✨ Bab 24 : Pulang ✨
Setelah Aila dipindahkan ke ruangan rawat inap, Alfan masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang kusut.
"La, kenapa luka separah itu lo gak bilang?" tanya Alfan saat menatap Aila yang masih tertidur di atas ranjang rumah sakit. Wajahnya yang pucat mulai berangsur-angsur mulai menghilang.
Tiba-tiba, Danil masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang sangat merasa bersalah.
Kalau saja dia tidak mengajak Aila ikut tawuran mungkin Aila tidak ada di sini sekarang, tetapi semuanya telah terlambat nasi yang sudah jadi bubur tidak akan bisa diperbaiki lagi, sekeras apa kita mencobanya. Ia mengabaikan Alfan yang sedang duduk di tepi ranjangnya Aila, kemudian berkata dengan kepala tertunduk.
"La, gue sebagai kakak kelas Lo minta maaf karena udah ngajak lo ikut tawuran!"
Alfan yang mendengar itu pun, ia segera bangkit dari tempat duduknya dan memukul Danil tanpa peringatan.
"Lo, tau orang yang paling gue benci adalah orang pengecut kayak Lo! Lo, tau Aila cewek masih aja Lo ajak dia buat ikut tawuran yang gak ada hal baiknya itu!"
Alfan yang marah terus memukuli Danil tanpa ampun, gurunya telah memberikan tanggung jawab untuk menjaga Aila, tapi dia sampai terluka seperti itu membuat Alfan merasa bersalah dan melampiaskannya ke Danil, penyebab tidak langsung Aila masuk ke rumah sakit.
Terlebih lagi ayah dan ibunya Aila tidak menganggap apa yang terjadi kepada anak semata wayangnya adalah hal yang serius, mereka pikir Aila hanya membuat masalah hanya untuk menarik perhatian mereka, seperti yang selama ini Aila lakukan.
Pak Gatot yang berada di luar ruangan mendengar pertengkaran dari ruangan Aila, setelah putranya masuk ke dalam ruangan tersebut.
'Apa yang terjadi?'
'Kenapa di dalam berisik sekali?'
'Mungkinkah mereka berdua berkelahi?'
Dengan perasaan yang campur aduk Pak Gatot membuka pintu ruangan Aila, betapa terkejutnya ia saat melihat Alfan yang memukuli putranya.
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian berdua bertengkar dan saling pukul di ruangan ini? Keluar! Kalian berdua mengganggu istirahat Aila," kata Pak Gatot sambil menarik telinga Danil dan Alfan, tak lupa dengan plototan tajamnya.
Alfan dan Danil hanya mengaduh kesakitan, karena telinganya ditarik oleh Pak Gatot.
"Adududu! Tolong lepasin, telinga saya sakit, Pak!"
"Ayah, lepasin, yah! Sakit!"
Setelah keluar dari ruangan barulah Pak Gatot melepaskan tangannya dari telinga Alfan dan Danil.
"Kalian jelas tau ini rumah sakit, kalian malah bertengkar di tambah di ruangannya Aila sedang tidur lagi," kata Pak Gatot memarahi putranya dan Alfan.
"Maaf," kata Alfan dan Danil bersama sambil menundukkan kepala.
"Ya, sudah! Kalian pulang sana, Aila biar bapak yang jaga!"
"Baiklah," kata Alfan dan Danil secara bersamaan lagi.
Tak berapa lama Alfan dan Danil pulang, Aila yang sedari tadi tidur mulai membuka matanya, yang pertama kali ia lihat adalah langit-langit ruangan berwarna putih dan bau obat yang menyengat hidung.
Saat Pak Gatot masuk ke dalam ruangan dan melihat Aila sudah bangun dari tidurnya, ia buru-buru menghampirinya.
"Aila! Syukurlah kamu sudah bangun, Nak! Bapak khawatir saat demam kamu gak kunjung turun dan untungnya luka di lengan kamu cepat di obati," kata Pak Gatot menatap Aila dengan berlinangan air mata.
"Luka segini mah kecil, Pak!" kata Aila menatap Pak Gatot dengan senyuman manisnya sambil menyentuh lengannya yang sudah di perban dengan rapi.
Pak Gatot ingin sekali menenggelamkan anak didiknya yang satu ini ke dalam rawa-rawa, kalau bukan karena orang tuanya donatur terbesar sekolah.
