SUPRAIS
Mata indah Prilly mulai mengejap. Perlahan ia membuka matanya. Dia merasakan kehangatan dan dekapan yang nyaman, mengingatkannya apa yang terjadi semalam. Senyum mengembang dari bibir tipisnya. Ia mendongakan kepalanya dan menatap wajah Ali yang sekarang tepat di depan wajahnya. Tangan kekar Ali masih setia melingkar di pinggang ramping Prilly. Prilly memandangi wajah Ali yang masih tertidur damai. Ia perhatikan setiap inci dari wajah Ali.
'Ya Allah betapa indahnya pahatanMu ini. Bulu mata yang lentik, hidung yang mancung, alis yang tebal, rahangnya yang kokoh, bibir tipisnya yang semalam mengambil frist kiss-ku, sungguh aku bersyukur Engkau pertemukan kami lagi setelah sekian lama kami terpisah oleh jarak dan waktu,' batin Prilly.
Bibirnya tersenyum melihat serta berkesempatan menatap wajah tampan kekasihnya dari jarak yang sangat dekat. Tangannya perlahan meraba wajahnya, dari kening, perlahan turun ke pipi dan terakhir meraba bibir tipis nan merahnya. Sungguh, dia nyata ada di hadapannya sekarang.
Prilly melihat jam yang tergantung di dinding menunjukan 05.30 setempat, ia yang terbiasa bangun pagi, perlahan melepaskan tangan Ali yang melingkar di pinggangnya.
Dengan sangat perlahan, Prilly beranjak dari King size dan menuju ke kamar mandi. Dia membersihkan diri.
Keluar dari kamar mandi, Prilly menoleh ke arah King size, Ali masih tertidur lelap. Prilly pun mulai membuka pintu kamar Ali perlahan agar tidak menimbulkan suara berisik yang dapat membangunkannya. Prilly menuruni tangga dan melihat Dimas keluar dari kamarnya. Memang rumah ini terlihat luas. Walau hanya rumah dinas, namun tetap terlihat nyaman. Ada beberapa kamar dan ruangan serta fasilitas yang lengkap yang disediakan. Dimas memang sengaja memilih kamarnya di lantai bawah dan Ali memilih di lantai atas. Bukannya tidak ada kamar lagi di atas, namun alasan Dimas lebih nyaman di bawah. Dimas yang menyadari kedatangan Prilly langsung menyapanya.
"Selamat pagi Nyonya Ali?" sapa Dimas dengan nada menggoda.
Prilly yang sudah sampai di anak tangga terakhir hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, karena malu. Dia pikir, pasti Dimas saat ini sudah berpikir yang aneh-aneh, padahal dia dan Ali semalam tak melakukan apa pun, kecuali kissing.
"Pagi juga Dim, lo mau ke mana? Sudah seger dan rapi begitu?" Prilly bertanya, karena melihat Dimas sudah rapi dengan kaus tanpa lengan dan celana training lengkap dengan sepatu olahraganya.
"Mau lari pagi Pril, sudah ada janji sama temen. Sudah ya ... gue keluar dulu," pamit Dimas, lantas berlari kecil menuju pintu garasi. Prilly hanya melempar senyum kepada Dimas.
Prilly segera menuju ke dapur, dia membuka kulkas dan melihat bahan apa yang dapat ia masak untuk sarapan pagi ini. Prilly melihat ayam filet di dalam frizer, lalu dia keluarkan dan merendamnya. Dia juga melihat rice cooker ternyata tidak ada nasi. Prilly memencet angka 2 dalam alat penyimpan beras. Lalu ia pindahkan beras pada wadah dan mencucinya. Setelah mencuci bersih, ia memasukan beras ke dalam panci yang terdapat di dalam rice cooker. Ia tambahkan air sesuai ukuran dan menutupnya. Tidak lupa ia turunkan tombol yang ada di samping, hingga tanda lampu merah dengan tulisan cooking.
