MAKING LOVE

Sebelum membaca, aku mau memberi tahu kepada kalian. Kalau Korex_mora, sekarang sudah punya OA. Cek di profil aku ya? Mari, bergabung bersama OA (LINE OFFICIAL) Korek_mora.

******

Sore itu Prilly dan Ali sudah sampai di bandara Blimbingsari, Banyuwangi. Ali telah menyiapkan mobil yang akan mereka gunakan untuk transportasi saat bepergian honeymoon. Ali memang sudah benar-benar memperhitungkan dan menyiapkan semuanya dengan baik. Saat Ali keluar dari bandara, ia disambut oleh seorang lelaki dengan pakaian berjas rapi, busana kantoran yang necis.

"Selamat sore, Bos," sapa lelaki itu yang bernama Cakra, saat Ali dan Prilly sudah berada di samping mobil Rush hitam.

Dia adalah salah satu pegawai Ali yang dipekerjakan di Paiton. Jarak Paiton dengan Banyuwangi hanyalah menempuh waktu 2 jam.

"Sore," jawab Ali singkat, namun tegas dan terlihat berwibawa.

Pembawaan Ali saat bersama karyawan-karyawannya memang begitu adanya. Dingin dan tegas. Cakra membawakan koper Ali, dia masukan ke dalam bagasi mobil Rush hitam yang akan digunakan Ali.

"Saya permisi dulu, Bos. Semua yang Anda butuhkan ada di sini, sudah saya urus. Selamat atas pernikahannya," ucap Cakra menyalami Ali sedikit membungkukkan tubuhnya tanda penghormatan.

"Terima kasih," ucap Ali stay cool.

Cakra langsung berlalu pergi dari hadapan Ali dan Prilly. Ali hanya menjawab denga anggukan, saat Cakra berpamitan. Ali membukakan pintu mobil untuk Prilly. Setelah Prilly masuk, dia mengitari depan mobil dan duduk di kursi kemudi. Mobil Rush hitam itupun keluar dari area bandara Blimbingsari.

"Honey?" panggil Prilly dengan nada manjanya.

"Hemmm, ada apa Sayang?" jawab Ali menoleh Prilly sekilas dan kembali fokus memandang jalanan kota Banyuwangi yang mulai gelap.

Lampu-lampu kota mulai gemerlap, kendaraan-kendaraan juga sudah berangsur sepi, karena sebentar lagi hari akan petang.

"Laperrrrr...," rengekan Prilly dengan wajah memelas dan bibir mengerucut, membuat Ali terkekeh.

"Istri aku laper ya? Ya sudah, kita cari makan dulu ya sebelum ke hotel?"

Prilly yang mendengar jawaban Ali begitu, langsung tersenyum sumringah dan mencium singkat pipi kiri Ali. Dia tersenyum bahagia, karena perutnya yang sudah keroncongan sedari tadi, bakalan terisi.

Ali memarkirkan mobilnya di pinggir jalan taman kota. Suasan yang ramai dengan pemandangan malam kota Banyuwangi yang indah. Lampu taman yang tak begitu terang, permainan anak-anak disekitar taman dan beberapa food court yang berjejer di sudut taman, menjajakan berbagai macam kuliner. Tak ada kursi dan meja di sana. Semua food court  hanya tersedia tikar dan meja-meja kecil serta rendah yang berjejer di setiap depan food coutr. Taman kota Sritanjung! Taman yang setiap hari ramai dikunjungi dan tidak pernah sepi. Ali dan Prilly memilih salah satu lesehan food court di taman itu.

"Mau makan apa, Sayang?" tanya Ali saat mereka duduk di depan salah satu food court yang menjajakan olahan mi dan nasi goreng.

"Aku mau makan nasi goreng ayam sajalah, Honey. Minumnya jus alpokat ya?" jawab Prilly tampak lesu dan lelah.