...
Bi Inah yang mendapat kabar dari sekolah bahwa Aila, masuk rumah sakit segera memberi tahu majikannya.
Seperti yang ia duga majikannya tidak peduli dengan anak semata wayangnya masuk rumah sakit, mereka malah berfikir itu hanya kenakalan atau rekayasa yang dibuat-buat oleh Aila sendiri.
Dengan terburu-buru, Bi Inah berangkat ke rumah sakit tempat dimana Aila di rawat.
Sesampainya di rumah sakit, Bi Inah melihat, Aila yang duduk di atas ranjang rumah sakit di temani oleh seorang guru.
"Non! Non Aila! Maaf, non bibi gak tau kalau semalam non sakit," kata Bi Inah sambil menangis, setelah sampai di ruangannya Aila.
"Aila, gak papa kok, Bi," kata Aila menenangkan Bi Inah.
"Bi, bibi bantu Aila berkemas-kemas ya. Soalnya Aila mau pulang gak betah di rumah sakit," kata Aila sambil cengengesan.
"Kamu nginap di sini aja, Aila! Lagian luka kamu masih belum sembuh," kata Pak Gatot.
"Aila mau pulang," kata Aila teguh sama pendiriannya.
"Okeh, kalau gitu bapak tanya dokter dulu," kata Pak Gatot kemudian berjalan keluar mencari dokter.
"Bi, Papa sana Mama tau aku masuk rumah sakit?" tanya Aila setelah melihat pak Gatot keluar dari ruangan.
"Bibi, udah kasih tau, Non! Kata mereka non udah besar bisa merawat diri sendiri," kata Bi Inah menceritakan apa tanggapan orang tuanya Aila saat tau anaknya masuk rumah sakit.
Mendengar hal itu wajah Aila mendadak gelap seperti hari akan turun hujan. Sudah besar mereka bercanda? Bahkan anak-anak yang lain masih ada yang diantar oleh orang tuanya ke sekolah, meski seumuran dengannya. Bisa merawat diri sendiri sendiri? Aila tidak akan sampai di rumah sakit, kalau ia bisa merawat dirinya sendiri.
Apalagi seorang anak perlu perhatian kedua orangtuanya, di saat-saat seperti ini. Tapi orang tuanya malah mengatakan untuk bersikap mandiri karena dia sudah besar, sungguh ini keterlaluan.
Tak berapa lama Pak Gatot kembali ke ruangan Aila, bersama seorang dokter.
"Dokter, apa saya boleh pulang?" tanya Aila dengan wajah memelasnya menatap sang dokter, ketika sampai di samping ranjangnya.
"Nak, kamu belum boleh pulang luka di lengan kiri kamu cukup serius dan itu sedikit dalam. Untungnya cepat dibawa ke rumah sakit!" kata Dokter tersebut sambil tersenyum.
"Saya ingin pulang, Dokter!" kata Aila penuh harap melihat sang dokter.
Dokter yang tidak tahan melihat itu, akhirnya mengizinkan Aila pulang dengan syarat luka yang ada di lengannya tidak boleh kena air dan sekali sehari perban yang ada di lengannya harus ditukar dengan perban yang baru, agar lukanya cepat sembuh.
Setelah dokter mengizinkan barulah Aila sangat cerita, wajahnya yang pucat telah kembali ke warnanya semula.
Bi Inah telah membereskan semua barang-barang Aila termasuk obat dan yang lainnya, kemudian mereka pergi untuk membayar biaya rumah sakit, akan tetapi rumah sakit mengatakan tagihannya sudah di bayar oleh bapak kepala sekolah.
Aila menatap Pak Gatot cemberut sambil bertanya, "Pak! Kenapa bapak yang bayar biaya rumah sakit saya?"
"Kamu terluka, itu karena anak bapak yang ngajak kamu ikut tawuran, jadi bapak bertanggung jawab atas tindakannya," kata Pak Gatot mengatakan alasan kenapa ia membantu membayar biaya rumah sakitnya Aila.
"Terima kasih, Pak," kata Aila menatap Pak Gatot sambil tersenyum manis.
"Sama-sama," balas Pak Gatot sambil mengelus rambutnya Aila.
________________✨✨✨______________
Update: Kamis, 2 Juni 2022
Pengawas: Ahzanysta
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top