WILL YOU MARRY ME?
Saat matahari sudah kembali ke peraduannya, langit yang tadinya terlihat orange berganti gelap. Ali melepaskan pelukan Prilly. Dia berjalan ke belakang. Terlihat ada sebuah gitar, ia ambil dan ia duduk di kursi yang sudah disediakan sejak tadi. Prilly masih berdiri mematung di tempat, hanya dapat melihat setiap gerakan Ali. Ali mulai memainkan sebuah nada dari gitar itu, dan mulai menyanyikan sebuah lagu untuk Prilly.
Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu Prillyku
Dengarkanlah kesungguhan ini
Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu
Dengarkanlah wanita impianku
Malam ini akan kusampaikan
Janji suci satu untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini
Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir
Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu
Lagu yang dinyanyikan Ali membuat Prilly menangis terharu. Prilly membekap mulutnya agar tangisan haru bercampur bahagianya tak bersuara.
Ali mendekat ke hadapan Prilly. Di keluarkannya benda beledu merah berbentuk hati dari saku celananya. Ali melipat kaki kanannya untuk berlutut sebagai penopang tubuhnya. Dibukanya benda berbentuk hati itu, terlihat cincin emas putih berhias satu mata berlian.
"Will you marry me my girl?"
Ali masih berlutut di depan Prilly, membuat semua sahabat, keluarga dan kru kapal keluar dari persembunyiaanya.
Prilly mengedarkan pandangannya, melihat orang-orang yang ia sayangi berkumpul di kladak teratas kapal itu, membuat ia semakin terisak, karena bibirnya kelu tak mampu berkata-kata lagi, hanya air mata bahagia yang berbicara, untuk mengutarakan perasaannya saat ini. Tak dapat lagi ia mengeluarkan kata, ketika menatap Ali menengadahkan wajahnya, memohon jawaban atas lamarannya.
"Sayang, aku labuhkan cintaku padamu. Aku bukanlah lelaki yang sempurna dan buka pujangga yang pintar merangkai kata indah untuk menyampaikan niat tulusku ini. Di hadapan keluarga dan sahabat kita saat ini, AKU ALI ADINTARA SYARIF MEMINANGMU PRILLY PUTRI AGHATA WIJAYA. Yang akan mendampingiku mengarungi kehidupan ini. Memecahkan gelombang permasalahan yang akan mengiringi setiap perjalanan kita, menghadapi badai yang menerpa, hingga usia kita senja dan oksigen tidak mampu lagi masuk ke dalam paru-paruku, mata ini terpejam dan tidak dapat lagi terbuka. Menjadi ibu dari anakku nanti. WILL YOU MARRY ME?"
Ali menunggu dengan tatapan memohon kepada Prilly, perasaannya saat ini seperti bercampur aduk. Cemas, tegang, bahagia, takut bercampur menjadi satu. Suhu tubuhnya menjadi panas dingin, keringat dingin keluar membanjiri dahinya.
"Yes ... I will ... Honey," ucap Prilly mantap tanpa berpikir lama, karena dia sudah lama memantapkan hatinya untuk Ali.
Semua orang yang saat mendengar jawaban Prilly, langsung bersorak mengekspresikan kebahagiaan mereka. Terlihat jelas dari wajah mereka semua sedang berbahagia. Saat itu juga Ali memasangkan cincin di jari manis Prilly. Ali berdiri tegak dan memeluk Prilly erat.
"Terima kasih, Sayang." Hanya kata itu yang terdengar dari mulut Ali.
Ali melepaskan pelukannya. Prilly melihat kedua orangtuanya, langsung berlari memeluk mereka berdua.
"Mama sama Papa kapan datang ke sini? Kenapa tidak memberitahu Prilly dulu?" tanya Prilly di dalam pelukan Uly.
Prilly melepas pelukannya. Uly hanya tersenyum dan menghapus air matanya.
"Maaf sayang, kita semua datang pagi dan langsung membantu Ali menyiapkan ini semua," jawab Rizal mengacak pelan rambut Prilly.
Prilly langsung menghadap ke belakang, Ali terlihat sedang mengobrol dengan kedua orangtuanya dan Alya, lalu
dia dan kedua orangtuanya perhalan mendekati mereka.
"Jadi ini sudah kamu persiapkan ya, Honey?" Prilly langsung bertanya pada Ali setelah kedua keluarga tersebut bergabung.
Ali hanya mengangguk dan melempar senyuman yang membuat setiap wanita melihatnya dapat langsung jatuh hati, meleleh mendapat senyuman termanisnya.
***
Dua bulan berjalan setelah lamaran yang diadakan di atas kapal itu. Kini Mila dan Gritte mengikuti jejak Prilly. Sekarang mereka membantu mengembangkan perusahaan perkapalan milik Rizal.
Prilly yang sekarang menjadi kepala kantor cabang di Batam, Gritte kepala gudang dan Mila menjadi kepala pengawas di lapangan. Kesibukan Ali dan Prilly saat ini bertambah karena persiapan pernikahan mereka, yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Walau mereka menggunakan jasa WO, namun masih banyak yang mereka siapkan.
Saat ini keluarga Ali dan Prilly terlihat berkumpul di ruang tamu di rumah Rizal. Mereka membicarakan kostum dan undangan yang siap disebar. Salah satu rumah yang dimiliki Rizal di Batam ini tak seluas di Jakarta. Memang Rizal memiliki beberapa rumah minimalis namun modern tersebar di beberapa daerah pelabuhan, yang bekerja sama dengan perusahaannya. Alasannya hanya, agar lebih nyaman saat berkunjung tanpa menyewa hotel atau penginapan.
"Kak, kenapa acaranya nggak di Jakarta aja?" tanya Raja saat mereka semua sibuk dengan kertas undangan.