Ali berdiri memesankan pesanan Prilly beserta pesanannya juga. Setelah memesan, dia kembali menghampiri Prilly yang duduk bersandar di pohon palem besar. Sembari menunggu pesanan datang, Ali merebahkan tubuhnya di paha Prilly, sebagai bantalannya. Suasana di tempat itu memang ramai, berbagai aktivitas dilakukan di sana. Ada anak muda yang hanya tongkrong, keluarga yang sengaja makan malam bersama, anak-anak yang bermain kereta-keretaan, mobil-mobilan, sepeda gowes, odong-odong dan lain-lain.

"Tempatnya enak ya, Sayang?" tanya Ali sambil memejamkan matanya, menikmati angin liar yang berhembus menerpa tubuhnya.

"Iya, Honey. Nyaman!" jawab Prilly sambil mengelus lembur rambut Ali.

Saat mereka sedang mengobrol, pesanan mereka pun akhirnya datang. Mereka pun langsung menyantap nasi goreng serta jusnya. Tidak perlu waktu lama, mereka telah menghabiskan makanannya. Mereka kembali mengobrol dan bercanda sesekali tertawa lepas. Tidak terasa malam mulai larut. Ali melirik jam tangannya menunjukan pukul 21.00 WIB.

"Sudah yuk Sayang, kita ke hotel. Besok masih banyak tempat yang harus kita kunjungi. Kamu pasti sudah capek juga kan?" Ali berdiri sambil mengulurkan tangannya pada Prilly.

"Ayo!" Prilly menyambut uluran tangan Ali, dibantunya Prilly untuk berdiri.

Sebelum mereka kembali ke mobil, Ali membayar makanannya terlebih dulu.

Rush hitam mulai meninggalkan taman kota Sritanjung. Empat roda Rush kembali melanjutkan perjalanan menuju ke hotel.

Hotel ketapang indah adalah tempat yang memiliki view langsung ke penyebrangan Ketapang-Gilimanuk. Lokasi yang sangat dekat dengan pelabuhan penyebrangan Banyuwangi-Bali itu, menyajikan pemandangan taman dan laut yang indah. Terlihat jelas dari setiap kamar yang ditempati pengunjung, dapat melihat pulau Bali yang berada di seberang. Lautan yang biru, bukit-bukit hijau berjejer, pergerakan kapal feri dari Bali ke Banyuwangi PP. Ali memilih hotel itu agar perjalanannya ke pulau Bali lebih dekat. Dan pemandangannya juga yang sangat indah.

"Honey, mandi gih! Biar badannya seger, nggak kusut begitu!" titah Prilly setelah ia keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono sambil mengeringkan rambut basahnya menggunakan handuk kecil.

"Iya Sayang," jawab Ali saat ia masih sibuk memasukan beberapa pakaian ke dalam lemari.

Ali menghampiri Prilly yang masih sibuk mengeringkan rambutnya. Ia dekap istrinya dan mencium singkat bibir tipisnya. Ali segera berjalan masuk ke kamar mandi. Prilly hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum bahagia.

Tiga puluh menit berlalu. Ali keluar dari kamar mandi hanya mengenakan boxer saja. Dia biarkan dada kekarnya telanjang begitu saja, Ali tak mendapati istrinya di dalam kamar. Ia mencari-cari istrinya.

"Sayang, kamu di mana?" teriak Ali sambil menoleh ke kanan dan kiri.

Prilly Pov

Setelah Ali masuk ke dalam kamar mandi, aku mengganti handuk kimonoku dengan gown-night tipis kado pernikahan dari Kaiya. Aku berjalan ke arah balkon, kamar hotel ini. Sambil menunggu Ali mandi, aku kunikmati pemandangan indah malam ini di luar, bersandar di besi pembatas. Kulihat taman indah hotel ini, menyambung ke panti dengan pohon kelapa yang banyak. Kulihat kelapkelip lampu-lampu yang seperti berjalan di atas air laut. Kupandangi kapal-kapal feri yang melintasi perairan Bali untuk menyeberangkan penumpang dan kendaraannya ke Banyuwangi.

