1: Masuk Radar
Selamat tahun baru!
Selamat menikmati cerita ini~
***
Seorang perempuan berkulit gelap yang tengah duduk di sebuah ruangan rapat seorang diri mengulum senyum saat membaca pesan balasan di layar ponselnya. Tak tunggu lama sampai dia mengetik pesan dan mengirimkan kembali pada pria tersebut.
"Cowok baru, Cit?" Seorang perempuan lain datang dan meletakkan dua gelas kopi di meja itu.
"Calon."
"Citra ... Citra ... yang kemarin dikemanain?"
"Nggak lanjut. Bawel."
"Kenapa sih, gampang banget buat lo gonta-ganti cowok?"
"I'm hot, Cinta." Citra menjawab asal pertanyaan bernada iri dari rekan kantor terdekatnya yang kebetulan merupakan seorang jomlo seumur hidup.
"Of course you are," Cinta tertawa pelan sebelum lanjut bicara, "apalagi kalau bantuin gue ngerjain slide presentasi. Hot banget!"
Kantor Adplus pukul sepuluh malam sudah sangat sepi, tapi dua manajer itu masih setia menongkrong di sebuah ruang rapat dan bekerja bersama untuk membuat materi presentasi pitching.
Mendengar rayuan sahabatnya, Citra pun tertawa. Ia lalu meletakkan ponsel dan kembali fokus dengan urusan pekerjaan.
Mereka larut dalam diskusi tentang bagaimana membagi budget klien ke dalam beberapa media sehingga target-target yang ditetapkan dapat tercapai.
"Gila ya, budget split sekarang ribet banget. Screen time aja dibagi tiga; terestrial, kabel, sama online," keluh Citra sambil mengusap keningnya.
"Ribet, tapi fun," balas Cinta.
"Cin, serius deh. Kayaknya cuma lo yang mikir kalau listing channel tiap platform itu fun." Citra menggeleng sementara Cinta menyeringai lebar.
Karena kemampuan dan kegemarannya mengolah data dan memeriksa spot media, Cinta diangkat menjadi manajer investment di usia yang masih cukup muda bagi pekerja industri periklanan.
"Lo nggak usah ribet mikirin data. Penjabarannya itu urusan gue. Data-data gue itu in the end akan nge-support strategi lo, yaitu ...." Cinta menadahkan tangan ke arah Citra.
"Fitur Travel agent untuk NusaGo! Dengan fitur ini, NusaGo sebagai aplikasi traveling yang mempelopori gerakan ecotourism dapat memaksimalkan campaign mereka dalam sebuah fitur. Fitur ini memberikan fasilitas seperti rekomendasi tempat wisata, perjalanan, penginapan, kuliner, sampai itinerary sesuai dengan keinginan NusaTraveler," jelas Citra dengan gaya ala iklan tahun '90an.
Cinta tersenyum. Melihat perempuan di hadapannya masih bersemangat di malam yang kian larut membuatnya ikut merasa berkobar juga.
"Bagaimana mekanisme penambahan fitur ke dalam aplikasi?" tanya Cinta sambil mengikuti alur cerita presentasi strategi program campaign untuk calon klien mereka.
"NusaGo sendiri sudah memiliki jasa travel agent-nya sehingga yang harus dilakukan hanyalah memasang banner paket wisata dan meghubungkan banner tersebut kepada kontak penanggung jawab wisata tersebut dalam sekali ketuk. Pengembangan fitur dapat dikerjakan berkala."
"Lalu bagaimana mengkomunikasikan program ini kepada audiens?"
"Untuk hal itu, saya serahkan kepada rekan saya, Cinta. Silakan, Cinta."
Cinta menepuk pelan bahu Citra karena pertanyaannya terpantul kembali ke diri sendiri. Perempuan bertubuh mungil itu pun mendeham dan mulai melanjutkan penjelasan Citra.
"Pengguna NusaGo Apps adalah heavy internet user. Sebesar 97% aktivitas media mereka dilakukan secara online."
