TEPATI JANJI

"Sayang, kamu mau makan apa?" tanya Ali kepada Prilly sambil membolak balikan buku menu.

Saat ini mereka berada di sebuah restoran dengan pemandangan laut dan pasir putih. Langit yang gelap namun tetap terlihat indah karena bintang yang bertaburan. Rembulan yang tampak sempurna membuat suasana restoran itu semakin romantis. Restoran yang terbuka dan memang sengaja didisain outdor.

"Aku mau spicy beef karage dan milkshek vanila," jawab Prilly yang juga sedang membaca buku menu.

Ali terlihat melambaikan tangan untuk memanggil waitres.

"Iya Tuan, mau pesan apa?" tanya waitres sopan dan siap menulis pesanan mereka.

"Saya pesan spicy beef karage dua, soup sanghai satu minumnya milkshek vanila dua," kata Ali, lalu waitres langsung mencatat pesanannya dan segera berlalu.

Ali dan Prilly masih sama-sama membisu. Menikmati suara ombak dan hembusan angin malam yang menerpa tubuh mereka.

"Kamu suka tempat ini Sayang?" tanya Ali memecah keheningan.

Ali menggapai tangan kiri Prilly yang berada di atas meja. Mengarahkannya di depan bibir merahnya dan seketika mengecup tangan Prilly. Perasaan Prilly menghangat, belum juga mereka menjalin kasih, namun Ali selalu saja melakukan hal romantis yang mampu membuat perasaannya tersanjung.

"Iya Honey, aku suka suasana pantai. Terasa damai dan tenang," jawab Prilly tersenyum manis kepada Ali.

Ali puas dengan jawaban Prilly, itu berarti dia tak salah tempat mengajaknya dinner romantic Prilly. Makanan mereka pun datang, sambil bercengkrama dan bercanda, akhirnya makan malam tidak terasa sudah habis tidak tersisa lagi. Setelah makan malam, mereka berjalan di pesisir pantai dan duduk di bibir pantai, memandang luasnya lautan dan rembulan yang terlihat melingkar sempurna di atas air laut. Malam yang gelap, namun tetap dapat memperlihatkan keindahannya. Laut di hadapan mereka terlihat terang karena malam ini bulan purnama. Prilly menyenderkan kepalanya di bahu Ali. Ali mendekap tubuh Prilly dari samping memberi kehangatan padanya.

"Sayang?" lirih Ali memanggil Prilly dengan suara yang lembut.

"Hemmmm." Prilly menjawab hanya bergumam, sambil menutup matanya. Merasakan kenyamanan berada di dekat Ali.

"Kamu masih ingat perjanjian kita sebelum kelulusan SMA?" tanya Ali mengingatkan Prilly.

Prilly yang mendengar pertanyaan Ali, langsung mengangkat kepalanya dan menghadap ke wajah Ali yang sudah sedari tadi menolehnya.

"Ya! Aku masih ingat Honey ... mana mungkin aku lupa. Oke sekarang kamu mau minta apa?" Prilly sudah jauh hari mempersiapkan diri, jika sewaktu-waktu Ali menagih janjinya.

"Tapi kamu sudah janji nggak akan nolak permintaanku ini kan?" tanya Ali memastikan terlebih dulu, sebelum mengungkapkan keinginannya itu.

"Iya, kan dulu kita sudah sepakat, Honey, memangnya kamu mau minta apa dari aku?" desak Prilly yang sudah tidak sabar lagi, untuk mengetahui permintaan Ali padanya.

"Maaf sebelumnya Sayang, aku sangat mengkhawatirkanmu, jika kamu tetap bekerja di kapal." Ali sangat berhati-hati mengatakan itu, agar Prilly tidak tersinggung.

"Iya, aku paham kekhawatiran kamu Honey. Terus apa maksud kamu bilang seperti itu?" Prilly menatap wajah tampan Ali lekat, meskipun gelap, namun wajah itu tetap dapat terlihat, karena sinar bulan.