Kupejamkan mata, kurasakan angin sepoy-sepoy menerpa tubuhku. Saat aku sedang menikmati udara dingin malam ini, aku merasa tangan kekar melingkar di perutku. Kurasakan hangatnya tubuhku saat menyentuh kulit di belakangku. Aku rasakan saat ini, ada bibir menciumi tengkukku karena rambutku yang kujepit ke atas. Ia menggeser, mencium belakang telingaku. Kurasakan sesuatu menjalar diseluruh tubuhku.

"Aaahhh..., Honey," desahan lolos begitu saja dari bibirku saat Ali mengecup-ngecup bahu polosku mesra.

"Iya Sayang, sudah larut malam, kenapa masih di sini? Angin malam tidak sehat." Aku dengar suara sumiku lembut dan seksi tepat di telingaku, membuat bulu romaku berdiri.

Ali membalikan badanku, tangannya masih melingkar di pinggangku.
Aku mainkan jari telunjukku di dadanya. Aku rasa, dia merasa geli karena aku menyentuh putingnya yang tegang. Ali tersenyum manis padaku. Inilah, senyum yang membuat para wanita menggilainya. Senyuman maut yang sungguh menawan. Aku ingin senyuman itu hanya untukku saja. Memang terdengar egois, tapi aku tak rela bila wanita-wanita di luar sana terpesona dengan senyumannya itu. Cukup mereka menikmati wajah tampan suamiku saja!

"Sayang, apa aku boleh meminta hakku malam ini?" aku hentikan permainan jemariku di dadanya. Kutatap wajah tampannya.
Susah payah aku menelan salivaku. Ini memang tujuan kita honeymoon.

"Ya sudah kita masuk. Sudah malam kita istirahat saja. Besok aku ajak kamu jalan-jalan," ujar Ali dingin, membuatku terkejut.

Aku tersadar dari lamunanku, saat Ali sudah melepaskan tangannya dari pinggangku. Dia membalikan badannya, mulai melangkah masuk ke dalam kamar. Aku melihat wajahnya berubah lesu, tidak seperti tadi. Apa aku salah?

Wajar saja dia meminta haknya. Sejak kita sudah sah menjadi suami istri beberapa hari yang lalu, sampai hari ini, aku masih perawan! ini sudah waktunya! Huf, hah... huf, hah... aku tarik napas dari hidung dan aku keluarkan dari mulut, perlahan dan berulang-ulang. Agar menghilangkan rasa nervos-ku.

"Ayo Prilly ini salah satu tugas istri, jadilah milik Ali seutuhnya." Aku semangati diriku sendiri sebelum masuk ke dalam kamar menyusul Ali.

Aku masuk ke dalam kamar, dan kututup pintunya perlahan. Aku melihat Ali tidur tengkurap di atas ranjang, hanya mengenakan boxer saja.

'Ayo Prilly kamu pasti bisa! Puaskan suamimu! Tenang, Tenang!' Aku berbicara pada diriku sendiri sebelum mendekati suamiku.

Debaran jantungku berjalan abnormal, aku naik ke ranjang super besar ini. Aku berbaring di sebelah suamiku. Ya Allah jantungku terasa habis lari maraton. Aku melirik wajah suamiku dengan ekor mataku, matanya tertutup. Entahlah, dia sudah benar-benar tertidur, atau hanya pura-pura memejamkan mata?

Aku kumpulkan keberanianku untuk memulainya. Aku raba wajahnya dari kening, turun ke alis tebalnya, terus lanjut ke bulu matanya yang lentik, hidung mancungnya, bibir tipis nan merah. Aaaarrrgggghhh..., bibirnya menggoda imanku. Jariku bermain-main di bibirnya, aku menggigit-gigit bibir bawahku, karena menahan gejolak yang sudah mulai hadir dalam tubuhku.

