MARRIAGE
Tubuh sintalnya terbalut kebaya putih modern, rambutnya disanggul rapi dan wajahnya berlapis make up yang sesuai. Cantik! Prilly, saat ini dia sedang memandangi bayangan dirinya di depan cermin kamarnya. Rasa risau dan gugup menyelimutinya sedari beberapa hari lalu, namun hari ini rasa itu semakin besar.
"Ya ampun Prilly lo cantik banget," puji Mila ketika masuk ke kamar Prilly, bersama dua sahabatnya, Gritte dan Gina.
"Cie ... cie, yang akan menyandang Ny. Ali," goda Gritte membuat pipi Prilly merona.
"Hidihh, pipinya merah kaya tomat begitu, Neng?" tambah Gina mencolek pipinya, membuat mereka semua tertawa.
Iya! Hari ini adalah hari sakral untuk Ali dan Prilly. Karena hari ini Ali akan mengucap ijab kabul di depan penghulu, saksi dan keluarga besar tak lupa para undangan. Rizal sendirilah yang akan menikahkan putrinya. Mereka akan melaksanakan ijab kabul di Masjid Raya Batam.
"Ayo Prilly! Kita berangkat ke Masjid Raya sekarang. Keluarga Syarif sudah menunggu di sana," ajak Uly saat masuk ke kamar Prilly. Gritte, Gina dan Mila membantu Prilly berjalan.
"Huuuuffss ... guys gue nervos banget nih ...," kata Prilly mengibas-ngibaskan kedua tangannya, saat menuruni anak tangga.
"Tenang sayang. Mama dulu juga merasakan begitu," ucap Ully berjalan di belakang mereka.
Mereka pun berjalan menuju mobil yang sudah siap di depan rumah. Raja dan Rizal menunggu di samping mobil. Dua mobil berjejer depan dan belakang. Prilly, Rizal, Uly dan Raja satu mobil, Raja yang mengemudikannya.
Sedangkan Gina, Mila dan Gritte berada di belakang mobil Raja, yang mengemudi Gina.
Setelah 30 menit perjalanan dari rumah Prilly ke Masjid Raya Batam, kini mereka sudah sampai di halaman Masjid Raya. Terlihat keluarga Syarif sudah menunggunya dan para tamu undangan sudah memenuhi tempat itu. Prilly turun dari mobil dibantu para sahabatnya, mereka selalu mendampingi Prilly. Debaran jantungnya semakin kencang saat melihat punggung Ali, dia sudah duduk di tempat ijab kabul. Seluruh keluarga dan sahabat-sahabat duduk mengelilinginya.
Saat sudah memasuki tempat ijab kabul, Prilly didudukan di samping Ali, mereka saat ini sudah bersama menghadap Rizal, seorang penghulu dan dua orang saksi. Debaran jantung mereka sama-sama berjalan abnormal, tegang dan Ali pun wajahnya basah, keringat dingin.
"Saudara Ali apakah Anda sudah siap?" tanya penghulu.
"Insya Allah, sudah Pak!" jawab Ali mantap.
"Silakan jabat tangan Bapak Rizal. Ikuti kata-kata beliau," perintah penghulu.
Ali merasa gugup, tangannya gemetar dan dingin. Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya. Rasa nervos tak dapat ia ingkari. Rizal mengulurkan tangannya, Ali menghela napas dalam dan menjabat tangan Rizal. Suasana di aula masjid itu tenang dan hikmat.
"BISMILLAAHIRROHMAANIRROOHIIM, ASTAGH FIRULLOOHAL’ADZIIM, ASTAGH FIRULLOOHAL’ADZIIM, ASTAGH FIRULLOOHAL’ADZIIM. ASY HADU ALLAA ILAAHA ILLALLOOH,
WA ASYHADU ANNA MUHAMMADARROSUULULLOOH. ANANDA ALI ADINTARA SYARIF BIN SYARIF SAYA NIKAHKAN DAN SAYA KAWINKAN ANAK SAYA YANG BERNAMA PRILLY PUTRI AGHATA WIJAYA KEPADA ENGKAU. DENGAN MASKAWINNYA BERUPA SEPERANGKAT ALAT SALAT DAN UANG SENILAI DUA PULUH JUTA, TUNAI."
"SAYA TERIMA NIKAHNYA DAN KAWINNYA PRILLY PUTRI AGHATA WIJAYA BINTI RIZAL WIJAYA DENGAN MASKAWINNYA YANG TERSEBUT, TUNAI."
