✨ Bab 7 : Kegabutan ✨

"Peraturan dibuat untuk dilanggar"
✨Aila Nadira Putri ✨
_______________________

Hari Minggu adalah hari dimana setiap orang pergi berlibur dan menghabiskan waktu bersama keluarganya.


Sedangkan Aila yang kedua orang tuanya sangat sibuk, selalu ditemani oleh pembantu dan pengasuhnya. Padahal, sejak dulu ia ingin sekali ayah dan ibunya mengajaknya pergi jalan-jalan bersama seperti ke kebun binatang atau ke taman hiburan.

Kadang seberapa sering kali Aila mengharapkan itu dan selalu berujung dengan kecewa. Dulu ia sering minta kepada ibunya untuk pergi bermain tapi semua janji yang ibunya berikan tak pernah ditepati.

Mungkin karena sudah terlalu kecewa atau lelah dengan orang tuanya, Aila tidak lagi mengatakan apa yang ia inginkan. Aila memilih untuk menutup diri, toh tidak ada gunanya juga diberi tahu kalau ujung-ujungnya dikecewakan.

Jadi karena hari ini adalah hari Minggu dan kebetulan ayah dan ibunya tidak di rumah. Ia bebas melakukan apapun yang ia mau sesuka hatinya.

Seperti memecahkan guci-guci antik kesayangan ibunya dan mencoret-coret lukisan koleksi ayahnya, itu semua ia lakukan untuk melampiaskan kemarahan terhadap orang tuanya yang memilih sibuk berkerja dan jarang memperhatikan anaknya.

Prakkk! Prang! Braakk!!

Bunyi suara pecahan guci-guci antik kesayangan ibunya terdengar ke seluruh ruangan. Sedangkan Bi Inah yang mendengar suara barang pecah segera mencari dimana datangnya sumber suara tersebut.

Saat sampai di sumber suara itu betapa terkejutnya Bi Inah saat melihat anak majikannya memecahkan guci-guci antik yang harganya sangat mahal itu, apalagi guci tersebut termasuk guci-guci kesayangan nyonya.

"Aduhh, Non! Kenapa Non Aila pecahin gucinya?" tanya Bi Inah panik.

"Gak papa, Bi. Mama kayaknya lebih sayang ke guci antik dari pada anaknya," kata Aila sambil tersenyum masam.

"Non, bibi takut entah ibunya Non Aila marah saat tau guci antiknya Non yang pecahin," ucap Bi Inah mencoba menghentikan Aila dengan menasehatinya.

"Hehehe, itu yang Aila mau, Bi," kata Aila tersenyum bangga.

Setelah puas memecahkan sebagai koleksi guci antik milik ibunya, sekarang Aila beralih ke lukisan yang ada di dinding.

Aila dengan kuas dan cat yang berada di tangan, kemudian mencelupkan kuas yang berada di tangannya ke dalam cat lalu ia mulai mencoret-coret lukisan kesayangan ayahnya.

"Wah, gue gak sabar liat gimana reaksi mama sama papa saat melihat barang kesayangan mereka dirusak," kata Aila sangat puas dengan coretannya.

Sedangkan para pembantu yang melihat itu pun sangat takut saat Aila memecahkan guci-guci ibunya dan mencoret-coret lukisan ayangnya dengan watados-nya (wajah tanpa dosa).

"Aahh, kasihan Nona Aila."

"Duh, entar bakalan ada adegan yang seru nih."

"Non Aila berulah lagi, tidak cukupkah dengan yang kemaren-kemaren."

"Gawat, nanti pasti bakalan dimarahin sama nyonya lagi."

Para pembantu tak tahan untuk bergosip saat melihat kelakuan anak majikannya. Hanya Bi Inah yang menatap Aila khawatir.

"Okeh, udah beres," kata Aila sambil menepuk-nepuk kedua tangannya dengan puas saat melihat coretan yang ia gambar di atas lukisan favorit sang ayah.

"Bi Inah, Aila lapar tolong buatkan nasi goreng," kata Aila ke Bi Inah saat merasakan perutnya keroncongan setelah menghancurkan barang-barang kesayangan ayah dan ibunya. 

"Okeh, siap, Non," kata Bi Inah dengan penuh semangat untuk membuat nasi goreng kesukaan Aila.
....

Keesokan hari, Aila berangkat ke sekolah dengan senyum cerah seperti hangatnya sinar mentari yang mampu menyilaukan mata. Kebahagiaan sehabis menghancurkan guci-guci kesayangan milik ibunya dan mencoret-coret lukisan kesayangan ayahnya itu tidak dapat dikatakan dengan kata-kata.

