Prolog

Apa yang terbesit di kepala kalian ketika mendengar kata masa depan?

Futuristik? Cyberpunk? Teknologi tinggi?

Well, tidak salah. Namun, di sini kalian tidak akan menemukan hal-hal seperti itu.

Sebab, kisah ini terjadi di masa depan. Di mana konsumsi plastik tidak pernah berakhir. Meninggalkan tanah tak bernyawa.

.

.

.

Megapura, tahun 2222.

Sore ini tentram. Ya, seharusnya sore ini begitu tentram dan syahdu seperti sore beratus-ratus tahun silam.

Seorang anak kecil duduk di atas pohon beringin tua raksasa menikmati pemandangan dari atas sana dengan tatapan sendu. Di pandangnya sungai hitam yang sudah tak mengalir, gunung sampah yang menjulang, dan hamparan plastik yang berserakan melukai Bumi hingga membuatnya sekarat hampir kehilangan nyawa.

Anak itu bernama Banyan, roh dari pohon beringin tua raksasa. Ia duduk di bawah raganya yang hampir mati. Menikmati semilir angin senja ditemani aroma busuk sampah yang menyengat. Udara kotor membuatnya tak bisa mempertahankan wujud roh anak-anak berusia sekitar sepuluh tahun yang sedang ia gunakan lebih lama lagi.

Pohon tua raksasa itu sudah tidak pernah mendapatkan asupan air bersih yang layak, mengingat seluruh air sungai berwarna hitam pekat akibat limbah yang mencemari Sungai Selaraswari. Kadar oksigen pun menipis akibat pemanasan global. Banyan merupakan populasi pohon terakhir di daratan Megapura. Miris.

'Sudah waktunya ya.'

Ia turun ke permukaan dan mengusap-usap lembut akarnya, lalu duduk pasrah bersandar pada raganya yang mulai lapuk sambil perlahan menutup mata. 

'Seandainya aku masih punya waktu'.

Ketika Banyan berusaha menikmati akhir hidupnya dengan tenang, seorang gadis remaja berambut sepanjang leher datang menghampirinya. Ia memasangkan sebuah masker oksigen pada Banyan. Sontak membuat anak kecil itu membuka matanya kembali. Selain masker, gadis itu juga memasangkan sebuah tas yang merupakan tabung oksigen di pundak Banyan. Ada selang yang menghubungkan tabung dengan masker.

"Pakailah. Semua orang di kota memakainya," ucap gadis itu. "Kamu pasti bukan penduduk sini, kan? Karena kamu enggak pake masker oksigen."

Banyan terdiam menatap gadis itu. Ini kali pertamanya ia bertemu dengan manusia menggunakan wujud roh.

"Kenalin, namaku Eve." Gadis itu tersenyum. "Kamu siapa?"

"Banyan."

Rupanya, takdir belum mengizinkan pohon terakhir itu mati. Rupanya, masih ada manusia yang peduli terhadap sesama. Rupanya, masih ada harapan untuk merubah dunia lewat sebuah pertemuan singkat.

.

.

.

Selamat datang di Pohon Terakhir, selamat membaca.

Cerita ini adalah salah satu cerita primordial yang aku simpen di draft cukup lama. Aku biarin cerita ini berdebu dan usang karena alasan pribadi. Tapi biarpun agak berdebu, pernah aku turunin buat Antologi versi cerpen dan menuai hasil yang cukup positif.

Aku tulis cerita ini udah lama dengan dasar peduli lingkungan. Banyak orang yang kurang aware sama Bumi dan masih buang sampah sembarangan, dan parahnya lagi yang dibuang itu adalah sampah plastik.

Ada apa dengan plastik?

Plastik dianggap berbahaya karena memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan, kesehatan manusia, dan kehidupan Bumi. Pertama, jelas karena plastik itu merupakan polusi lingkungan yang mana sulit terurai secara alami. Sebagian besar jenis plastik itu membutuhkan ratusan tahun buat terurai sepenuhnya. Akibatnya, banyak plastik yang akhirnya berakhir sebagai sampah di lingkungan kita, termasuk di laut dan ekosistem alam. Ini mengakibatkan polusi lingkungan yang merugikan hewan laut, burung, dan organisme lainnya, yang bisa memakan plastik dan terjerat di dalamnya.

Lanjut. Pastinya plastik juga merusak ekosistem. Plastik yang terperangkap di perairan atau lahan basah dapat menghambat aliran air, merusak habitat alami, dan mempengaruhi kehidupan flora dan fauna. Enggak sedikit loh kasus hewan terperangkap dalam sampah plastik atau memakan pastik. Hal ini tuh bisa menyebabkan luka, gangguan pencernaan, dan bahkan kematian pada hewan-hewan.

Nah, dengan adanya cerita ini tuh harapan terbesarku pembaca bisa lebih aware sama masalah kecil ini. Enggak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Jangan-jangan masa depan yang HI TECH kayak di film-film itu enggak akan kejadian? Yang terjadi malah manusia hidup di lingkungan penuh sampah. Who know?

Jadi yuk, lebih aware sama lingkungan lewat petualangan kecil Banyan dan Eve. Jangan sampai Bumi kita jadi seperti Megapura.

See you.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top