MEMORIES
Setelah Prilly menyelesaikan lagunya, Ali menghampirinya, yang masih duduk di belakang piano. Saling pandang tak terhindarkan, hingga air mata haru meluncur dari mata indah Ali. Segera Ali tarik lengan Prilly untuk dia dekap. Ali memeluk tubuh istrinya, yang sangat dia rindukan beberapa hari belakangan ini, karena sudah menghiraukannya. Ali dan Prilly saling memeluk erat menyalurkan kerinduan di antara mereka. Ali tak lagi bisa berkata-kata. Ia terus memeluk istrinya semakin erat dan menciumi pucuk kepala Prilly hingga berulang-ulang kali. Lampu di kafe itu pun menyala terang, namun mereka belum menyadarinya, hingga sebuah tangan menyadarkan Ali.
"Maaf Bro, gue cuma bantu istri lo," ucap Firdaus, menepuk-nepuk bahu Ali.
Ali melepas pelukannya dan membalikan badan, melihat Firdaus tengah menggendong anak laki-laki tampan berusia kurang lebih 5 tahun. Ali terdiam, mengerutkan dahinya dan memasang wajah bingung.
"Maafkan aku, Honey. Aku dan Kak Firdaus membuatmu marah dan cemburu. Saat di kapal waktu itu, aku menyadari kecemburuan kamu pada Kak Firdaus. Dan aku meminta tolong padanya untuk persiapkan semua ini," jelas Prilly saat mengetahui kebingungan Ali.
Ali mengerutkan dahinya seakan menuntut penjelasan yang lebih.
"Lebih baik kita ajak berpindah duduk dulu Pril, sepertinya suamimu masih shock. Kita jelaskan nanti setelah duduk di sana," ujar Firdaus menunjuk salah satu meja yang ada di pojok ruang itu. Suasananya remang, malah hampir tidak jelas, siapa saja yang duduk di sana.
Ali masih saja terdiam dan bingung, dia hanya mengikuti Firdaus dan Prilly duduk di salah satu meja yang sudah disiapkan spesial untuk acara ini. Betapa terkejutnya Ali saat melihat orang-orang yang berada di meja itu.
"Mama, Papa, Bang, Kak?" tunjuk Ali satu per satu dan dia semakin bingung dengan semua itu.
Ali menoleh ke belakang, namun tidak ditemukan Prilly, yang tadi berjalan di belakangnya. Tiba-tiba lampu di kafe meremang, yang tadinya sempat terang benderang. Ali semakin dibuat bingung melihat istrinya berdiri di atas panggung. Firdaus mengisaratkan Ali untuk tenang dan duduk. Prilly mulai mengarahkan microphon di depan bibirnya. Senyum tak lepas dari bibir manisnya.
Mata indahnya selalu menatap suaminya, seakan ia ingin meluapkan isi hatinya, dan suaminya harus mendengarkan itu semua. Para pengunjung di kafe itupun, seperti mendapat hiburan yang tak terduga. Semua menyimak baik-baik ke arah podium, di mana Prilly berdiri.
"Selamat malam. Saya ucapkan puji syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah, karena Ia mengirimkan orang-orang hebat dan menyayangiku dengan tulus. Terima kasih untuk Mama dan Papa, tidak lupa Mama dan Papa mertua, kakak ipar, sahabatku, Kak Firdaus sekeluarga yang sudah membantuku untuk menyiapkan malam ini. Suami tercintaku, maafkan aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu. Aku akan selalu berusaha menjadi lebih baik untukmu dan keluarga kita. Bantu aku dan bimbinglah aku, tuntunlah aku, agar aku mendapat surga darimu."
Prilly mulai meneteskan air mata. Dia seka air matanya dengan punggung tangannya.
"Tujuh belas bulan yang lalu adalah tepat hari ini di mana kita dipertukan oleh Tuhan setelah 7 tahun lamanya, kita terpisah. Honey, terima kasih selama itu, kamu menjaga hatimu untukku. Kembali untuk menepati janjimu. Aku adalah wanita yang beruntung di dunia ini. Jangan kamu ragukan kesetiaanku, Honey. Aku hanya mempunyai satu hati dan hanya kamu yang mampu mengisi ruang hatiku.