"La, lo kesambet setan apaan mendadak jadi senyum-senyum begitu," kata Tiara yang melihat sahabatnya masuk ke kelas senyum-senyum seperti orang kerasukan.

"Lo, masih waras dan gak gila, 'kan?" tanya Tiara, saat Aila tidak kunjung menjawab perkataannya dan malah terlihat melamun. 

"Eehh? Apa? Lo ngomong apa tadi, Ra?" tanya Aila tersadar dari lamunannya.

"Gak jadi," kata Tiara ngambek sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Aaaih, Ra! Jangan ngambek dong nanti cantiknya ilang," kata Aila mencoba mengajak Tiara bercanda.

"Gue gak ngasih siaran ulang," kata Tiara sambil mencubit dengan gemas pipinya Aila.

"Adududu, sakit, Ra!" kata Aila merintih kesakitan.

Tiara melepaskan cubitannya saat melihat mata Aila yang sudah berkaca-kaca. Tak beberapa lama bel tanda masuk pun berbunyi.

Aila dengan malas menyimak pelajaran yang diterangkan oleh guru, sesekali ia melipat tangannya dan menatap ke depan dengan bosan.

"Kapan pelajarannya akan selesai," jerit batinnya tersiksa.

Saat mendengarnya bel tanda istirahat berbunyi Aila dengan penuh semangat mengajak Tiara untuk bolos pelajaran selanjutnya.

"Ra, ayo kita bolos di jam pelajaran Fisika," kata Aila menatap Tiara penuh harap.

"Enggak, La. Itu namanya melanggar aturan sekolah," kata Tiara sambil menggelengkan kepalanya.

"Ra, asal Lo tau aja peraturan itu dibuat untuk dilanggar," kata Aila dengan penuh percaya diri.

Tiara yang kesal mendengar perkataan Aila dengan refleks memukul kepala Aila. Sehingga yang punya kepala mengaduh kesakitan.

"Wadow, kepala gue sakit," kata Aila setelah mendapatkan pukulan dari Tiara.

"Kenapa kepala gue dipukul, Ra?" tanya Aila sambil mengelus kepalanya yang sakit. 

"Abisnya lo dapat ajaran sesat itu dari mana, La?" Orang bikin peraturan agar ditaati ini malah dilanggar," kata Tiara sambil menggelengkan kepalanya.

"Dari internet dong, Ra!" kata Aila dengan senyum pepsodentnya.

"La, semua yang berhubungan dengan internet gak perlu semuanya lo terapin karena kadang ada yang benar dan ada yang enggak benarnya," kata Tiara menasehati Aila, "Jadi, Lo hanya perlu ambil yang baiknya dan buang yang buruknya."

"Iyah deh, Ra," kata Aila menundukkan kepalanya, "Pokoknya gue nanti tetap mau bolos, malas banget gue belajar fisika. Terserah Lo mau ikut atau enggak."

"Terserah lo deh, La. Gue gak ikutan," kata Tiara pasrah dengan kelakuan temannya.

Tiara adalah tipe siswa yang rajin dan jarang mau bolos mata pelajaran, baginya kalau bolos pelajaran, pada saat ujian ia bakalan kebingungan saat menjawab soal-soal yang ada di tanyakan. Itulah alasan kenapa Tiara tidak mau diajak bolos .

Berbanding terbalik dengan Aila yang hobinya bolos sekolah, saat ujian ia hanya menjawab soal ujian dengan sembarang yang penting kertasnya penuh dengan coretan. Baginya sekolah sekarang hanya untuk bermain-main dan bersenang-senang.

"Oke deh, Ra! Kalau lo gak mau ikut. Lo, belajar yang rajin aja," kata Aila sambil menepuk bahunya Tiara kemudian dengan perasaan sedikit kecewa ia pergi ke rootof sekolah. Bagaimana pun juga Tiara punya kehidupannya sendiri, Aila tidak bisa memaksakan keinginannya kepada Tiara. 

Sesampainya di rootof sekolah Aila mengeluarkan sebatang rokok dan korek dari saku roknya kemudian menghidupkan rokok tersebut, ia pun mulai menghisapnya dengan santai seperti sudah biasa melakukannya. Inilah sisi lain Aila yang tidak diketahui orang lain termasuk orang tua dan sahabat dekatnya, Tiara. Sisi gelap yang tidak pernah Aila perlihatkan.

______________✨✨✨_____________

Update: Senin, 16 Mei 2022
Pengawas: Ahzanysta

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top