Prilly mencari bahan lagi untuk membuat nasi goreng. Terlihat ada bakso dan sosis dalam kulkas. Tidak lupa ia mengambil telur untuk perlengkapi nasi gorengnya nanti. Ia terlihat sudah terbiasa memasak, tangannya cekatan meracik bumbu dan merajang bahan tambahannya. Bumbu telah siap dan sudah dihaluskan. Prilly mulai menyalakan kompor dan menuangkan sedikit minyak ke dalam wajan. Bumbu yang sudah halus, dia masukan ke dalam minyak panas. Tangannya mulai menari-nari di atas wajan dengan spatula. Harum bumbu tercium sedap, menusuk hidung siapa saja yang berada di sana.
Saat Prilly sedang serius memasak, ia rasakan tangan kekar melingkar di perutnya. Dan bahu kanannya terasa sedikit berat, Prilly terkejut dengan ulah Ali yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"Hemmm ... harum, masak apa sih Sayang? Pagi-pagi sudah bikin perut keroncongan," tanya Ali, masih dengan posisinya yang tadi.
"Masak nasi goreng, Honey," jawab Prilly, "kamu sudah lama bangunnya?" tanyanya tanpa menoleh dan masih sibuk memasukan bahan ke dalam wajan.
Ali memerharikan nasi yang kini sudah bercampur sosis dan bakso di atas wajan. Tangan Prilly sangat lihai mengaduk dan membolak-balikkan nasinya.
"Baru saja Sayang, aku bangung lihat kamu nggak ada, langsung aku cari. Ternyata, kamu sudah di dapur," jawab Ali mencium singkat bahu Prilly yang polos karena kemeja yang ia kenakan turun.
Desiran darah menghangat keseluruh tubuh ketika bibir Ali menyentuh kulit bahunya. Perutnya seperti digelitiki dan bulu kuduknya merinding.
"Iya, tadi aku lihat kamu masih nyenyak tidurnya. Nggak tega bangunin kamu," ucapnya menahan gejolak berahinya, "sudah sana, aku mau lajutin masak. Kamu mandi ya? Siap-siap ke kantor," titahnya agar Ali tak semakin memancing nafsunya.
Ali melepas pelukannya dan membalikan badan Prilly untuk menghadapkan kepadanya. Sebelumnya Prilly sudah mematikan kompornya.
"Nanti dulu Sayang," bantah Ali mengunci pinggang Prilly, "kamu nanti mau ke kantor, apa langsung ke kapal?" tanya Ali memindahkan tangannya, yang kini mengalungkannya di leher Prilly, dan Prilly melingkarkan tangannya di pinggang Ali.
"Aku ke kantor dulu saja deh, Honey. Aku mau diskusikan keputusan untun resign. Baru nanti aku akan ke kapal membicarakan itu kepada kru," terang Prilly yang sesungguhnya jauh di lubuk hatinya masih belum rela jika harus meninggalkan pekerjaan yang sudah membuatnya sukses hingga seperti saat ini.
Namun ia tak ingin mengingkari janjinya, itu adalah salah satu permintaan dari kesepakatan yang dulu jauh sebelum dia menjadi pelaut, sudah mereka sepakati.
"Nanti sekalian bareng sama aku. Aku antar ke kantor kamu dulu ya?" Ali tersenyum mengelus pipi Prilly dengan punggung tangannya. Prilly mengangguk dan tersenyum lebar.
Kini Ali memajukan wajahnya mencium bibir Prilly. Melumatnya dengan lembut, Prilly yang tadinya terlihat terkejut dengan aksi Ali yang mendadak menyerang bibirnya, kini seketika menerima dan membalas lumatan bibir Ali. Mereka sangat menikmati ciuman itu, hingga matanya terpejam. Kepala mereka bergerak ke kanan dan kiri, Ali menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka. Saat ciuman terlihat sudah memanas, terdengar suara dari belakang Ali.
"Astogfirullohaladzim!" seru Dimas sambil menutup matanya.