Cinta menekan tombol spasi di laptop dan lanjut berkata, "Slide ini menjabarkan bahwa aktivitas menonton sebagian besar dilakukan di platform youtube dan igtv."
Ia nenekan tombol spasi lagi, "Sementara untuk aktivitas membaca, kecenderungan mereka lebih kepada membaca artikel tentang tempat wisata ketimbang blog pribadi. Namun kecenderungan itu di-generate oleh pencarian dalam search engine."
"Jadi, instead of giving 90 percent budget on TV, kami merekomendasikan untuk memfokuskan budget pada search engine dan youtube channel," lanjut Citra.
"Yang manaaa ... rekomendasi list keyword dan channel-nya belum dibikin. Sebentar ya Bapak-bapak dan ibu-ibu," tambah Cinta. Citra tertawa terbahak-bahak mendengar Cinta karena slide presentasi mereka memang belum selesai disusun.
"Bisa habis dipelototin lo sama Pak Dharma kalau ngomong begitu di pitching beneran," celetuk Citra sambil membawa nama CEO yang memimpin mereka dalam proyek pitching ini.
"Nggaklah, Pak Dharma tuh baik ke gue," balas Cinta.
Citra memanyunkan bibir, "Ke gue nggak, gue dimarahin terus ...."
"Kalau dia nggak baik, dia nggak mungkin angkat lo jadi manajer tahun lalu."
"Dia fair, bukan baik. Dia tahu gue kerja sampai bikin kantor ini sebagai rumah kedua gue, makanya dia kasih gue promosi."
"Yes, he did it instead of exploiting you."
"Iya sih ... I think he likes me."
"Yang udah kejaring jangan dilempar jaring," goda Cinta.
"Jelas-jelas lo yang diem-diem lempar jaring." Citra tertawa setelah melayangkan godaan balasan untuk Cinta. Jika jenuh bekerja, keduanya memang kerap beradu canda seperti sekarang.
"Ngeledek lo? Gue kan nggak bisa lempar jaring." Cinta melanjutkan pekerjaannya dan menyelesaikan slide presentasi pitching. Sementara Citra yang sudah merampungkan bagiannya menemani rekannya sambil kembali sibuk dengan ponselnya.
Citra dan Cinta sekilas memang sangat berbeda baik dari sisi kepribadian maupun penampilan. Namun, saat bekerja sama, kekompakan mereka selalu sanggup mendatangkan klien bagi perusahaan. Hanya Cinta yang dapat menyempurnakan strategi campaign Citra dengan data medianya dan hanya Citra yang mampu mengambil analisa data Cinta menjadi sebuah ide segar.
Kekompakan inilah yang membuat mereka disebut-sebut sebagai "C Kembar dari Adplus". Setelah tiga tahun bekerja sama, sudah total 10 klien yang masuk ke agency Adplus dan di setiap presentasi pitching, nama Citra Ayumi dan Cinta Lestari pasti muncul sebagai team.
Keduanya memang sama. Muda, enerjik, penuh ambisi dan dedikasi terhadap pekerjaannya. Banyak yang berkata karena itulah keduanya masih melajang meskipun usia sudah lewat 25 tahun. Meskipun begitu, baik Citra dan Cinta masih sangat menikmati pekerjaan mereka. Keduanya bahkan tak segan lembur demi menyelesaikan tugas-tugas kantor.
Malam itu tak ubah malam-malam lainnya. Mereka berdua lembur demi membuat materi presentasi sesuai arahan CEO Adplus, Pak Dharma. Cinta yang masih merapikan data dalam diam kau tak mau melirik beberapa kali. Perhatiannya tercuri tawa kecil Citra yang sudah larut dalam percakapan lewat ponsel.
"Emang seru ya ngobrol sama orang nggak dikenal gitu? Kalau udah baper terus orangnya jelek gimana?" tanya Cinta penasaran.
"Masih dikejar bonyok soal jodoh, Cin?" Balas Citra tepat sasaran.