Aku kaget saat bibirnya bergerak mencium jemariku. Ali mulai mencium tanganku tanpa dia membuka mata. Semakin naik ciuman itu ke lengan tanganku. Dengan sangat cepat, sekarang dia sudah berada di atasku, kedua tangannya, sebagai tumpuannya.

"Jangan menggodaku Sayang, kalau kamu belum siap. Itu akan menyiksa juniorku," katanya dengan mata sayu.

Aku rasakan ada yang mengganjal di pahaku. Oh my God, apakah juniornya terbangun? Kukalungkan tanganku di lehernya.

"Maaf Honey. Aku tidak bermaksud menunda-nunda hak kamu. Malam ini, aku serahkan kehormatan yang sudah kujaga selama ini untuk suamiku. Itu artinya hanya untuk kamu." Aku menjawil hidung macungnya, mengerling genit menggodanya.

Dia menyeringai mesum, wajahnya sudan mupeng, alias mulai pengen.

"Are you sure?" Ali tersenyum penuh kemenangan, a ku jawab dengan anggukan. "Are you ready, Sayang?"

"Yes i'm ready, Honey!" jawabku mantap.

Tak banyak babibubebo lagi, Ia memulai aksinya menyerang bibirku. Dia mengecup-ngecup bibirku atas dan bawah bergantian, dia isap, dia pagut berulang-ulang. Lidahnya berjalan-jalan di rongga mulutku. Aku imbangi ciuman panasnya. Ohhhh..., sensasi yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Tubuhku terasa melayang. Dia menurunkan ciumannya ke leherku. Dia isap dan menggigit kecil. Aku yakin leherku sudah banyak cap merahnya. Ali menjilati telingaku, rasanya aliran listrik di dalam tubuhku siap menyengat.

"Aaaahhhh..., sssss..., Ho...honey ...." Aku cengkeram rambut belakangnya. Mulutku tak dapat kurem lagi. Keluar begitu saja desahan, erangan, rintihan dan lenguhan.

Ciumannya turun kebagian dadaku. Tangan Ali yang sedari tadi meraba setiap inci tubuhku, kini beralih pada payudaraku. Memang saat ini, aku tidak memakai bra. Kebiasaanku saat tidur dari dulu. Ia menainkan dua tonjolan coklat brest-ku. Ia usap perlahan dengan telapak tangannya, ia plintir-plintir perlahan yang masih terbatas gown-night, menutupi tubuhku.

Ali Pov

Selama tanganku bermain di atas payudaranya dan tonjolan coklatnya, bibirku tetap memberikan kissmark di seluruh bagian dadanya. Aku perlahan membuka gown-night yang menutupi kemolekan tubuhnya. Kini kulihat indahnya tubuh istriku. Kulit putih nan mulusnya. Membuat gairah di dalam tubuhku semakin meninggi. Kulahap tonjolan breast-nya bergantian, kanan dan kiri.

Badan mungilnya mulai menggelinjang dan bibirnya mendesah-desah membuat nafsuku semakin tinggi. Dia menekan tengkukku agar aku tetap mengeksplorasi bagian dadanya. Kudengar desahan dan panggilan namaku dari bibirnya. Suara yang merdu bagiku. Tanganku tak tinggal diam, aku arahkan tangan kananku kebagian sensitifnya yang masih tertutup handerwer hitam. Kuelus sembari kutekan perlahan. Tubuhnya semakin menggelinjang tak beraturan.

"Honey ... ahhhh... sss... ahhhh!"

"Kenapa, Sayang? Enak? Nikmat?" bisikku sambil menggodanya. Aku bertanya pada istriku, dengan suara seksiku.

Dia hanya mengangguk dengan mata sayunya. Prilly terlihat semakin seksi dengan peluh yang membasahi wajahnya. Ohhhh..., bidadariku, aku ingin selalu meminta jatahku setiap malam!