Ali dan Prilly terkejut, mendengar suara Dimas, dan spontan menghentikan ciuman panas mereka. Ali menoleh ke sumber suara. Prilly yang terlihat malu, hanya bisa menyembunyikan wajahnya di dada Ali.
Dimas berjalan menuju kulkas, dengan pura-pura masih menutup matanya dengan tangan sebelah kiri, namun jarinya tidak rapat.
"Suek Lo!" dengus Ali melempar lap ke wajah Dimas.
Dimas tertawa terbahak, tak melepas tangannya yang menutupi wajah tampannya.
"Maaf Bro, gue nggak sengaja. Gue sudah dehidrasi akut, jadi buru-buru mau ambil minum. Tapi ... nggak tahunya, sampai di dapur malah lihat yang live. Pagi-pagi begini udah dapat kiss morning yang hot! Bikin gue iri aja lo, Bro!" ledek Dimas semakin membuat Prilly malu dan pipinya merona merah seperti tomat yang matang.
"Sialan lo! Udah sana pergi saja lo yang jauh!" usir Ali kesal, "gangguin aja! Tapi biasanya kalo ada sepasang manusia, ketiganya setan!" sentak Ali bergurau membuat Dimas melotot matanya, tak terima ledekan Ali itu.
"Suek lo! lo pikir gue setan apa?!" sungutnya mencebikkan bibir.
Dimas berjalan menuju ke kamarnya sambil menenggak air dingin yang tadi dia ambil dari dalam kulkas. Selepas kepergian Dimas, Ali kembali mengahadap Prilly.
"Aku naik ya, Sayang? Mau siap-siap," ucapnya, Prilly hanya mengangguk.
Sebelum Ali pergi dia mencium singkat bibir Prilly. Berlalunya Ali dari dapur, lantas Prilly melanjutkan menyelesaikan masakannya yang tadi sempat tertunda.
Tiga puluh menit masakan Prilly sudah siap di meja makan. Tiga piring nasi goreng spesial dengan tambahan telur mata sapi.
"Waaahhhh ... kayaknya enak nih, Ali belum turun Pril?" tanya Dimas menghampiri meja makan dan duduk di salah satu kursi.
Dia sudah rapi dengan setelah busana kerjanya. Rambut di tata naik ke atas seperti duri landak, aroma parfum mahal menyeruak di ruang makan. Wajahnya pun tampak segar dan sumringah, mungkin sekarang suasana hatinya sedang baik.
"Belum, masih siap -siap mungkin. Lo mau minum apa, Dim? Biar gue bikinin sekalian," tawar Prilly yang kini sedang membuatkan kopi untuk Ali di pantri.
"Entar gampang Pril, gue bikin sendiri," tolak Dimas.
Saat Prilly sedang mengobrol dengan Dimas, Ali terlihat menuruni anak tangga. Wajahnya sudah segar, rambut tertata rapi, namun mengapa dasinya belum terpasang? Ali langsung menghampiri Prilly yang sedang membuatkannya kopi dan mencium pipinya.
"Sayang ...." Ali mengulurkan dasinya agar dipasangkan Prilly.
Prilly mengambil dasi Ali dan memasangkannya. Dimas yang melihat perlakuan Prilly yang memanjakan Ali, sedikit ada rasa iri dan hanya dapat tersenyum. Ikut merasakan kebahagiaan mereka di pagi yang indah itu.
Langit bersih tanpa berawan, terlihat biru bagaikan air laut. Matahari bersinar cerah menyongsong hari ini untuk melangkah ke masa depan.
"Kurang asem lo Li! Manja banget sih lo! Biasanya juga pakai sendiri tuh, Pril!" tukas Dimas dari meja makan, hanya bergurau menggoda sahabat baiknya.
"Biarin! Bilang saja lo iri nggak bisa kaya gue! wleeek," ejek Ali, menjulurkan lidahnya ke arah Dimas.