Cinta menghela napas, "Iya. Tapi, bukan karena itu gue nanya. Gue khawatir lo jadi sama cowok nggak jelas, tahu."
"Don't worry, I'm a good player," balas Citra sambil mengetik di ponsel.
"Okay then, player." Cinta melanjutkan pekerjaannya. Sesekali ia mendesah panjang, membuat Citra memutar bola mata.
"Kalau mau cerita ya cerita aja nggak usah mancing-mancing buat ditanya deh," celetuk Citra malas.
"Mau ditanyain ...." Cinta mendadak berhenti dan menatap sahabatnya penuh harap.
"Ya udah, kenapaaa?" tanya Citra gemas.
"Gue tuh bingung mau nyari jodoh kayak gimana lagi. Ikutan reuni, udah. Dijodohin orang tua, udah. Sampai lirik-lirik anak perusahaan lain di gathering media, udah. Hasilnya? Nihil! Lo kan expert urusan ginian, ajarin gue dong, Ciiit ...." Cinta mengguncang-guncangkan bahu Citra dengan frustrasi.
"Gini lagi gini lagi masalah lo. You should be proud of yourself you know? Lo udah jadi manajer sebelum usia 30, sukses, pinter, manis, kenapa urusan jodoh yang nggak bisa lo kontrol itu malah ngebuyarin semua pencapaian lo?"
"So what with being manager before 30? Lo jadi manajer di usia 25 dan lo sukses di percintaan. Hidup lo balance, nggak kayak gue."
"Gue nggak sukses di percintaan ya, Cinta sayang. I just love to do casual dating. Nggak ada yang serius. Lagian lo itu baru juga umur 28, belum 30. Have fun dulu aja sih."
"Nggak bisa, Neng. Kalau di umur 30 gue masih single, kayaknya udah nggak bakal dianggap anak deh gue."
Citra berdecak kesal, "Orang tua selalu gitu deh, malesin. Pas muda nggak boleh pacaranlah, nggak boleh pegangan, pelukan, ribet ngelarang-larang. Terus pas matang berharap langsung laku? Persaingan dunia kencan ketat tahu. Nggak punya jam terbang ya jangan harap cepat dapat pasangan. Be logic!"
"Konsepnya jodoh kan nggak gitu." Cinta memanyunkan mulutnya.
"Emang konsepnya gimana?"
"Ya ... kita mau ngapain aja, mau usaha atau nggak, kalau udah jodohnya pasti akan ketemu dan saling memilih satu sama lain."
"How convenience. Terus apa alasan lo yang bablas being single sampai umur 28 dan nggak ada tanda-tanda penemuan jodohnya?"
"... Belum ketemu jodohnya?"
"Gimana mau ketemu kalo mainnya under the radar."
"Under the radar?"
"Nggak gaul! Duh, please deh. How could you are older than me?! Lo tuh kalo soal kerjaan rapiii banget, tapi lemotnya amit-amit pas ngomong urusan cowok."
Cinta memejamkan mata dan melipat bibir. Ia sering ingin tertawa dan menggoda Citra kalau sahabatnya itu mulai terlihat marah-marah.
Orang-orang selalu melihat Citra yang marah sebagai sosok yang intimidatif, tapi bagi Cinta, sahabatnya adalah sosok yang sangat manis dan perhatian. Cara memperlihatkan kepedulian itulah yang sering disalahpahami orang lain.
"Jadi ... gue harus gimana biar masuk radar?" tanya Cinta.
"Kayak yang sering lo rekomendasiin ke klien lah. Pasang placement. Be bold and tell the world that you are single."
"... how?"
Citra memperlihatkan aplikasi yang tadi membuatnya sibuk terkekeh sendiri.
"Bikin account di Madam Rose."
***
Disclaimer: Data-data yang dijabarkan Cinta di atas tuh NGARANG YA GAES. Hahahaaa ....
Ku kalau bikin cerita kerjanya nggak jauh-jauh dari dunia media dan advertising ya? Maklum aja, ngertinya cuma bidang itu 🙈
Yasud, see you on next chapter~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top