TROBEL
"Selamat pagi, Ma?" sapa Ali mencium Resi yang sudah duduk di meja makan.
"Pagi juga Sayang? Bagaimana istrimu?" tanya Resi setelah Ali duduk.
"Dia sudah membaik dan sudah bisa lebih relaks menjaga Zie," ujar Ali seraya mengolesi roti gandumnya dengan selai.
"Syukurlah kalau begitu."
Sejak kejadian malam di mana Prilly untuk pertama kalinya mengeluh kelelahan, Ali meminta Resi membantu Prilly menjaga Zie dan Fina.
Prilly mengidap baby blues syndrome atau sering disebut postpartum distress syndrome, gangguan psikologis berupa sedih, cemas dan emosi meningkat yang dialami sekitar 50-80% wanita setelah melahirkan khususnya bayi pertama. Hal itu menyebabkan Prilly menangis lebih mudah dari biasanya dan mengalami kesulitan tidur atau merasa marah, sedih, dan gelisah serta emosional.
Hari ini Ali libur bekerja, dia sudah berjanji dengan istrinya akan mengantar belanja bulanan. Sedangkan Fina, jika Alya libur dia sendiri yang menjaganya.
"Pagi Oma?" sapa Prilly terlihat menggendong Zie menuruni tangga.
"Pagi juga gantengnya Oma?" Resi segera mengambil Zie dari gendongan Prilly ketika sudah sampai di sampingnya. "Kamu sudah lebih baik, Sayang?" tanya Resi pada Prilly dan mengelus rambut Prilly sayang.
"Alhamdulilah Ma, sudah lebih baik," jawab Prilly memberi senyum termanisnya.
"Lain kali kalau kamu banyak pikiran dan lelah menjaga Zie dan Fina jangan diam saja ya, Mom? Aku sangat khawatir melihat kamu seperti orang depresi!" Ali menarik tangan Prilly pelan agar duduk di sampingnya.
"Maafin Mommy ya, Dad? Aku pikir bisa mengawasi mereka sendiri. Tapi setelah menjalani dan melihat perkembangan mereka yang semakin aktif, jadi kewalahan," sesal Prilly pada suaminya.
"Ya sudah. Kan sekarang Prilly sudah baikan. Ayo habiskan sarapannya. Katanya mau ke mal?" sela Resi mendudukkan Zie di strolly.
"Iya, Ma," jawab mereka bersamaan.
Akhirnya mereka pun menyelesaikan sarapannya. Ali dan Prilly, tak tertinggal jagoannya pun sudah rapi dengan pakaian yang seragam, memperlihatkan keluarga kecil yang bahagia. Membuat iri siapa pun yang melihatnya. Mereka sama-sama mengenakan kaus merah terlihat keren. Sengaja Prilly menyamakan potongan rambut Zie sama seperti Ali yang menjadi ciri khasnya yaitu jambul! Prilly menata rambut Zie dengan jel rambut khusus bayi. Begitu juga Zie yang tampan tak kalah dengan daddynya. Resi memilih pergi ke rumah Alya menemaninya menjaga Fina.
"Sudah siap jalan-jalan jagoan Daddy?" tanya Ali pada Zie sebelum melajukan mobilnya.
Zie tampak senang dan berlonjak-lonjak di pangkuan Prilly. Ia tampak bahagia menepuk tangannya ala anak balita, membuat Ali dan Prilly gemas. Dengan kulit putih bersih menurun dari mommynya, pipi yang chubby menggemaskan, wajah yang tampan menurun dari daddynya. Baby boy yang sangat menarik dan menggemaskan.
Ali melajukan mobilnya kesalah satu mal ternama di Batam. Setelah mereka sampai di mal, banyak pasang mata yang menatap dengan tatapan yang bermacam-macam. Ada yang terkagum-kagum dengan keharmonisan keluarga kecil itu. Tak sedikit yang memandangnya iri. Namun itu semua sudah biasa bagi mereka ketika berjalan di tempat umum. Zie digendong Ali sedangkan Prilly bergelayut di lengannya. Mereka memasuki salah satu kawasan game kids.
"Honey, kamu yang nemenin Zie mandi bola ya? Aku mau belanja bahan dapur dulu," ucap Prilly saat Ali sudah mendapat tiket masuk untuk ke area mandi bola.
"Iya sudah, aku temani Zie. Nanti kalau sudah selesai belanja langsung samperin ke sini ya Mom?"
"Iya," jawab Prilly.
Sebelum pergi, Ali mencium singkat pelipis Prilly.