"Kalau aku minta kamu berhenti dari pekerjaan kamu saat ini bagaimana?" tanya Ali sangat berhati-hati.

Ali benar takut terjadi sesuatu pada Prilly, dia sudah lama ingin menyampaikan keinginannya itu kepada Prilly. Ali tahu Prilly menyukai pekerjaannya. Kapal yang ia jalankan saat ini adalah pemberian papanya, karena ia sudah menyelesaikan pendidikan pelayarannya dengan baik, dan hingga sampai saat ini, dia sudah dapat mengantongi ijazah ANT II (Ahli Nautika Tingkat II) dari BP2IP Surabaya. Maka dari itu, ia cantumkan namanya sebagai identitas kapalnya.

"Honey, makasih ya kamu sudah mengkhawatirkanku. Aku akan membicarakan hal ini dengan Papa dulu ya?" Prilly menjawab dengan menangkum pipi Ali dengan kedua tangannya dan memberikan senyuman termanisnya untuk Ali.

"Aku sudah bicarain ini sama papa kamu Sayang. Beliau bilang, keputusan ada ditangan kamu. Jadi, sekarang, tinggal bagaimana kamu." Ali memegang kedua tangan Prilly dan menciumnya sangat pelan dan penuh kasih sayang, hingga darah Prilly berdesir saat bibir Ali menyentuh tangannya.

"Baiklah Honey, aku akan bicarakan ini ke kantor dan semua kru di kapal. Bagaimanapun, aku akan benar-benar menyeleksi orang yang akan menggantikanku nanti Honey. Karena aku sangat menyayangi kapalku itu." Prilly berkata seperti itu, karena ini adalah salah satu permintaan Ali yang sudah lama mereka sepakati. Meski hati berat, namun Prilly masih bisa melakukan hal lain, yang berhubungan dengan pekerjaannya saat ini.

Ali tersenyum lega mendengar jawaban Prilly. Dia segera menecium dahi Prilly lembut dan memeluknya erat.

"Terima kasih ya Sayang?" Ali meregangkan pelukannya, "sekarang kita pulang. Kamu tidur di rumah aku aja ya?" Ali berdiri mengulurkan tangannya untuk membantu Prilly berdiri.

Ali melepas jas hitamnya, memasangkan ke badan mungil Prilly. Mereka berjalan menuju tempat di mana mobil Ali terparkir. Selama perjalanan menuju ke rumah dinas, banyak obrolan yang mereka bahas. Hingga terkadang, tawa memenuhi ruang mobil itu.

Sesampainya di rumah dinas, ia memarkirkan mobil ke dalam garasi, lantas Ali turun terlebih dulu mengelilingi mobil, membukakan pintu untuk Prilly.

"Silakan tuan putri?" ucap Ali tersenyum manis.

Ali mengulurkan tangannya untuk membantu Prilly turun.

"Terima kasih Honey."

Prilly menyambut tangan Ali dan mereka pun masuk ke dalam rumah melalui pintu samping yang terhubung langsung dengan garasi.

"Honey, kok sepi? Di mana Dimas?" tanya Prilly, mengedarkan pandangan keseluruh penjuru rumah.

"Nggak tahu Sayang, mungkin dia lagi keluar, ya sudah, kita naik ke kamar aku aja ya?" Ali menggandeng tangan Prilly menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

Kini Prilly berada di kamar Ali dan duduk di sofa yang ada di dalam kamar. Kamar Ali yang luas dan bernuansa hitam putih terlihat rapi. Maskulin Ali yang terhirup di kamar itu membuat Prilly merasa nyaman. Ali berjalan ke arah lemari tiga pintu dan membukanya, mengambil kemeja putih, celana pendek dan kaus putih polos tipis. Ali menghampiri Prilly yang masih setia menunggu Ali di sofa, sambil memainkan HP-nya.

"Sayang, kamu ganti baju dulu gih! Pakai kemeja aku nggak apa-apa kan?" Ali memberikan kemeja putihnya kepada Prilly.