Dengan sekali tarikan napas Ali telah lancar mengucap ijab kabul. Kini resmilah Prilly menjadi istri Ali. Semua berbahagia menyambut pengantin baru itu. Doa pun dipimpin oleh penghulu.
***
Setelah acara ijab kabul selesai, mereka semua menuju ke pelabuhan Batam Center Sekupang untuk melaksanakan resepsi yang akan diadakan di tengah laut. Ini semua adalah rancangan sesuai keinginan Prilly, kapal feri yang biasanya digunakan untuk menyeberangkan orang dan kendaraannya, disulap menjadi kapal khusu untuk pesta pernikahan. Berbagai hiasan bunga, lampu kerlap-kerlip dan umbul-umbul berkibar terhempas oleh angin liar.
Saat semua sudah tiba di pelabuhan, Kevin, Riky, Arif dan para ABK yang lain sudah siap menyambut kedatanngan mereka. Para tamu undangan akan dimanjakan dulu dengan mengikuti pelayaran mengitari lautan di sekitar Batam dan sore harinya akan lets go jangkar di pulau Nipah, untuk mengadakan acara resepsi. Kapal disulap menjadi tempat resepsi sedemikian rupa yang langka orang awam dapat melaksanakannya di atas kapal seperti ini. Semua tamu sudah menyebar di beberapa tempat, Prilly melihat Raja telah berganti pakaiannya dengan seragam kebanggaannya.
"Wuiiihhh, cakep juga Adek gue ini? Selamat bertugas Kapten Raja," puji Prilly memberi hormat kepada Raja dengan tangan diangkat dan ditempelkan ke pelipisnya.
"Makasih, Kak," ucapnya tersenyum manis kepala Prilly. "Aku ke sana dulu ya? Mau ke anjungan," pamit Raja sudah siap bertugas.
"Baiklah, hati-hati," pesan Prilly menepuk-nepuk bahu Raja.
Raja pun melewati beberapa tamu yang berdiri di ruang tengah. Semua mata tertuju kepadanya. Pasalnya setelah Prilly resign dari pekerjaannya sebagai pelaut, Raja lah yang akan menggantikannya berjuang menjadi pelaut yang sukses, membangun dan dia juga akan mengembangkan perusahaan Rizal. Karena Raja telah menyelesaikan akademinya di PIP Semarang dengan ijazah ANT II.
Berlayar kali ini adalah pelayaran perdana untuk Raja setelah lulus. Baru 2 bulan yang lalu Raja resmi dinyatakan lulus dari sekolah tinggi pelayaran itu. Namun bukan hal baru lagi jika Raja memimpin di kapal. Karena saat Raja masih mengikuti pendidikan, ia juga memegang salah satu kapal penyeberangan milik keluarganya. Perjalanan yang tak memakan banyak waktu, dan Raja pun masih dapat membagi waktu, untuk menyelesaikan pendidikannya dengan baik. Rizal dan Uly melihat anak-anaknya yang mengikuti jejak papanya merasa sangat bangga.
"Selamat datang Kapten Raja di KMP. Queen Aghata," ucap Kevin menyapa Raja, saat dia ingin naik ke tangga menuju ke anjungan.
Saat ini Kevin dan teman-teman Prilly saat di tugboat dulu, kini menjadi patner kerja Raja di kapal feri itu. Meski usianya lebih muda, namun Raja tetaplah orang yang berkuasa di kapal itu, karena dia adalah seorang nahkoda yang bertanggung jawab segala sesuatu di atas kapal itu.
"Terima kasih Chief. Semoga kita dapat menjadi patner yang baik dan dapat mengarungi lautan dengan selamat. Bass Arif semoga kita dapat bekerja sama dengan baik," ujar Raja kepada Kevin dan Arif. Mereka saling berjabatan tangan.
Arif kali ini, jabatannya tetap sama dengan posisinya di kapal tugboat dulu, yaitu sebagai KKM (Kepala Kamar Mesin).
"Siap Kapten Raja!" jawab Arif tegas.
"Baiklah Kap, Bass, Chief, sebaiknya kita naik ke anjungan. 10 menit lagi kapal siap untuk berlayar," sela Riky memotong obrolan tiga perwira itu.
"Baiklah, mari kita pecahkan perairan Batam dengan Queen ini," kata Raja menepuk lengan Arif dan Kevin.
