Part 6

"Nggak. Pokoknya gue nggak mau," tolak Elsa dengan tegas. Kepalanya menoleh ke arah luar jendela mobil, menatap rumah kos yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.

"Lagian ya, Kak. Lo nggak mikir apa kata mama lo nanti gimana kalau tiba-tiba mau nikahin gue?" tanya Elsa dengan bingung.

Setelah Adrian dengan semaunya mengatakan akan menikahi Elsa, keduanya langsung berbalik pergi. Meninggalkan Mia yang masih melongo, seakan baru saja mendengar keajaiban dunia. Elsa sendiri juga shock dengan apa yang dikatakan Adrian.

Lebih shock lagi karena sekarang pria yang katanya menganggap dirinya sebagi adik itu malah mengajak menikah sungguhan.

"Mama bisa diurus, El. Yang penting kan nikahnya dulu," jawab Adrian tenang tanpa beban.

"Lo ngajakin nikah kayak ngajakin liburan aja, gampang banget ngomongnya," gerutu Elsa dengan kesal.

Tak peduli sebesar apa rasa suka yang ia miliki untuk Adrian, Elsa tetap tak mau menikah dengan lelaki itu. Bukan karena apa, menikah baginya adalah sesuatu yang sakral, sesuatu yang harus ia lakukan sekali seumur hidup. Kalau hanya untuk ajang balas dendam pada mantan saja untuk apa?

Cinta itu perlu dalam sebuah pernikahan.

"Ya gimana, gue udah terlanjur bilang akan nikah sama lo. Masa nggak jadi, bakalan malu gue nanti sama Mia."

Elsa berdecak. "Makanya mikir dulu sebelum ngomong, jangan gampang tersulut emosi. Udahlah, nggak usah nikah-nikah segala. Kalau ketemu dan ditanya bilang aja putus. Beres dah."

Adrian mencengkeram kemudi dengan erat. Tentu ini tak akan menjadi semudah yang Elsa pikirkan. Harga dirinya tak boleh diinjak begitu saja. Adrian tidak akan lagi memberikan kesempatan pada Mia untuk mentertawakan keadaannya.

"Nggak bisa, pokoknya lo harus menikah sama gue. Kita sudah mengenal lama, jadi nggak bakalan sulit untuk hidup bareng." Adrian memutar tubuh menatap Elsa. Kedua tangannya menarik bahu gadis itu yang terbuka untuk memutar menatapnya.

"Ayolah, El. Bantuin Kak Adrian yang ganteng ini, ya?" melas Adrian. Dia berusaha memasang wajah yang sungguh melas dan menyedihkan hanya agar Elsa setuju untuk menikah dengannya.

Elsa memainkan lidah di dalam mulut, separuh hatinya mengatakan untuk setuju, tapi separuhnya lagi menolak. Elsa memang menyukai Adrian, tapi kalau untuk menikah rasanya dia belum siap. Selain itu ELsa juga menganggap kalau ajakan Adrian ini terlalu gegabah. Pria itu tidak berpikir panjang.

"Kita bicara lain kali aja, lah. Gue capek," ujar Elsa sembari melepas seatbelt. Lalu keluar begitu saja dari mobil Adrian tanpa mengatakan apapun. Bahkan tak ada ucapan hati-hati seperti biasanya.

***

"Adrian, kamu mau menikah?"

Adrian memejamkan mata, mencoba menahan umpatan yang sudah berada diujung lidah. Jangan sampai dia menjadi anak durhaka hanya karena muak dengan pembahasan mengenai pernikahan. Adrian menghembuskan napas perlahan.

"Ma, aku bahkan masih ada di depan pintu, lho. Udah ditodong nikah aja," kata Adrian dengan senyum manis. Mencoba tak menimbulkan rasa sakit di hati sang Mama. "Jangan bahas nikah dulu."

Lina, wanita berusia empat puluh delapan tahun itu malah tertawa. Satu tangannya menepuk bahu sang anak bungsu. "Hallah, sok sekali bilang jangan bahas nikah dulu padahal sudah ada calonnya."

Adrian melangkahkan kakinya masuk, kemudian duduk di sofa ruang tengah yang televisinya menyala. Layar persegi yang sangat tipis itu menampilkan berita infotainment tentang pernikahan model Mia dan Kevin si anak dokter terkenal. Adrian mengumpat dalam hati, dia sudah sangat muak sekali dengan yang namanya pernikahan dan juga Mia.

Lina ikut duduk di sebelah putranya. "Jangan mau kalah sama dua anak tak tahu diri itu. Mending kamu segera siapin acara pernikahan kamu sendiri."

"Calonnya aja nggak ada, mau nyiapin pernikahan sama siapa?" balas Adrian malas.

"Lah? Kata mamanya Mia tadi kamu bawa Elsa ke sana dan bilang akan menikah sama dia."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top