10: Malam Kencan

"See? Beginilah jadinya kalau lo memutuskan make up sendiri tanpa supervisi untuk kencan pertama dengan cowok pertama yang lo taksir."  Citra memasang wajah 'gue-bilang-juga-apa' sambil melipat tangan.

Sementara itu, Cinta cemberut menatap cermin. Ia bersumpah bahwa dirinya bukan perempuan yang anti riasan. Ia bahkan merasa sudah cukup terampil menggunakan alat-alat dan produk untuk meningkatkan penampilannya itu. Namun, apa yang ia lihat di depan cermin jauh dari apa yang biasa ia lakukan dengan wajahnya.

"Kok jadi berantakan gini sih?" tanya Cinta sambil meratapi wajahnya. Eyeliner yang ia goreskan terlalu tebal sehingga nyaris menutupi kelopak matanya. Eyeshadow yang sudah ia pulaskan pun percuma jadinya. Bedak dan foundation di wajahnya retak-retak karena wajahnya tak berhenti berkeringat. Pipinya pun tahu-tahu menjadi sangat merah karena Cinta terlalu banyak memulaskan blush on.

"Karena lo nervous. Lo takut kelihatan kurang. Takut kelihatan nggak sempurna. Tapi, lo bandel, ngeyel mau make up sendiri. Sekarang gini deh jadinya," celetuk Citra ketus. Tiap ucapannya menusuk hati dan membuat sahabatnya dongkol.

"Okay, I get it! Now help me, please!" seru Cinta panik. Citra langsung bergerak dan mengambil tisu pembersih riasan di atas meja dan menuju ke hadapan Cinta yang sudah duduk pasrah di depan cermin.

"Sekarang percaya kan sama gue?" tanya Citra.

"Iya Citraaa ... I'm a mess without youuu ... puas?"

Citra mengangguk, "Banget."

Waktu baru menunjukkan pukul setengah tiga siang. Masih empat jam lagi sebelum waktu kencan Cinta dengan Yugo di sebuah restoran Jepang. Detail acara sudah diatur oleh pihak aplikasi Madam Rose. Yugo dan Cinta tinggal datang dan mengikuti alur acara sambil menikmati kencan mereka. Namun membayangkan saat itu tiba membuat Cinta resah, bahkan sejak berhari-hari lalu.

Meskipun momen besar itu baru datang beberapa jam lagi, Cinta sudah sibuk mempersiapkan diri untuk kencan spesialnya sejak selesai makan siang. Ia bahkan meminta Citra ke apartemennya sejak pagi untuk membantunya mempersiapkan diri. Padahal Citra pun sudah rajin menemani dan mengajari Cinta beragam tips kencan sejak mereka belanja pakaian kencan bersama.

"By the way, kemarin akhirnya Mbak Dela NusaGo ngabarin bahwa Senin kita bisa meeting sama Ownernya, Pak Yusuf." Urusan pekerjaan sekilas melintas di benak Cinta, lalu ia lontarkan mumpung rekannya sedang berada di dekatnya.

"Gue bantuin lo buat kencan, dan balasan lo adalah ngomongin kerjaan pas weekend?" tanya Citra dengan wajah risi. Dia memang paling sebal jika waktu luangnya diisi materi tentang pekerjaan, sekecil apa pun materi tersebut.

"Sorry, sorry. Kita ngomongin yang lain ya. Tapi, jangan lupa baca email gue minggu malem," balas Cinta sambil terkekeh jail.

"Cinta, iih! Ngeselin banget sih lo." Citra mendorong kuat-kuat pipi Cinta dengan spons cushion. Cinta pun tertawa puas melihat Citra sewot.

"Oke, serius. Sekarang kita ngomong yang lain." Cinta mengangkat tangannya sebelum Citra lanjut merias.

"Match lo ini orangnya kayak apa? Coba ceritain ke gue," tanya Citra, mencoba membuat kegugupan Cinta melumer sambil tetap fokus pada teman kencannya.

"Hmm ... dia tuh kaku, kalem, tapi sekalinya udah ngobrol dalem, ngalir aja gitu cerita-cerita. Looks-nya tuh high class banget, Cit. Bersih, rapi, dan kelihatan sangat ngejaga penampilan." Dengan lancar Cinta mendeskripsikan Yugo sambil tersenyum.

Citra mengangguk-angguk sambil berkata, "Pantesan lo umpetin terus ya, insecure banget pasti sama gue."

"Kepedean lo," balas Cinta sambi menoyor Citra. Sebenarnya, ucapan Citra tadi tepat sasaran. Bagi Cinta, pria manapun dapat jatuh hati dengan mudah kepada Citra. CInta ingin mengukuhkan keberadaannya di hati Yugo sebelum akhirnya berani memperkenalkannya kepada sahabat sekaligus partner andalannya di kantor.

Namun, tentu saja ia tak akan mengakui hal seperti itu di hadapan Citra.

"Lo tutup mulut dulu. Jangan dilipet, mingkem biasa aja." Citra memutuskan untuk menjaili Cinta. Tak bisa dipungkiri, ia ikut bersemangat dengan kencan pertama perempuan berusia 28 tahun itu.

Mungkin hanya Cinta satu-satunya manusia yang benar-benar belum pernah berkencan selama nyaris 30 tahun karena tidak diizinkan orang tua. Tak heran jika perempuan itu begitu gugup. Pengalaman Cinta dalam menghadapi laki-laki nol besar. Hanya insting dewasa perempuan itu yang sanggup diandalkan agar dia tak mengalami date-saster -- acara kencan yang berubah menjadi disaster atau bencana.