"Mommy belanja dulu ya Sayang. Kamu main sama Daddy." Dia mencium Zie dan beralih mengecup pipi Ali singkat.
Prilly berlalu meninggalkan mereka di area bermain.
"Oke, saatnya kita bersenang-senang jagoan Daddy," ujar Ali dan mengankat Zie tinggi ke udara.
Zie tertawa terpingkal karena Ali juga menciumi perutnya. Mereka masuk ke kawasan bermain yang dipenuhi dengan bola kecil bewarna-warni. Jika hari Minggu seperti ini, banyak pengunjung yang datang, sehingga kolam bola pun ramai dengan anak kecil dan orang tua yang mendampingi mereka. Zie terlihat sangat bahagia, Ali juga menjaganya dengan baik dan sabar.
Saat Ali sedang seru menemani Zie di kolam bola, tiba-tiba ada wanita cantik dengan tubuh bohay seperti gitar spanyol dan mengenakan mini dress yang mengekspose paha mulusnya, Ali menatap wanita itu dengan wajah yang kaget. Raut wajahnya menyiratkan ketidak sukaannya.
"Nadia...."
***
Prilly sedang memilih susu untuk Zie, saat tangannya tak sampai menggapai susu yang berada di rak paling atas, ada sebuah tangan kekar membantu untuk mengambilkannya.
"Sadar diri kalau lo itu pendek. Minta bantuan kek!" Suara berat khas lelaki dari belakang Prilly.
Prilly memutar tubuh mungilnya menetap tajam ke arah orang tersebut. Orang yang ditatap tajam Prilly bukannya takut ia justru memamerkan barisan gigi putihnya dan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membek huruf 'V'.
"Maaf Bu Bos," ucap orang itu.
"Makasih!" ucap Prilly mengambil kasar kotak susu dari tangan lelaki itu dan ia segera berlalu dari hadapan pria itu.
"Yaelah Pril, gitu aja ngambek!" Lelaki itu mencekal lengan Prilly.
"Dimas! Lo itu nyebelin banget sih! Ngapain lo di sini?" tanya Prilly dengan nada suara tinggi dan terlihat emosi.
"Maaf Bu Bos, gue nganterin bini, noh lagi belanja." Dimas menunjuk Gina yang sedang memilih bahan kue. "Lo sendiri atau sama siapa?" tanya Dimas mencari-cari di sekitar mereka.
"Gue sama Ali dan Zie, mereka lagi mandi bola," jawab Prilly ketus karena masih sebal dengan ejekan Dimas yang mengatainya pendek.
Gina menghampiri mereka, yang mendorong strolly belanjaan.
"Hay Pril?" sapa Gina mencium pipi kanan dan kiri Prilly. "Mana baby boy dan Ali?" Gina mencari keberadaan Ali dan Zie menoleh ke kanan dan kiri.
"Ooooh... Ali lagi nemenin Zie main bola. Kalian sudah belanjanya? Gue udah selesai nih?" ujar Prilly sambil memperlihatkan isi trolly yang sudah full dengan kebutuhan rumah tangga.
"Gue juga sudah selesai. Kita barengan aja ke kasanya. Udah makan siang belum lo, Pril?" tanya Gina.
Mereka mendorong trolly belanjaannya ke arah kasa. Sedangkan Dimas mengikuti dua wanita yang sedang temu kangen dan mencueki lelaki tampan itu.
"Belum. Nanti kita makan siang bersama, tapi nyamperin Ali dan Zie dulu ya?" Gina mengangguk dan tersenyum manis pada Prilly.
Setelah mereka selesai berbelanja, lantas mereka langsung pergi menghampiri Ali di area game kids. Ketika mereka sudah berada di depan area mandi bola, Prilly tersenyum melihat kedekatan anak dan suaminya itu. Prilly sangat bersyukur memiliki dua jagoan, mereka adalah harta yang paling berharga baginya. Dua lelaki tampan berbeda generasi itu adalah oksigen bagi Prilly. Jika oksigen tidak ada di sekelilingnya maka dengan perlahan dan pasti ia akan mati.
Namun tiba-tiba hatinya terasa nyeri dan sesak saat melihat wanita cantik sedang tertawa ceria di tengah-tengah mereka. Hati Prilly terasa sakit seperti tak rela jika ada orang lain tertawa di tengah dua oksigennya itu. Darah yang mengalir di tubuhnya terasa panas.