"Sudah ... sudah ... kalian ini ribut kaya anak kecil saja," lerai Prilly selesai memasangkan dari untuk Ali. "Ayo Honey! Kita duduk, sarapan dulu." Prilly mengajak Ali duduk, meja makan sudah siap dengan tiga piring nasi goreng spesial dan tiga gelas air putih.
Prilly kembali berjalan ke pantri, lantas ia menuju ke meja makan membawakan kopi untuk Ali. Sarapan pagi itu berbeda dari hari-hari yang lalu. Biasanya hanya Ali dan Dimas, kali ini benar-benar berasa pagi yang tak ingin Ali lewatkan karena ada Prilly di sini. Mereka telah menghabiskan sarapannya. Siap untuk mengawali hari dengan kebahagiaan.
"Dim, lo berangkat ke kantor duluan saja, bawa mobil sendiri. Gue mau antar Prilly dulu ke kantornya," perintah Ali setelah Dimas menghabiskan minumannya.
"Oke, kalau begitu gue berangkat duluan ya? Sudah ada janji mau jemput someone," pamit Dimas beranjak dari tempat duduk.
Dimas berlalu dari ruang makan, sedangkan Prilly membersihkan meja makan dan Ali membaca koran sambil menghabiskan kopi dan menunggu Prilly bersiap siap.
***
Kini mobil Ali sudah terparkir di depan kantor cabang PT. Trans Wijaya Samudra.
"Sayang nanti aku jemput ya? Aku mau ajak kamu kesuatu tempat," ujar Ali sebelum Prilly turun dari mobilnya.
"Memangnya mau ke mana, Honey?" tanya Prilly sangatlah penasaran saat ini.
Kira-kira Ali mau mengajaknya jalan ke mana ya? Biasanya, jika dia mengajak seperti itu, kalau tidak dinner, pasti mau mengajak ke suatu tempat di kota ini.
"Ada deh Sayang, ikut saja. Entar sore aku jemput kamu. Kamu dandan yang cantik ya?" timpal Ali semakin membuat Prilly penasaran.
Prilly hanya bisa menuruti permintaan Ali. Sebelum Prilly turun dari mobilnya, dengan singkat Ali mencium bibirnya. Prilly turun dari mobil, dia melambaikan tangannya dibalas Ali senyuman dan anggukan kepala. Senyuman manis Prilly mengiringi mobil Ali meninggalkan kantor itu. Selepas mobil sedan hitam milik Ali tak terlihat lagi, Prilly pun masuk ke kantornya.
***
Sore ini Prilly terlihat cantik dengan balutan dress selutut bewarna pink pastel, berpadu dengan warna putih. Bahunya terekspose, putih mulus, karena model dress-nya seperti kemben. Membuat dia terlihat cantik dan anggun, apalagi ditambah high heels tak begitu tinggi, sepadan dengan tubuhnya.
Sedangkan Ali, sudah rapi dengan kemeja putih dua kancing atas dibuka, luarnya berbalut blazer hitam, membuat ia terlihat tampan dan menawan. Rambutnya klimis, dia tata kebelakang.
Ali menjemput Prilly yang sudah sedari tadi menunggunya di lobby kantor. Memang di kantor cabang ini, disiapkan beberapa kamar untuk setiap ABK kapal beristirahat. Prilly memiliki ruang khusus untuknya beristirahat. Di setiap kantor cabang pelabuhan yang mengoprasikan kapal milik PT. Trans Wijaya Samudra, dia memiliki kamar Pribadi. Prilly keluar dari lobby kantornya, Ali membukakan pintu mobil untuk bidadarinya itu.
"Silakan tuan putri." Ali sedikit membungkukkan badannya, mempersilakan Prilly masuk ke dalam mobilnya.
Prilly tersenyum, dengan anggun dia masuk dan duduk. Ali menutup pintunya, dia mengitari mobil dan duduk di samping Prilly.
"Sudah siap?" tanya Ali sudah siap menancap gasnya.