Cinta mungkin lebih tua dua tahun dari Citra. Perempuan itu pun biasanya lebih mengayomi Citra dalam mengerjakan pekerjaan kantor. Karena itulah Citra sangat total membantu Cinta dalam urusan kencan ini. Ia ingin menyeimbangkan persahabatan mereka. 

Cinta menyokong pekerjaan Citra di kantor, Citra menyokong kehidupan romansa Cinta.

"Dari yang lo ceritain, kemungkinan besar cowok itu suka sama cewek yang classy. Beruntung buat lo, karena lo sudah naturally classy. Sekarang kita tinggal membawa personality lo ke permukaan," ujar Citra.

"Emang gue classy ya, Cit?" Cinta mendongak ke arah sahabatnya. Senyumnya terpasang lebar. 

"Nggak usah cengar-cengir! Sekarang mending kita mulai. Sebagai permulaan, ikutin dulu arahan gue. Tapi, nanti tetap usahain untuk ngerasa nyaman sama make up dan pakaian lo. Jadi kalau nanti lo ngerasa nggak sreg sama warna atau apa pun itu, lo bilang sama gue langsung." Dengan sigap Citra memberi instruksi. Ia menanti jawaban Cinta.

Senyum Cinta berubah menjadi senyum yang memancarkan tekad dan kepercayaan diri. Beberapa jam sebelum kencan pertamanya. Ia harus siap.

***

Yugo datang ke sebuah restoran Jepang bernama Shingomaru. Dekorasi interior yang autentik dan mewah, serta ruangan yang luas membuat Yugo merasa tak salah kostum karena memakai setelan jas rapi. Ia sempat khawatir saat tahu restoran tempatnya makan malam dengan Cinta adalah restoran teppanyaki. Meskipun begitu, ia memilih untuk berpenampilan formal dan rapi.

Penampilan itu adalah penampilan terbaiknya dan ia ingin terlihat maksimal di hadapan Cinta untuk pertama kali.

Dengan ramah penerima tamu menyapanya.

"Saya datang untuk exclusive dinner with madam rose," ucap Yugo sopan dan tenang setelah disambut sang penerima tamu.

"Boleh saya scan QR code-nya?" tanya sang penerima tamu. Yugo langsung mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan QR code pemberian aplikasi untuk diverifikasi. Setelah selesai, pelayan lain pun mengantar Yugo sampai ke sebuah ruangan bersekat dan berkesan menyendiri dari ruangan besar.

Dua orang dari pihak aplikasi madam rose sudah menunggunya di ruangat tersebut. Mereka mengenalkan diri sebagai head project dan kameramen yang datang untuk mendokumentasi lima belas menit pertama kencan Yugo.

"Gimana? Nyaman nggak ruangan private restoran ini?" tanya si head project.

Yugo melihat ruangan yang cukup lapang dengan sebuah penggorengan berbentuk persegi sebesar meja di tengah ruangan dan tempat duduk di depan penggorengan tersebut. Jarak antara tempat duduk dan penggorengan cukup jauh, membuat Yugo lega karena sepertinya ia tidak harus merasa gerah akibat panas penggorengan saat masak-memasak dimulai nanti.

"Nyaman kok," jawab Yugo seadanya. Meskipun begitu, ia merasa kencan ini akan menjadi momen yang istimewa.

Yugo baru duduk di tempatnya dan hendak menghubungi Cinta ketika mendengar suara head project, "Hai, kalian kompak banget ya! Sama-sama on time."

Yugo membalikkan badan, menatap ke arah ia masuk ruangan tadi. Perlahan mulutnya terbuka menatap satu sosok di depan matanya.

Perempuan itu berdiri dengan postur sempurna, memakai dress brokat warna silver dan sepatu tinggi berwarna abu-abu gelap. Rambutnya tergerai indah dengan ujung ikal menutupi dada. Dikepalanya tersemat bando mutiara bernuansa kelabu yang sangat cantik.

Jantung Yugo berdegup kencang. Ia bahkan menahan napas ketika perempuan bermata lentik itu memberikannya senyum. Ia pikir, beberapa kali saling menelepon dan video call membuatnya dapat menghadapi kencan pertama dengan santai.

Yugo berdiri, entah kenapa. Tak ia sangka bahwa Cinta yang kini berada di hadapannya sangat jauh berbeda dari Cinta versi manapun yang ia temua dalam dunia digital.

Cinta yang ia temui langsung ini membuat perasaannya meletup-letup seketika.

(((Bersambung)))

***

Ada yang nungguin nggak cerita ini? Hehe ...

Kalau nungguin dan merasa lama updatenya, maafin ya. Hari ini anakku ulang tahun, jadi seharian ini ku ngurusin dia.

Doain anakku dong kakak-kakak, supaya jadi anak yang sehat, bahagia, sentosa, mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Aamiinn .... (berat amat yah doanya 🤣)

Terima kasih banyak buat yang ngikutin dan nungguin cerita ini. Komen2 dikit boleh loh, biar rada ramai gitu. Ngerusuh dikit juga gapapa, ku suka kerusuhan (eh, nggak ding).

Hari ini hari ter-juggling antara jadi ibu2 sama jadi penulis sepanjang ingatanku. Seru juga ternyata. Besok kita ketemu lagi ya di part selanjutnya.

Until then, ciao~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top