"Dari dulu, saat pertama aku mulai merasakan debaran di dadaku, ketika bertemu denganmu dan mulai tumbuhlah benih cinta itu hingga aku benar-benar yakin bahwa aku mencintaimu. Sampai saat ini, cintaku tidak berubah, justru aku semakin mencintaimu, Honey. Maafkan aku untuk beberapa hari ini, tidak menjalankan kewajibanku sebagai istri yang baik. Karena aku, siapkan ini semua untukmu, Honey. Maafkan aku," sesal Prilly hingga meneteskan air matanya lagi.
Ali yang melihat istrinya terus mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya, hanya memberi semyum termanisnya dan mengisyaratkan menerima maaf istrinya dengan anggukan kepala. Keluarga Ali dan Prilly yang berada di situ, hanyut dalam suasana malam di kafe tersebut. Air mata haru selalu tak dapat mereka bendung.
Layar yang berada di belakang Prilly, menanpilkan vidio slide foto kebersamaan mereka dengan back song lagu Heaven dari Bryan Adams, dari saat SMA hingga foto terakhir yang mereka ambil honeymoon di beberapa tempat salah satunya di Banyuwangi.
"Ini adalah perjalanan kita, Honny. Dari kita hanya dulunya saling membuang muka, dan pura-pura tidak saling kenal, cinta yang menyatukan kita. 7 tahun adalah untuk waktu yang lama untuk menunggu, tapi aku yakin dan tahu bahwa cintaku akan kembali. Kamu yakin aku adalah tulang rusukmu?" Prilly menatap mata Ali penuh cinta.
Ali menghampiri Prilly, memeluk dan mencium dari kening, turun ke kedua mata, pipi kanan dan kiri, hidung serta berakhir di bibirnya cepat.
"Ya, aku percaya, kamu adalah tulang rusukku yang Tuhan ambil. Aku sangat mencintaimu. Berjanjilah, kamu akan selalu bersamaku dalam keadaan apa pun, meski seburuk apa pun ... itu," jawab Ali menatap ke dalam mata Prilly.
"Aku juga yakin, bahwa aku adalah tulang rusukmu. Terima kasih," ucap Prilly mencium kedua sisi pipi Ali. "Aku berjanji, akan selalu menjadi sahabat hidupmu, menjadi patner untuk membangun rumah tangga kita, dan akan selalu mencintai kamu dan anak-anak kita nanti. Berjanji untuk menjaga dan melindungi kami," pinta Prilly tulus.
"Yes! I will. I'm promise, that anything for you" jawab Ali ikhlas lahir batin.
Semua pengunjung bertepuk tangan, kafe itu sangat meriah. Siulan dari beberapa orang terdengar, semuanya berdiri memberi selamat untuk mereka. Ini adalah kejutan yang tidak pernah Ali duga. Pengunjung kafe dan semua keluarga menjadi saksi janji cinta mereka. Makan malam kali ini benar-benar berbeda dan sangat indah. Senyum tak sedikit pun pudar dari bibir mereka.
"Maaf ya, Bro, gue udah bikin lo kesel dan marah. Ini gue lakuin karena permintaan istri lo," sela Firdaus saat semua sedang menikmati makan.
"Hhhhmmmm...," jawab Ali hanya bergumam, dan melirik Firdaus sekilas.
"Jangan begitu dong, Li," tegur Farauq. "Dia sudah membantu Prilly menyiapkan ini semua buat lo," bela Farauq sambil menepuk pundak Ali.
"Iya. Makasih," ucap Ali pada Firdaus, masih dengan nada datar.
"Honey, maafin aku. Kamu tidak suka dengan apa yang sudah aku persiapkan ini?" tanya Prilly menatap Ali dengan mata nanar.
"Hey bukan itu, Sayang. Maaf, aku seneng dan bahagia kamu mempersiapkan ini semua buat aku. Tapi aku masih tidak bisa memaafkan dia," tunjuk Ali dengan melirikan mata kepada Firdaus. "Kamu juga kenapa, punya panggilan khusus padanya? Aku nggak suka itu," sambung Ali.
Prilly mengerutkan dahinya, dan orang-orang duduk di kursi itu menatap Prilly dengan tatapan nenuntut penjelasan, kecuali Firdaus dan Lisa, istri Firdaus yang duduk di sampingnya.