Akhirnya mereka pun berjalan menuju keanjungan kapal untuk melaksanakan tugas mereka masing-masing.
***
Menunggu acara resepsi yang akan diadakan nanti sore, Ali dan Prilly memilih menunggu di kamar khusus yang sudah disiapkan di atas kapal untuk mereka.
"Sayang, kamu ganti baju dulu gih! Aku melihat kamu pakai kebaya begitu sepertinya tidak nyaman," titah Ali saat mereka duduk di tepi ranjang.
"Iya nih, Honey. Bentar ya aku ganti dulu." Prilly berjalan mengambil piyama di dalam tas yang sudah ia siapkan, dan menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu.
Tiga puluh menit di dalam kamar mandi, akhirnya Prilly keluar, terlihat lebih segar dan telah mengenakan piyamanya yang lebih nyaman. Ali terlihat sudah berbaring di ranjang dengan mata tertutup, hanya mengenakan boxer dah kaus t-street putih. Prilly mendekat dan menyusul Ali berbaring di sampingnya. Rasa lelah dan kantuk ia rasakan. Sebelum nanti sore ia harus bersiap-siap lagi dengan acara resepsi yang mungkin akan semakin membuat mereka kelelahan.
"Sayang, kamu sudah tidur ya?" tanya
Ali memeringkan tubuhnya menghadap Prilly.
"Ada apa Honey?" Prilly membuka matanya dan memiringkan tubuhnya menghadap Ali.
Kini mereka saling berhadapan. Ali mendekatkan tubuhnya dan memeluk Prilly. Goyangan kapal yang sedang berlayar, seperti sedang diayun-ayunkan dalam gendongan. Rasa kantuk semakin berat, Prilly pun menyelusupkan kepalanya di dada bidang Ali, mencari posisi ternyamannya. Akhirnya mereka pun terlelap bersama.
***
J
am menunjukan pukul 15.00, saat ini kapal sudah berlabuh jangkar di pulau Nipah. Pulau Nipah adalah pulau paling luar di sebelah utara pulau Batam yang berbatasan langsung dengan negeri Singapore di selat Malaka dan Singapore Straits ini. Saat ini sudah diizinkan oleh dinas perhubungan pusat, untuk dijadikan daerah STS atau Ship to Ship Transfer khususnya untuk kapal bertonase besar seperti VLCC (Very Large
Cargo Carrier).
Dari pulau ini, terlihat pemandangan dua negara yang berbeda. Indonesia dan Singapore. Saat Prilly masih terlelap di pelukan Ali, tiba-tiba ketukan pintu kamar terdengar. Prilly yang sayup-sayup mendengar pun, langsung membuka matanya. Dengan perlahan ia keluar dari dekapan Ali yang masih terlelap. Prilly membuka pintu dan ia melihat Uly serta dua wanita di belakangnya.
"Maaf Sayang, Mama mengganggu. Ini waktunya kamu di-make up karena acara akan dimulai jam 5 sore. Jadi kamu harus siap-siap ya? Ali di mana Sayang?" tanya Uly yang masih berdiri di depan pintu kamar.
"Masih tidur Ma, kecapean mungkin Ma. Ya sudah ayo Ma, masuk!" ajak Prilly dan mempersilakan Uly dan dua orang tadi masuk ke dalam kamarnya.
Kamar ini adalah kamar Prilly dulu saat masih menjadi nahkoda di kapal feri ini. Terlihat luas dan lengkap dengan fasilitas AC, satu set sofa, kulkas mini, lemari 2 pintu, televisi, meja kerja, ranjang yang cukup besar dan meja rias. Prilly duduk di kursi rias dan para perias mulai menjalankan aksinya. Uly kembali keluar menemui para tamu undangan di kapal itu.
Kurang lebih satu jam, wajah Prilly di poles dengan make up yang natural namun tak menghilangkan kecantikannya. Prilly membangunkan Ali.
"Honey, bangun. Kamu juga harus siap-siap," ujar Prilly dengan nada yang halus dan tangan mengelus pipi Ali.
Ali mulai mengeliat dan mengejapkan mata. Menyesuaikan pandangannya.
"Sudah cantik aja sih bidadari aku ini," puji Ali langsung menyapa Prilly saat pandangannya sudah terlihat jelas dengan suara paruh khas orang bangun tidur dan mencium singkat bibir Prilly.