"Iya nggak apa-apa kok Honey," jawab Prilly mengambil kemeja itu dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamar Ali.

Prilly Pov

Aku sekarang berada di kamar mandi, tidak mungkinkan aku tidur dengan memakai dress selutut yang membentuk lekuk tubuhku ini? Aku mengganti dress dengan kemeja yang Ali kasih tadi. Karena kemeja Ali kebesaran saat aku pakai, terasa pakai daster. Kemeja yang longgar tapi sangat mini dibagian bawah dan belahan dada terlalu ke bawah, hingga aku tarik kerahnya kebelakang, namun justru mengangkat bagian bawah depan, untungnya aku tadi pakai celana short.

Aku keluar dari kamar mandi, melihat Ali sudah mengganti pakaiannya dengan baju santai. Celana pendek kain dan kaus putih tipis. Dia sedang sibuk mencari sesuatu di lemari bufet depan King size-nya. Memang depan King size Ali terdapat lemari bufet yang menyimpan jenis elektronik. Seperti televisi yang duduk di tengah bufet ukuran 40", spiker aktif, DVD, PS, dan lain-lain.

"Honey, kamu lagi cari apa sih?" tanyaku penasaran padanya.

"Ini Sayang, lagi cari film Avatar." Ali  menjawab tanpa menoleh ke arahku.

"Memang kamu mau nonton film itu, Honey?" tanyaku lagi padanya sambil berjalan ke arah dia yang sedang berdiri membopong tempat penyimpanan kaset CD.

"Iya Sayang aku ...," ucapan Ali terhenti, dia mendongak melihatku dari atas hingga bawah, mulutnya sedikit terbuka. Sekarang ini aku sedang berdiri di depannya.

Aku melihat Ali, matanya terbelalak tidak berkedip memandangiku dari ujung kaki sampai ujung kepala, terus seperti itu. Aku yang merasa sedikit risih dipandang Ali seperti itu, lalu menyadarkannya.

"Honey?" Aku tepuk bahunya dan melambaikan tangan di depan wajahnya yang terlihat bengong.

"I ... iya, ya Sayang, maaf aku baru kali ini lihat kamu seperti ini," katanya gelagapan dan terbata-bata.

Dia tampak salah tingkah, dia menggaruk kepalanya dan meneruskan mencari kaset CD.

"Kaset yang aku cari nggak ada Sayang, kamu mau nonton film apa?" tanya Ali yang tetap masih sibuk mencari kaset.

Aku ikut memilih kaset di wadah yang ada di tangan dia.

"Nonton film ini aja Honey, bagus kok ini," jawabku yang memberikan kaset film Pirates of Caribbean.

Ali langsung menerimanya dan memasukan kaset itu ke dalam DVD player.

"Pilihan yang bagus Sayang, kamu naik ke kasur dulu sana. Aku puterin dulu," ucapnya padaku.

Aku yang mendengar perintahnya langsung saja merangkak ke atas tempat tidurnya. Aku duduk bersandar di kepala ranjang. Aku tarik bed cover tebal, hingga menutupi setengah badanku. Sengaja biar paha mulusku tertutupi, Ali nyusul duduk di sampingku.

"Sini Sayang deketan," ucapanya menarik lenganku pelan dan disandarkan kepalaku di dada bidangnya.

Tangan kanannya sebagai bantalan kepalanya, sedangkan tangan kirinya mendekap tubuhku. Aku merasa nyaman dan aman di dekapannya. Posisi kita saat ini setengah berbaring, dengan tumpukan bantal guling di bawah kepala dan punggung Ali. Membuat kita nyaman untuk menonton film, yang sedang menyala di depan kita saat ini. Aku mendongak ke arah Ali, melihat dia masih fokus menonton film yang tadi aku pilih.

"Kenapa Sayang?" tanya Ali, menurunkan kepalanya sedikit agar dapat melihat wajahku.