"Dasar pecemburu dan posesif," celetuk Firdaus menatap Ali sambil melipat kedua tangan di depan dadanya dan bersandar di sandaran kursi.
"Memangnya kenapa, hah?! Gue suka terobsesi dan kehilangan kontrol kalau berhubungan dengan Prilly? Rasanya gue ingin membunuh siapa pun yang menatapnya haus. Gue bahkan kesal kalau mereka memikirkan istri gue," ujar Ali dengan sekali tarian napas dan tatapan tak suka pada Firdaus.
"Lo yang terlalu pecemburu. Lo kurang yakin dengan kesetiaan istri lo selama ini? Gue yang tahu betul bagaimana dia menjaga hatinya buat lo. Nggak sedikit orang yang mau sama dia. Tinggal dia tunjuk salah satu dari mereka, pasti tuh cowok beruntung bisa dapetin berlian BP2IP masa itu. Tapi dia tetep kukuh dan yakin, lo bakal balik," jelas Firdaus panjang lebar membuat hati Ali merasa bersalah karena sudah cemburu buta dan sempat berpikir negatif tentang Prilly.
"Nah sekarang lo masih mau marah sama Firdaus, Li?" tanya Alya.
"Terus yang disebut Prilly 'Pangeran tembeb' siapa dong?" tanya Ali dengan wajah polosnya menatap semua orang yang ada di hadapannya.
Semua yang berada di situ hanya terkekeh geli, melihat tampang polos Ali. Prilly menangkup pipi Ali agar melihatnya.
"Honey, kamu cemburu sama anak berusia 5 tahun?" tanya Prilly membuat Ali membuka matanya lebar dan tak percaya.
"Anak 5 tahun?" ulang Ali, mengerutkan dahinya.
"Dia memang pangeran tembem aku, Honey. Tapi cuma kamu yang menempati tahta tertinggi di hati aku. Kamu adalah King di istana hati aku ini." Prilly mengambil tangan Ali dan mengarahkannya ke depan dadanya.
"Maafin aku Sayang, sudah cemburu buata. Tapi siapa yang kamu maksud pangeran tembem?" tanya Ali yang masih penasaran.
Prilly melirik Dion, anak semata wayang Firdaus dan Lisa. Ali melihat Firdaus dan Lisa bergantian, untuk meminta persetujuan mereka, bahwa yang dikatakan Prilly benar adanya.
"Iya, itu sebutan sayang Prilly dari dulu sama anak gue. Masih cemburu juga lo sama anak gue?" sungut Firdaus seakan kesal dengan tingkah Ali yang pencemburu akut. Ali menarik napasnya lega.
Suasana semakin menghangat. Hubungan Firdaus dan Ali juga terlihat semakin akrap. Mereka sudah melupakan keadaan yang sempat menegang kemarin.
***
Ali terlihat keluar dari kamar mandi hanya mengenakan boxer dan handuk yang menyamping di lehernya untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Prilly merasa lega dan bahagia karena surprise yang sudah ia persiapkan selama dua hari ini, berjalan sesuai rencana dan sukses menaik turunkan emosi Ali. Prilly sudah berbaring di ranjang, menoleh Ali yang baru saja ke luar kamar mandi. Ali segera menghampiri Prilly, duduk di tepi ranjang mengusap pipinya lembut membuat. Prilly memejamkan mata, merasakan sentuhan yang sangat dia rindukan, karena beberapa hari ini Ali tak menjamahnya.
"Cape?" tanya Ali lembut.
"Hmmmmm...," jawab Prilly masih nyaman mendapat elusan Sayang Ali, sampai-sampai dia memejamkan matanya, enggan membukanya lagi.
"Terima kasih ya Sayang, kamu mengingat hari itu. Aku bahagia sekali hari ini. Seharusnya aku yang memberimu kejutan, dan dinner romantic." Ali segera menaikan kakinya dan berbaring miring menghadap Prilly.
"Ssssttt... biarkan kali ini aku yang memberikannya untukmu, Honey. Kamu sudah sering memberikan kejutan untukku. Maafkan aku, sudah membuat kamu marah." Jari Prilly meraba wajah Ali, membuat Ali merasa nyaman dengan sentuhan jari lentiknya.