"Ih Honey ... ayo bangun! Nggak malu apa dilihat orang." Prilly menyadarkan suaminya, jika saat ini ada orang lain di kamar mereka.
Prilly melirik ke arah meja rias, dua perias tadi melihat hanya tersenyum dan menunduk. Ali yang baru menyadari hanya menyengir kuda ke arah Prilly. Ia mencium cepat bibir Prilly dan beranjak dari ranjang berlari ke kamar mandi.
Sekian menit berlalu, Ali keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan boxer dan t-street-nya. Ia terkejut dan kagum saat melihat Prilly telah siap dengan gaun pengantin Mini-Mudi. Gaun putih bersih panjang gaun yang terlihat di atas lutut, tanpa lengan, bawahannya mengembang, bagian bawah memerlihatkan kaki jenjang dan mulusnya, terlihat manis dan simpel namun tetap elegan dan anggun. Dengan high heels 10 cm, rambut yang di gulung ke atas rapi, dengan jepitan yang cantik. Ali menghampiri istrinya yang tak berkedip sedikitpun.
"Honey, itu jas dan pakaian kamu sudah disiapkan di atas ranjang, kamu buruan ganti. Sebentar lagi acara di mulai," kata Prilly sambil menunjuk pakaian pengantin milik Ali.
Ali tidak menggubres omongan Prilly. Ia berdiri di depan Prilly dengan wajah mengaguminya. Mata tak lepas dari Prilly, hingga mulutnya menganga.
"Masyaallah ... Subhanallah ... bidadari dari kayangan mana ini?" puji Ali membuat pipi Prilly blushing.
"Ahhhh ... Honey, jangan bikin aku malu." Prilly menutup wajahnya dengan kedua tangan, terlihat menggemaskan bagi Ali.
"Kenapa harus malu sih? Aku kan suami kamu." Ali ingin memeluk Prilly, namun tubuhnya dia tahan.
"Segera pakailah baju dan jas kamu. Sebentar lagi acara dimulai," kilah Prilly agar Ali tak selalu menggodanya.
"Ya," jawab Ali singkat lantas mendekati pakaiannya dan mulai mengenakannya.
***
Suasana di atas geladak paling atas, sudah terlihat ramai oleh keluarga besar dan sahabat-sahabat pengantin baru itu. Suasana sore hari yang menyuguhkan pemandangan indah. Terlihat sunset sangat jelas dari top deck itu. Matahari yang mulai terlihat kembali ke peraduannya, seakan lautan yang menelan matahari itu. Garis cakrawala, terlihat jelas, matahari semakin turun bersembunyi di balik garis cakrawala di sana yang membentang luas. Warna orange terpantul diperairan. Langin senja mulai gelap.
Gemerlap lampu terlihat memenuhi kapal itu. Para tamu undangan pun terlihat memenuhi seisi cardeck hingga di seluruh bagian kapal ini. Namun, mereka lebih banyak yang berkumpul bersama di top deck menyaksikan fenomena alam yang sangat cantik itu.
Semua orang yang hadir menunjukkan kegembiraannya.
Bagaimana tidak? Pasalnya saat ini mereka sedang berada dalam suatu acara resepsi pernikahan yang sangat meriah. Tak cukup sepatah dua patah kata yang terlontar dari mulut mereka untuk menggambarkan kebahagiaan yang dirasakan.
Begitu berartinya hari ini bagi sepasang pengantin baru
yang sedang melakukan pesta resepsi pernikahan mereka. Tak sedetik pun senyum yang menghiasi wajah
keduanya luntur. Berbagai ucapan selamat hingga doa dan harapan terucap dari setiap tamu undangan.
Banyaknya undangan yang datang termasuk teman serta sahabat membuat kedua insan tersebut semakin merasa gembira.
Musik terdengar menggema di seluruh penjuru kapal. Sebagian tamu ada yang sedang menikmati makanan yang disajikan, ada pula yang mengobrol dengan kerabat dan kawan lama yang kebetulan juga berada di situ. Hari sudah semakin larut, para tamu undangan semakin menikmati hiburan yang diadakan di atas kapal itu.
########
Nggak pengen seperti mereka? Mengadakan resepsi di atas kapal. Para tamu undangan di ajak berlayar. Wuiiiih, aku kalau jadi tamunya nggak mau pulang. Hahahahaha
Baiklah, terima kasih ya, atas vote dan komentarnya. Hihihihi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top