Kini wajah kita saling berhadapan. Aku merasa jantungku seperti sedang berdisko. Jedag-jedug tidak karuan. Aku merasakan napas mint Ali menyapu di wajahku, wajahnya semakin dekat dan hembusan napasnya pun lebih terasa.

Aku reflek memejamkan mata, aku rasakan ada sesuatu yang menempel di bibirku. Lembut dan lembab, Ohhh ... Tuhan apa ini frist kiss kami? Aku tidak berani buka mata lagi.

Ali Pov

Ini pertama kalinya aku sedekat ini dengan bidadariku. Aku merasa dia sedang memperhatikanku.

"Kenapa Sayang?" tanyaku padanya yang sedang sibuk memperhatikanku.

Aku memandang wajahnya, ini pertama kalinya aku melihat wajahnya sedekat ini, dia cantik. Dia tidak menjawab pertanyaanku. Wajahnya yang mendongak dan sangat dekat, membuat pandanganku terfokus pada bibir tipisnya. Semakin aku dekatkan wajahku kedepan wajahnya. Aku rasakan tubuhnya menegang, aku melihat dia menutup matanya.

Aku menempelkan bibirku di bibir merah nan tipisnya. Aku diamkan sesaat dengan posisi bibir yang masih menenpel. Aku menunggu responnya, namun tidak ada pergerakan darinya. Aku lihat matanya masih terpejam, aku mulai bermain di bibirnya. Aku perlahan melumat dan menghisap bibir merahnya, bawah atas bergantian, aku mencoba mendorong lidahku untuk masuk ke dalam mulutnya, namun dia tetap menutup rapat mulutnya.

Aku gigit kecil bibir bawahnya dan dengan reflek dia buka mulutnya. Tanpa babibu lidahku berjalan-jalan disetiap rongga mulutnya. Ini adalah ciuman pertamaku, sadar memang, aku belum pernah sama sekali berciuman. Tapi aku pernah lihat di film cara mereka berciuman. So ... sekarang aku sedang mempraktikkannya Bro! Hahahahaha

Aku rasakan sekarang dia mulai menikmati permainan kita, yang tadinya dia pasif, sekarang dia mulai membalasnya. Aku tidak mau terbawa nafsu yang memburu, aku melakukan dengan santai, lembut dan menyalurkan rasa cinta kepadanya.

Aku rasa ada sesuatu di bawah sana sekarang mulai mengeras. Aku harus sudahi ciuman ini sebelum keblabasan. Aku dengan perlahan melepas bibir Prilly. Aku melihat dia masih mengatur napasnya yang tersengal, aku dan dia sama-sama mengatur napas kita. Aku tersenyum padanya dan membisikan tepat di telinganya.

"I love you my girl." Aku melihat dia tersenyum manis, pipinya mulai memerah membuatku semakin gemas ingin menggigit pipi chubby itu.

"I love you to my boy," jawabnya yang terlihat menunduk menyembunyikan pipi tomatnya.

Aku dekap dia dan aku menurunkan posisi kami untuk berebah, dengan masih mendekap dia. Aku melihat dia memposisikan tubuhnya mencari kenyamanan di dalam pelukanku.

"Tidur ya Sayang? Sudah larut malam. Good nigth Sayang, sweet dream." Aku mengecup keningnya cukup lama.

"Good nigth to Honey," jawabnya lirih.

Aku merasa bidadariku saat ini sudah mulai membuka pintu mimpinya. Sabar sayang, tunggu di persimpangan mimpi ya? Kita jalan-jalan di alam mimpi. Lalu aku pun ikut terlelap.

#######

Hehehehehehe
Edit cerita ini, lumayan bingung. Soalnya ada bagian yang aku ubah. Sabar ya, semoga masih ada yang menunggu. Hihihi
Masih sibuk sama pekerjaan real life. Jadi, terbengkalai wattpad-nya.

Makasih untuk yang vote dan komentarnya. Miss you all.😘😘😘💋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top