"Kamu tahu, aku hampir mati tersiksa karena kamu hiraukan dan diemin. Aku nggak bisa Sayang, kamu gituin," rajuk Ali, dengan nada manja, membuat Prilly tersenyum lebar.
"Maaf Honey, aku sebenarnya juga tersiksa dengan keadaan kemarin. Tapi untuk melancarkan kekuatannya, aku harus buat kamu sport jantung dulu," jelasan Prilly.
Ali menggemas pipinya, hingga Prilly memekik. Tanpa berlama-lama, Ali pun mengunci badan Prilly dengan tubuhnya yang sudah berada di atas Prilly.
"Baiklah, kamu akan terima hukumanmu malam ini," ujar Ali menyeringai.
"Baiklah, aku terima hukumanku dengan senang hati," ucap Prilly pasrah.
Setelah mendapat persetujuan dari Prilly, Ali segera melahap bibir ranumnya dan mulai memagutnya. Tangannya meraba bagian balik piyama Prilly yang menonjok dua di dada. Ali merasakan panas dingin menjalar di seluruh tubuhnya. Perlahan ia mengarahkan ciuman panasnya ke leher jejang Prilly. Ditinggalkannya beberapa kismark di sana. Prilly mulai terbawa suasana. Hasrat yang ia tahan beberapa hari itu ingin segera ia tumpahkan malam ini.
"Sayang, aku merindukanmu," rancau Ali di tengah cumbuan mereka.
"Lakukan, Honey. Aku juga merindukanmu," ucap Prilly, menahan gairah yang sudah sampai di ubun-ubun.
Prilly mengarahkan kepala Ali kebagian dadanya, ia tekan tengkuk Ali di tengah-tengah belahan gunung kembar miliknya. Ali yang tahu maksud Prilly, langsung bermain dan mengeksplorasi bagian itu. Ia tinggalkan tanda kepemilikan di setiap inci dada istrinya.
Setelah beberapa menit mereka melakukan foreplay, kini Ali menyatukan tubuh mereka. Ali bermain sangat lembut dan menyalurkan kerinduan selama beberapa hari ini yang tak bisa menyentubihi istrinya. Peluh membanjiri tubuh mereka. Beberapa menit sudah bergumul, saat Ali merasa ingin meledakan lahar cintanya, ia pun semakin mempercepat gerakan pinggulnya.
"Sayang, a... a... akuu udah mau sampai," ucap Ali tebata di sela gairahnya yang sudah memuncak.
"Iya Honey, aku juga. Kita lakukan bersama," jawab Prilly mata sudah sayup.
Beberapa menit kemudia, Ali telah mengeluarkan cairan cintanya di dalam rahim Prilly. Tubuh lemasnya, ia jatuhkan di sebelah Prilly. Dengan napas yang masih tersengal, Ali menatap Prilly memberikan senyum termanisnya.
"Terima kasih ya, Sayang," ucapnya sembari mencium kening Prilly.
"Iya Honey, I love you," jawab Prilly sambil mengelus pipi Ali.
"I love you too."
Ali segera mengarahkan kepalanya keperut datar Prilly dan mencium serta mengelusnya.
"Berkembanglah di dalam sana sayang. Mommy dan Deddy menunggu kegadiranmu di tengah-tengah kebahagiaan kami." Ali mendongak, menatap Prilly. Dia tersenyum dan kembali mencium kening Prilly.
"Sekarang kita tidur. Besok masih banyak tempat yang mau aku tunjukin ke kamu," ajak Ali lalu menarik Prilly ke dalam pelukannya.
Tak berapa lama akhirnya mereka pun terlelap.
Penantian dengan tulus dan kesabaran tak akan ada kata sia-sia. Semua akan indah pada waktu yang telah Tuhan tentukan. Tuhan telah menentukan skenario setiap ciptaan-Nya. Hanya kita tinggal memerankan sekenario itu, agar mendapatkan hasil yang indah. Tuhan tidak pernah tertukar membagi sekenarionya. Yakinlah, semua ujian pasti dapat terlewati dan akan indah pada waktunya.
##########
Uuuuuuhhh... ternyata!!!
Masih mau cemburu sama pangeran tembeb, Li? Hahaha
Terima kasih, yang masih setia menunggu, memberikan vote dan komentarnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top