Dimas mengikuti arah pandang Prilly yang sedang terpatung dan menunjukan sorot amarah dari matanya. Dimas yang melihat perubahan wajah Prilly bergedik ngeri. Ia tahu jika Prilly sudah seperti itu singa dalam tubuhnya siap untuk menerkam mangsanya. Dimas mengernyitkan dahinya dan melihat lurus, terlihat Ali dan Zie dengan wanita cantik.
"Nadia...?" gumam Dimas menunjukan ekspresi kagetnya. 'Ancaman datang' batin Dimas.
Dimas tidak menyadari mata menyalang menatapnya. Dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Ali menyadari istrinya sudah menunggunya. Ia merasa hatinya tidak tenang melihat wajah istrinya yang tak biasa. Dia segera mengangkat Zie.
"Nad, gue duluan ya?" pamit Ali pada wanita itu.
Namun wanita itu justru ikut berdiri dan tiba-tiba saat tubuhnya oleng dan hampir terjatuh, dengan reflek Ali menopang tubuh wanita yang bernama Nadia dengan tangan kirinya yang bebas karena tangan kanannya menggendong Zie. Zie menangis karena merasa kaget dengan sikap daddynya yang tiba-tiba itu.
Dari luar Prilly melihat adegan tersebut matanya semakin tajam dan memerah. Emosi dalam tubuhnya harus ia tahan. Ia bukan tipe wanita yang suka mencari keributan di muka umum. Ia menarik napasnya dan menghembuskan perlahan mengatur emosinya. Dimas yang menatap mata Prilly menahan emosinya, lantas mencairkan suasana yang mulai menegang.
"Hei Bro!" seru Dimas melambaikan tangannya ke arah Ali. Ali segera membantu Nadia berdiri.
"Maaf," kata Nadia sambil memperbaiki penampilannya dan dress-nya yang mini dengan panjang sepaha.
Ali tidak menjawabnya dan pergi meninggalkan Nadia menenangkan Zie yang masih menangis. Nadia mengikuti Ali dari belakang. Ali merasa risih dengan sikap Nadia.
"Aduuuh? anak Mommy kenapa Sayang? Sini sama Mommy. Kamu ganggu Daddy ya?" Prilly mengambil Zie dari gendongan Ali dan melirik Ali dengan tajam ketika mereka sudah keluar dari area bermain.
Gina merangkul lengan Dimas. Firasat Gina tidak baik melihat sahabatnya itu. Dimas menatap Ali dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Ali hanya membisu dan menundukan kepala. Nadia melihat Dimas dan langsung menyapanya akrab.
"Hai Dim? Apa kabar lo?"
Dimas melihat Nadia malas. "Gue baik," jawab Dimas datar
"Oh ya Li, lo nggak mau ngenalin gue sama istri lo?" ujar Nadia dibuat manja membuat Ali merasa geram ingin sekali melemparnya ke dasar jurang.
"Nggak penting!" jawab Ali ketus.
"Honey, nggak boleh begitu dong," ujar Prilly berusaha biasa namun di dalam hatinya dia mati-matian menahan amarahnya.
"Hai? Kenalin gue ISTRI Ali." Prilly mengulurkan tangannya memperkenalkan dirinya sendiri dan menekan kata 'isteri' untuk memperjelas statusnya dengan Ali.
Nadia menatap Prilly dari atas hingga bawah dengan tatapan meremehkan. Prilly yang merasa diperhatikan hanya memasang sikap santai dengan senyum manisnya.
'Oh jadi ini cewek yang membuat Ali selalu menolak gue,' batin Nadia.
"Sudahlah Mom, jangan hiraukan dia. Kita cari tempat makan saja. Kasihan Zie dia belum makan siang," sela Ali dan menarik trolly belanjaan Prilly dan menggandeng tangannya agar pergi meninggalkan Nadia.
Dimas dan Gina mengikuti mereka dari belakang.
"Yang, sebenarnya wanita itu siapa sih?" tanya Gina sedikit berbisik mulai curiga dan penasaran.
"Entar aja aku jelasin di rumah ya Say, kalau di sini sikonnya tidak tepat," ujar Dimas sedikit berbisik pada istrinya itu. Gina hanya mengangguk paham.
Sedangkan Nadia yang masih mematung di tempatnya menatap punggung kepergia dua keluarga kecil itu tersenyum sinis dengan tatapan menyeringai licik.
"Gue nggak akan nyerah, Li."
##########
Kita tegang-tegangan dulu yeeee?
Kan nggak asyik kalo rumah tangga mulus-mulus aja. Tenang untuk menguji kekuatan cinta Ali dan Prilly saja kok.
Apa mereka dapat menghadapi ujuan ini?????
Muuuuuaaachhhh
Cium jauh dariku😘😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top