yang sudah meledak-ledak di wajahnya.

Chef yang melayani mereka melipat mulut, berusaha untuk tidak tertawa. Tak ia sangka akan ada masa di mana bersikap profesional dapat sesulit malam itu.

"Maaf, Go, maaf!" ucap Cinta sekali lagi.

"Nggak apa-apa, Cinta," kata Yugo di sela tawanya. Selama beberapa waktu, Cinta harus menelan semua rasa malu itu dalam diam agar tidak semakin membuat kekacauan. Ia menarik napas panjang setelah Yugo berhenti tertawa dan menginisiasikan untuk melakukan pengaturan napas bersama-sama.

"Biasanya saya nggak begini kok, beneran deh," kata Cinta setelah cukup tenang.

"Biasanya kayak gimana?"

"Biasanya ... walaupun gugup, saya bisa ngobrol lancar aja kayak orang normal."

"Jadi, sama saya langsung berubah nggak normal?"

Cinta memasang wajah memohon agar Yugo berhenti menggodanya. Yugo kembali tertawa, meskipun tidak sebesar sebelumnya. Malam itu, ia tak menyangka akan merasa selepas itu. Seumur hidupnya, ia tak pernah mengalami kencan yang sangat menyenangkan seperti bersama Cinta.

"It's okay. Sebelum sama kamu, saya malah pernah creepy banget ke match yang lain." Yugo memutuskan untuk menghibur Cinta agar tidak larut dalam momen memalukan.

"Oh ya?" tanya Cinta penasaran. Strategi Yugo berhasil.

"Iya, saya bilang kalau saya suka dia dalam chat apps madam. Lalu saya bilang kalau saya lagi cari istri dan bertanya apakah dia berminat untuk mengisi posisi tersebut."

"Teruuus?"

"Sepertinya dia nge-block saya. Saya di-unmatch dan nggak bisa menghubungi dia lagi."

Cinta tertawa puas. Rasa malunya menguap seketika membayangkan bagaimana terkejutnya perempuan itu 'ditembak' Yugo sesaat setelah berkenalan. "Seenggaknya kamu tahu kalau kamu nggak seharusnya ngelamar perempuan via chat di dalam aplikasi kencan."

"Adik saya kesal banget. Dia bilang saya harusnya punya common sense bahwa hal kayak gitu tuh nggak proper."

"Kadang, saking gugupnya kita memang punya potensi bersikap kayak gitu sih. Kita berusaha terlalu kuat buat nggak ngerusak suasana, tapi akhirnya malah bersikap sebaliknya."

Yugo tersenyum bingung. Ada perasaan familiar mendengar ucapan perempuan di sebelahnya itu. Ia memikirkan keluarganya saat berkata setengah melamun, "Exactly."

Mereka berdua kembali menikmati makan malam mereka dan mengobrol ringan. Malam semakin larut. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Kencan yang menyenangkan itu pun harus berakhir. Baik Yugo dan Cinta saling mengutarakan perasaan senang mereka karena telah saling bertemu. Keduanya pun menyimpan rasa berat untuk berpamitan.

"Kamu bawa mobil?" tanya Yugo saat mereka menuju ke luar restoran.

Cinta menggeleng, "Saya naik taksi."

"Saya antar ya?" Dengan cepat Yugo mengambil kesempatan untuk dapat berduaan lebih lama.

"Eh?"

"Sudah malam. Saya khawatir."

Debaran di dada Cinta membuatnya tak sanggup menolak tawaran itu. Ia pun menuju apartemen diantar Yugo . Sesampainya di apartemen, pria itu bahkan memarkirkan mobil di sana. Cinta tahu bahwa itu artinya Yugo ingin mengantarnya ke atas. Rasa segan menghampiri Cinta.

"Hey, saya bisa naik sendiri," ujar Cinta. Malam sudah agak larut. Parkiran saja sudah sepi dengan petugas yang tak beranjak di dalam pos yang cukup jauh dari tempat Yugo memarkirkan mobil. Cinta khawatir jika Yugo turun sendiri dan menuju parkiran gelap ini.

"Kamu belum percaya sama saya?" tanya Yugo khawatir. 

Cinta menggeleng. "Saya cuma nggak mau kamu susah. Lagian, ini udah malam. Saya nggak nyaman bawa laki-laki ke depan tempat tinggal saya malam-malam begini."

"Kamu nggak nyaman sama saya?" Tentu saja Cinta tak mempercayainya. Bukankah mereka baru kenal? Tak mungkin Cinta mempercayakan dirinya mengantar sampai ke depan pintu apartemen ....

"Bukan sama kamu, tapi sama situasinya, Go. Saya nyaman kok sama kamu."

Yugo menangkup lembut pipi Cinta, "Saya juga merasa nyaman sekali berada di dekat kamu, Ta."

Lagi-lagi Cinta terpaku dalam tatapan pria di hadapannya. Jantungnya berdegup kencang. Ia seperti terhipnotis dan merasa dunia di sekitarnya berputar cepat sehingga saat ini, tak ada apa pun di sekitarnya.

Hanya ada Yugo, dan bibir mereka yang semakin mendekat ....

Perlahan tapi pasti, Yugo menyentuh bibir Cinta. Desahan perempuan itu membuat Yugo memberikan lumatan lembut. Bibir Cinta yang mungil membuatnya betah mendaratkan kecupan demi kecupan.

Keduanya terpejam. Setengah kesadaran mereka telah sibuk mengatai diri sendiri gila karena melakukan cumbuan itu di parkiran, tapi setengahnya lagi tak peduli.

Keduanya mabuk kepayang, terlena oleh rasa yang menggebu yang membuat mereka seperti melayang. Rasa yang dibagi dalam tiap kecupan seperti tak habis-habis, membuat mereka tak bosan menikmati kemesraan itu.

Perlahan Cinta memundurkan kepalanya. Ia menggigit bibir. Gawat, tampaknya ia terlalu menikmati waktu yang dihabiskan bersama teman kencannya.

Baik Cinta dan Yugo mengatur kembali napas mereka dan membuka mata perlahan. Mereka saling tatap dan masih menangkap binar hasrat yang sama di mata masing-masing.

"Saya naik dulu," ucap Cinta. Suaranya pelan, nyaris berbisik. Ia hendak membuka pintu saat merasakan tangannya digenggam Yugo.

"Sekarang kita ... ehm, kita udah officially dating kan?" tanya Yugo ragu. Untuk pertama kalinya ia merasakan kegugupan yang luar biasa di hadapan seorang perempuan.

Cinta tersenyum lebar. Rasanya masih tak percaya dia bisa mendapatkan pria sempurna seperti Yugo. Cinta pun mengusap pipi pria itu dan berkata, "Mulai malam ini, kamu oficially jadi pacar pertama saya."

(((Bersambung)))

***

Ada yang hepi nggak Cinta dan Yugo jadian? Atau ada yang masih nunggu kejutan dari Citra?

Kita lihat besok ya. Sampai jumpa di part selanjutnya~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top