"Siap!" sahut Prilly bahagia, walaupun dia tak tahu Ali akan mengajaknya ke mana. Ali segera menjalankan mobilnya ke tempat tujuannya.
"Honey, kita mau ke mana sih?" tanya Prilly sangat penasaran, namun Ali hanya menoleh sekilas memamerkan senyuman termanisnya.
Mereka melewati sepanjang jalan yang memperlihatkan keindahan pantai saat sore hari seperti saat ini. Deretan kapal-kapal nelayan berjejer di pantai, puluhan penjual pinggir jalan sudah menjajakan dagangannya. Di setiap perjalanan, Prilly selalu bertanya, namun Ali hanya tersenyum dan fokus menyetir. Prilly terlihat mulai badmood, dan memanyunkan bibirnya. Tiba-tiba Ali menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Kenapa berhenti, Honey?" tanya Prilly dengan nada panik.
"Sssttt ... kamu tenang dan ikuti saja ya? Sekarang aku minta kamu tutup mata." Ali mengeluarkan sapu tangannya, "kamu pakai saputangan ini." Ali menutup mata Prilly dengan saputangannya.
Prilly hanya bisa diam dan pasrah. Namun dalam hatinya, dia masih merasa penasaran, akan dibawa ke mana ia sekarang? Akan ada acara apa, sehingga dia harus menutup matanya? Ali meneruskan laju mobilnya. Sekitar 15 menit akhirnya mereka sudah sampai di tempat tujuan. Ali membantu Prilly turun dari mobil. Dituntunnya Prilly menuju ke tempat yang sudah disiapkan.
Prilly Pov
Sekarang mataku tertutup, aku tak bisa melihat apa pun yang ada di sekelilingku. Aku rasakan saat ini hanya udara yang masih terasa hangat. Bau anyir air laut yang tajam terhirup jelas, aku rasa sekarang kayaknya berada di sekitar laut.
Ali membimbingku berjalan, aku dengar, saat ini high heels-ku bersuara karena gesekan dengan baja tebal. Aku turuti ke mana Ali akan membawaku. Aku rasa saat ini, kami sedang menaiki altar. Aku terus berjalan dan pada akhirnya aku berhenti.
"Sudah sampai Sayang," bisiknya perlahan tepat ditelingaku.
Lalu ia buka penutup matanya, aku mengedarkan pandanganku. Sekarang dari tempatku saat ini berdiri di atas geladak teratas di kapal penumpang yang Papa pernah berikan padaku, namun aku hanya sempat menjalankannya beberapa kali sebelum memilih menjalankan tugboat. Aku benar-benar mengenali setiap inci kapal yang sudah aku bawa beberapa tahun lalu, untuk memecah setiap ombak di lautan lepas.
Aku melihat geladak atas ini disulap menjadi tempat yang membuatku terharu dan sangat terkesan. Di setiap pagar besi yang mengelilingi geladak, terlihat lampu kerlap-kerlip. Aku pandangi lautan lepas dari atas kapal. Suasana saat sunset terlihat jelas. Tampak awan mulai senja, warna orange telah menyebar mewarnai langit. Begitu indah senjaMu hari ini, Tuhan.
"Special for you my girl," bisiknya lagi di telingaku sembari memelukku dari belakang.
Aku rasakan buliran bening menetesi pipiku. Karena kebahagiaan yang aku rasa saat ini. Aku tidak bisa mengucapkan kata-kata, bibirku kelu. Aku hanya dapat merasakan, jika saat ini Ali sedang memelukku dari belakang. Pelukan yang menenangkan hati dan jiwaku. Kami sedang menikmati sunset dari geladak tertas di kapal ini, terlihat sangat jelas.
#########
Waaaaah ... kejutannya kira-kira apa hayoooo? Dinner romantic kah? Atau apa? Hemmm ... tebak, ayo ditebak. Hehehe
Makasih ya, yang setia menunggu cerita revisi ini. Makasih juga atas vote dan komentarnya. Love and miss you all. Muuuuaaaahhh 😚😘😘😘😙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top