✨ Bab 9 : Masuk Ruang BK ✨
"Beraninya anak kelas satu cari masalah sama gue," kata Danil dengan geram sambil mengepalkan tinjunya.
"Gue berani kok!" kata Aila sambil menatap Danil dari ujung kepala sampai ujung kaki sambil menatap Danil dengan tatapan provokatif, seperti siap untuk adu jotos.
"Badan lo aja yang gede tapi nyalinya sekecil biji bayam."
Danil yang mendengar itu pun menunjukkan ketidak senangan dan ketidak terimaan tergambar jelas di seluruh wajahnya.
Suasana yang awalnya ribut mendadak jadi hening, saat mendengar perkataan Aila yang pasti bakalan membuat Danil sangat marah seperti serigala yang siap menerkam mangsanya.
"Mentang-mentang lo cewek, lo berani cari masalah sama gue! Jangan pikir gue bakalan takut untuk memukul cewek! Bahkan lo cewek sekali pun bakalan gue pukuli," kata Danil menunjuk ke arah Aila dengan urat nadi yang terlihat menonjol di kulitnya.
"La, udah, La!" kata Tiara yang tiba-tiba berada di samping Aila.
Saat Tiara mendengar Aila pergi melabrak kakak kelas yang terkenal usil dan tukang bully, Tiara panik kemudian segara mencari dimana keberadaan Aila dan melupakan kecanggungan yang ada di antara mereka.
"Bentar, Ra! Ini kakak kelas perlu dikasih pelajaran biar dia kapok," kata Aila sudah terlanjur kesal dengan kelakuan kakak kelasnya.
Padahal anak orang kaya, kenapa suka membully anak yang lebih rendah darinya? Dan lagi ayahnya adalah kepala sekolah yang taat peraturan tapi anaknya malah kebalikannya.
Apakah dunia selalu seperti ini? Siswa yang kaya selalu merasa bangga dengan kekayaan mereka, padahal kekayaan tersebut adalah milik orang tuanya, bahkan terkadang sering kali mereka meremehkan usaha orang lebih rendah dari mereka.
Aila berjalan mendekat ke arah Danil, sambil menyeringai lebar dan ia juga merenggangkan kedua tangannya. Sudah lama sekali Aila tidak memukul orang, Aila sudah lupa kapan terakhir kalinya ia memukul orang.
Danil yang melihat seringai lebar Aila mendadak merasakan sesuatu yang buruk bakalan terjadi, apalagi setelah Aila merenggangkan tangannya terlihat seperti lagi pemanasan untuk melakukan sesuatu.
"Kalian cepat pukul dia," kata Danil menyuruh antek-anteknya untuk memukul Aila.
"Tuh, kan? Benar kata gue nyali lo cuma sebesar biji bayam! Beraninya main keroyokan, maju lo semua!" kata Aila sambil memasang senyum meremehkan.
"La, lo jangan nekat melawan mereka seorang diri ..." Tiara berteriak dengan cemas dari arah belakang.
"Lo, tenang aja, Ra! Gue tau batas kemampuan gue! Kalau cuma segini gue masih bisa ngalahin mereka semua." Aila memberi tahu batas kemampuan kepada Tiara sambil tersenyum manis.
"Jadi, lo tenang aja! Gue gak bakalan terluka," kata Aila menambahkan. Tiara yang mendengar itu pun, akhirnya bisa bernafas lega.
"Bos?" tanya salah satu anteknya Danil.
"Lakukan seperti biasa, habisi dia," kata Danil meremehkan Aila karena masih di dalam kelas dan arena yang sempit jadi Danil meminta anaknya buahnya melakukan pemukulan seperti biasa yaitu menyuruh anteknya yang jago di antara yang lain sebagainya perwakilan.
Saat Aila hampir sampai di depan meja Danil, ia dihadang oleh seorang murid bertubuh kekar dengan otot yang menonjol di setiap sisinya, yang tak lain adalah salah satu anteknya Danil yang terkuat.
"Habisi dia, Rico!" kata Danil dengan seringai liciknya. Rico adalah salah satu kaki tangan yang sangat ia percayai dan yang paling kuat di antara antek-anteknya yang lain.
"Brengsek! Lawan si Anak Kelas Satu adalah si Rico!"
"Gue gak yakin cewek tersebut bakalan bisa menang!"
"Tamatlah riwayat anak kelas satu."
