✨ Bab 17 : Alan ✨

Aila yang merasa moodnya membaik setelah mengerjai seniornya yang sok tau itu, ia tersenyum lebar sambil membayangkan wajah cemberut dan marah seniornya yang bernama Alfan tersebut.

Saat kembali ke kelas Aila tetap mempertahankan seyum di bibir tipis. Tiara yang melihat itu pun merasa heran saat melihat Aila tersenyum kemudian bertanya, "La, lo abis menang lotre?"

Aila yang mendengar pertanyaan itu mengerutkan keningnya kemudian menggelengkan kepalanya.

"Terus lo kenapa senyum-senyum sendiri kayak orang gila gitu?" tanya Tiara lagi.

"Gue abis ngejahilin senior yang sok tau dan suka ikut campur urusan orang lain," jawab Aila dengan santai.

"Emangnya siapa senior yang sok tau dan suka ikut campur urusan itu?" tanya Tiara terlihat penasaran.

"Siapa lagi kalau bukan Kak Alfan, pasti dia lagi cemberut atau ngedumel-dumel sekarang," jawab Aila tak bisa mengendalikan tawanya. 

Sedangkan Tiara yang mendengarkan jawaban Aila mendadak raut wajahnya cemberut, menujukan rasa ketidak sukaan kemudian kembali seperti semula seperti tidak ada apa-apa.

"Lo —"

Tiara yang ingin berkata kepada Aila tapi terpotong karena guru yang mengajar telah masuk ke dalam kelas dan meminta siswanya duduk di tempat masing-masing.

Aila yang penasaran dengan apa yang ingin dikatakan oleh Tiara memutuskan untuk bertanya kepadanya sahabatnya itu setelah pulang sekolah.

Saat bel sekolah berbunyi semua siswa berhamburan keluar dari kelas mereka.

"Ra, lo tadi sebelum belajar mau tanya apa sama gue?" tanya Aila sambil berdiri di hadapan Tiara yang sedang memasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam tas.

"Tadi gue mau tanya—"

"La, ada kakak kelas yang nyariin lo tuh di depan pintu kata dia namanya Alan," kata Bagus sambil mengelap keringatnya yang bercucuran, grogi.

Saat Bagus akan melewati pintu, ia dicegat oleh seorang kakak kelas cowok dengan sebuah senyuman manis yang terukir di bibirnya, melihat hal itu membuat tubuh Bagus merinding.

"Di sini ada yang namanya Aila?" tanya kakak kelas tersebut yang tak lain adalah Alan, sambil mendekatkan wajahnya ke wajah milik Bagus, iseng.

Wajah Alan yang terlalu dekat dengannya membuat Bagus salah tingkah dan mukanya yang memerah berkata dengan gugup, "A–Ada, K–Kak."

"Sana panggil dia ke sini sebut nama gue, Alan!" kata Alan memutar matanya saat melihat Bagus yang salah tingkah dan keringat mengucur deras dari tubuhnya. 

Pesona Alan yang ganteng kece maksimal tidak bisa ditolak olehnya, untung ia orangnya lurus, kalau bengkok bisa gawat jadinya. Dengan beberapa langkah Bagus sampai di depan kursinya Aila kemudian mengatakan apa yang diminta oleh Alan.

"Ngapain tuh kakak kelas nyariin gue?" gerutu Aila.

"Udah Lo temui sana mana tau penting," kata Tiara meyakinkan Aila sedangkan Bagus segera pamit untuk pulang.

Sesampainya di depan pintu Aila melihat seorang kakak kelas yang wajahnya lumayan tampan, sedikit mirip dengan Justin Bieber itu berdiri di depan pintu, sambil tebar-tebar pesonanya.

"Kak Alan, 'kan?" tanya Aila sambil menatap Alan dari ujung kepala hingga ujung kaki, yang membuat Alan merinding dan merasa sedikit risih dengan tatapannya.

"Hehe, Iyah! Alan, cowok ciptaan tuhan yang tampan rupawan, sekaligus kece maksimal," kata Alan sambil membusungkan dadanya penuh dengan percaya diri.

"Ganteng dari dari mananya?" tanya Aila dengan santai sambil melipat tangannya di dada, "B aja tuh!"

Alan yang mendengar itu pun seketika terbatuk-batuk, ketampanan dirinya sama sekali tidak mempengaruhi Aila.