"Enakan di sini Dek, rekan bisnis Papa, Om Syarif dan teman-teman gue banyak yang di sini," jawab Prilly sambil mengecek kartu undangannya.
"Iya Ja, kakakmu maunya, acara resepsi diadakan di kapal feri yang dulu pernah dia jalankan, Alhamdulillah juga kita sudah punya izin dari kantor ASDP dan DISHUB di sini Ja," jelas Rizal.
Raja hanya menjawab dengan anggukan.
"Mbak Resi kita siapkan makan malamnya saja yuk! Biar mereka yang menyelesaikan ini," ajak Uly pada Resi.
"Okay, kita ke dapur Mbak Uly," jawab Resi, lalu mereka beranjak dari tempat duduk.
Resi dan Ully meninggalkan yang lain untuk memasak makan malam di dapur yang tidak begitu luas itu.
"Li, rencana lo habis nikah mau tetep mimpin kantor di sini atau pindah kantor Jakarta?" tanya Alya sabil masih sibuk memasukan undangan ke dalam plastik.
"Di sini dulu mungkin Kak, sedangkan sekarang Prilly juga ada tanggung jawab di sini," jawab Ali sambil mengelus rambut Prilly yang duduk di sampingnya.
"Papa nggak maksa kamu Pril, untuk membantu Papa. Tapi Papa senang kamu membantu. Tapi, jika nanti, kalau kamu sudah menjadi istri Ali, kamu harus ikuti ke mana pun Ali pergi. Jadilah istri yang baik dan taat pada suami," nasihat Rizal kepada Prilly.
"Iya Pa, selama Ali masih mengizinkan Prilly untuk membantu Papa, Prilly akan melakukannya dengan sebaik mungkin. Itu juga sekarang perusahaan Papa dan Om Syarif bekerja sama. Banyak batubara yang diangkut melalui jalur air dengan jasa kita kan, Pa?"
"Iya, memang sekarang banyak sekali permintaan batubara. Armada yang tepat untuk pengiriman dengan porsi ekstra banyak hanya kapal laut. Om bersyukur punya teman pelaut seperti papamu, Pril," jawab Syarif sambil menepuk pelan pundak Rizal.
"Teman Papa? Maksud Papa?"
Ali mengerutkan dahinya bertanya pada papanya, apa maksud dari pembicaraannya tadi.
"Papa memang sejak dulu sudah mengenal Rizal. Kita bersahabat sejak masih jaman sekolah SMP dan SMA. Tapi saat mau masuk perkuliahan, Rizal memutuskan untuk mengambil kuliah pelayaran dan Papa mengambil managemen bisnis. Kita tidak pernah putus komunikasi. Hubungan kita baik hingga sekarang kita terlibat bisnis bersama, dan tidak disangka sekarang akan menjadi besan," jelas Syarif panjang lebar membuat tawa Syarif dan Rizal pecah.
"Ooooh, begitu???" Raja, Alya, Ali dan Prilly menjawab bersamaan. Membuat mereka tertawa bersama.
Memang saat kita memutuskan untuk menikah, bukan hanya dua insan saja yang akan dipersatukan. Namun akan ada dua keluarga besar yang mereka satukan. Seperti saat ini, keluarga Wijaya dan keluarga Syarif akan bersatu menjadi keluarga besar.
***
Senja ini, terlihat dua keluarga sudah rapi dengan dua barisan. Laki-laki berada di depan dan wanita berbaris di belakangnya. Terlihat seorang lelaki berdiri paling depan.
Iya! Saat ini mereka menjalankan salat Magrib berjamaah, dan Syarif menjadi imamnya. Terlihat khusuk dan tenang. Setiap orang yang melihat kebersamaan mereka saat ini, akan merasakan sejuk di hati. Beberapa menit setelah semua selesai berdoa, kini mereka sudah siap berada di meja makan. Memang tak semua duduk bersama di satu meja karena kursi yang terbatas. Terlihat hanya Resi, Syarif, Uly dan Rizal saja dan yang lain duduk di ruang tengah sambil menonton televisi, kebetulan ruang makan menyambung dengan ruang tengah hanya tersekat bufet berukuran sedang.
Di saat semua sedang makan malam sambil bercanda gurau, tiba-tiba bel rumah berbunyi.
"Sudah biar Prilly yang membukakan pintunya. Mama terusin makannya," ujar Prilly kepada Uly saat melihat, mamanya ingin berdiri dari tempat duduk.
Prilly berjalan membukakan pintu. Sesaat setelah membuka pintu, Prilly berjalan kembali ke ruang tengah.
"Siapa Sayang?" tanya Uly melihat Prilly dan beberapa orang mengikutinya di belakang.
Dimas, Kevin, Arif, Mila, Gritte dan Gina. Mereka datang di saat yang tepat.
"Selamat malam Om, Tante," sapa mereka bersamaan dan terlihat sungkan.
Uly, Resi, Syarif, Rizal menjawab bersama, "Selamat malam."
"Ayo sini kita sedang makan malam. Kalian sekalian makan malam. Ambil saja, ayo jangan sungkan! Makan rame-rame membuat nafsu makan tinggi," ajakan Uly dengan menyodorkan piring kosong untuk mereka.
Akhirnya mereka bergabung bersama dan menyantap makan malam. Candaan, godaan dan tawa terdengar memenuhi ruangan itu. Kebahagiaan sangat jelas terlihat dari mereka semua. Bahagia itu sederhana, dengan adanya orang yang kita sayang berkumpul bersama dan berbagi bersama.
########
Maaf ya, baru sempat melanjutkan. Hihihihi
Terima kasih yang masih setia dan sabar menunggu. Makasih juga untuk vote dan komentarnya. Semoga saja, setelah ini lancar ya updatenya.😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top