"Ini benar-benar pertarungan yang tidak seimbang."
Komentar siswa yang lain saat melihat Rico menghadang jalannya Aila menuju tempat duduknya Danil.
"Minggir! Lo, ngehalangi jalan," kata Aila dengan nada dinginnya.
"Lo, harus lewati gue dulu," kata Rico sambil meremehkan Aila.
"Minggir!" kata Aila sudah kehilangan kesabarannya.
Rico memilih tidak beranjak dari tempatnya dan masih menatap Aila dengan tatapan meremehkannya, sehingga itu membuat Aila kesal kemudian melayangkan sebuah tendangan ke arah perutnya Rico.
Rico yang tidak siap menerima tendangan Aila merasakan tubuhnya melayang di udara dan terhempas ke dinding yang ada dibelakangnya, sambil memegangi perutnya yang sakit kemudian ia pun pingsan.
Semua orang yang ada di sana tertegun sekaligus menelan ludah saat melihat tendangan yang dilakukan oleh Aila.
"Wah, terlalu mengesankan sekaligus menyeramkan," pikir orang-orang yang ada di ruangan serempak.
Setelah selesai melakukan tendangan untuk menyingkirkan Rico yang menghalangi jalannya, Aila lantas mendekati mejanya Danil dengan santai.
Danil yang melihat Aila berjalan semakin dekat ke arahnya, mendadak panik.
"Kalian tahan dia," katanya dengan panik menunjuk ke arah Aila.
Tapi tidak ada yang berani menghalangi Aila lagi, setelah melihat tendangan mautnya Aila.
"Maaf, Bos! Kami gak berani," kata antek-anteknya kemudian pergi meninggalkan kelas sambil membawa Rico yang
"Dasar kalian tidak bergu—," kata Danil terpotong saat Aila sampai di depannya dan langsung mencengkeram kerah baju yang Danil pakai.
"Apa? Mau bilang apa?" tanya Aila sambil melotot ke arah Danil dengan wajah sangarnya.
Mendadak nyalinya ciut dan tak berani mengeluarkan suara saat Aila menatapnya dengan penuh intimidasi yang kuat.
"Lo, berani berbuat berani bertanggung jawab," kata Aila sambil tersenyum manis dan mulai memukuli Danil dengan brutal.
Buuukk! Buukk! Bukkk! Plakkk!
"Ini untuk teman gue yang lo pukul," kata Aila sambil mengibaskan tangannya yang kebas karena terlalu keras memukul Danil.
"Ampun! Ampun! Aku janji bakalan berubah dan gak bakalan berulah lagi," kata Danil memohon dengan pasrah karena merasakan sekujur tubuhnya sakit saat dipukul oleh Aila.
Aila tidak mendengarkan permohonan Danil, sehingga ia terus memukuli Danil sampai bonyok.
Buuuuk! Buukk! Plaak!
"Ini untuk Lo yang udah bikin gue kesal." Kemudian lanjut memukuli Danil semakin brutal.
Saat semua siswa tengah asyik melihat Danil yang dipukuli oleh Aila, tiba-tiba seorang guru datang melerai. Tidak ada yang tahu siapa yang memberi tahu guru BK bahwa Aila berkelahi dengan kakak kelasnya.
"Sudah cukup, Aila!!" teriak guru tersebut melotot garang.
"Gawat ada, Bu Beti!" kata siswa lain serempak kemudian langsung lari tunggang-langgang membubarkan diri, tidak ingin terseret ke dalam masalah.
Aila yang mendengar teriakan Bu Beti langsung berhenti memukuli Danil yang sudah bonyok dan terlihat babak belur.
"Eehh, ibu! Jangan teriak-teriak, Buk! Entar cepat tua loh," kata Aila sambil cengengesan.
"Kamu memang suka cari masalah dan membuat kepala ibu pusing ya?" tanya Bu Beti sambil memegangi kepalanya yang pusing saat melihat siapa yang Aila pukuli.
"Lah, ibu aja kali yang bawa perasaan!" kata Aila mengibaskan tangannya.
Perkataan Aila mendapat plototan tajam dari Bu Beti yang kemudian menjewer telinganya sekaligus menyeretnya ke ruangan BK, sebelum itu ia meminta siswa yang lain untuk mengantar Danil yang babak belur ke UKS untuk di obati.
______________✨✨✨______________
Update: Rabu, 18 Mei 2022
Pengawas: Ahzanysta
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top