"Ngomong-ngomong, ada apa kakak mencari saya kesini?" tanya Aila sambil mengangkat satu alisnya.

"Gak ada gue cuma iseng aja," kata Alan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sebenarnya ia ingin tahu bagaimana cara Aila berhasil membuat Alfan cemberut, tapi ia urungkan karena takut bakalan menyinggung perasaan adik kelasnya itu. Entar ia yang jadi sasaran amukannya.

"Kalau gitu gue pamit ya, kakak!" kata Aila sopam sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Alasan macam apa itu," kata batin Aila kesal di dalam mobil jemputannya.

"Pak Ujang, kita singgah di cafe itu dulu ya, Pak! Mau beli minuman dingin soalnya," kata Aila meminta sopirnya berhenti di sebuah cafe.

Minuman di cafe tersebut enak dan Aila sudah biasa jadi langganan di cafe tersebut.

"Mbak, cappucino moka latte-nya satu ya," pesan Aila ke mbak kasir sambil memberikan kartu Atm-nya.

"Sambil menunggu pesanan, silakan mbak duduk di sana," kata pelayan cafenya.

Saat menunggu pesanannya datang Aila mendengar namanya disebut-sebut dari arah samping ia duduk dan suara orang yang berbicara tidak asing di telinganya. 

Aila kemudian melihat ke arah samping dan ia sudah menduga siapa yang duduk di sana, mereka adalah Cantika dan Renata. Sedangkan April yang selalu terlihat bersama mereka tidak terlihat dimana-mana.

"Ta, lo liat tadi pas pulang sekolah kak Alan datang ke kelas kita, mencari si biang masalah Aila," kata Cantika dengan raut wajahnya yang kesal.

"Iyah, ngapain tuh si kakak makhluk dari dunia antah berantah dekat sama si biang masalah," kata Renata cemberut.

"Apa sih bagusnya dia? Mendingan juga gue kali kemana mana," kata Cantika sedikit sombong.

"Jangan-jangan dia yang godain Kak Alan lagi, biar bisa dekat dengan ketua OSIS kita yang super duper ganteng itu," kata Renata dengan seringai lebar.

Mereka tidak menyadari bahwa orang yang sedang mereka bicarakan tengah duduk di meja samping tempat mereka duduk sambil mengepalkan tangannya.

Aila yang mendengar itu pun memutar matanya jenggah sambil berkata di dalam hatinya, "Kalian belajar teori sesat itu dari mana sih! Ngaco banget deh, itu mulutnya pengen banget gue pukul pake panci dah, bikin kesal gue aja."

Alasan Renata sama Cantika tidak senang dengan Aila karena ia adalah cewek tercantik di sekolah cuma sikapnya saja yang bermasalah, suka membuat ulah dan sering mencari perkara, membuatnya sering ditakuti di sekolah.

"Ini mbak! Minumannya!" kata pelayan cafe meletakkan minuman pesanan Aila ke atas meja.

Mendengar perkataan Cantika dan Renata membuat moodnya untuk minum hilang. Dengan membawa minuman pesanannya ke arah samping tempat dimana Cantika dan Renata duduk, Aila tanpa aba-aba menyiramkan capuccino moka latte-nya ke wajahnya mereka. 

Hal itu membuat Cantika dan Renata terkejut sekaligus berteriak marah karena bajunya kotor dan make up-nya luntur tersiram oleh minuman dingin.

"Aaaakh, siapa sih yang nyiram air ke gue," kata Renata sambil membersihkan bajunya yang kotor

"Aaaa, make up gue luntur," kata Cantika segera mengambil tisu dan alat make-upnya.

"Makanya kalau ngomongin orang itu di depan orangnya langsung! Jangan cuma berani ngomongin dibelakangnya doang," kata Aila sambil melemparkan gelas plastik bekas minumannya ke tong sampa kemudian dengan santai mengelap tangannya dengan tisu, setelahnya ia tersenyum puas.

Renata dan Cantika saat mendengar suara yang terdengar akrab bagi mereka, segera menatap ke arah pelaku yang menyiramkan minuman ke wajah mereka berdua.

"Lo?" tunjuk Renata dengan wajah kesalnya ke Aila.

"Apa? Lo mau cari masalah lagi sama gue?" tanya Aila menatap Renata dengan wajah datarnya.

_______________✨✨✨______________

Update: Kamis, 26 Mei 2022
Pengawas:Ahzanysta

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top