Kualihkan badanku yang sedari tadi di sampingnya, untuk berada di depannya, di sela-sela paha mulusnya. kubuka boxer dan handerwer-nya. Saat dia melihat juniorku yang sudah keras menantang, matanya terbuka lebar, mulutnya menganga, sepertinya dia kaget, baru pertama kalinya dia benar-benar melihat juniorku yang siap tempur ini.

"Haduuuh..., Sayang, wajahmu membuatku tidak bisa menahannya lagi," pekikku sudah tak tahan ingin memasukinya.

Kuarahkan juniorku, ke depan bagian sensitifnya. Kumainkan dulu, dengan menggesekan di liang kewanitaannya, agar basah miliknya. Jadi mungkin nanti bisa mengurangi rasa sakitnya, saat kumasuki.

"Maaf Sayang, ini akan sakit awalnya. Tapi setelah kamu rasakan sensasinya kamu akan memintanya lagi," ujarku masih menggesek-gesekkan milikku di kewanitaannya.

Lendir rangsangannya sudah mulai banjir, ini nanti yang akan menjadi pelumas alami, untuk kami menyatukan tubuh.

"Honey, tunggu apa lagi? Ayo, masukkan sekarang!!!" pinta istriku mendesah-desah sambil tubuhnya menggelinjang. Sepertinya dia sudah tidak sabar.

"Yakin, Sayang? Ini akan sakit lohhh...? Tapi, setelah juniorku masuk, pasti akan enak. Kamu siap?"
tanyaku dengan wajah menggoda dan mata menyeringai.

"Aaaahh..., Honey!!! Kamu sudah terlalu lama foreplay-nya. Rasanya yang ada di dalam tubuhku ingin segera kuledakan!!!" ucapnya kudengar mulai frustrasi.

"Oke, baiklah Sayang. Kamu tahan ya?" Aku lihat dia mengangguk dan pasrah.

Baiklah selamat datang juniorku, ke dalam tempat ternikmatmu.
Kumulai memasukannya, terasa sulit dan sempit, susah payah kumemasukannya. Saat aku rasa juniorku sudah setengah di dalamnya, aku tatap mata sayu istriku.

"Maafkan aku, Sayang," ucapku sebelum menerobos penuh.

Kutekan pantatku hingga seluruhnya masuk, dan aku mendengar jeritan istriku sambil kedua tangannya meremas punggungku.

"Aaaaah..., Honey...!!!!" Napasnya tersengal-sengal, memeluk tubuhku.

Langsung, aku cium bibirnya. Kulumat dan aku beri ketenangan padanya, sebelum kulanjutkan gerakanku. Aku rasakan sesuatu yang hangat mengaliri juniorku, dan aku jua merasakan perih pada punggungku. Mungkin tidak kusadari, tadi kuku istriku melukai punggungku, saat aku terpaksa memasukinya.

Dengan peluh yang sudah membasahi tubuhku, baru aku merasa perih. Aku yakin, sesuatu yang mengaliri juniorku adalah darah perawan istriku, aku berhasil merobek selaput perawannya. Ooooh..., sungguh malam ini saja aku menyakitinya. Aku tidak tega melihat istriku yang sudah mengeluarkan air mata dari sudut matanya. Kudapat melihatnya, walau penerangan dalam kamar ini remang-remang. Karena aku hanya menyalakan lampu tidur saja.

"Sayang, kamu sudah lebih baik?" tanyaku memastikan keadaannya.

"Iya, Honey. Aku tidak apa-apa. Lanjutkan tugasmu, Honey," jawabnya dengan suara masih parau.

Aku perlahan mulai memaju mundurkan pantatku, semakin lama semakin kupercepat ritmenya. Kumencium bibir istriku agar erangan dan desahan kita tetap terkontrol.

Kami sama-sama saling mencari kepuasaan malam ini. Prilly mengimbangi permainanku, dia sudah cukup bisa mengerti cara bermainnya. Sampai pada akhirnya, aku merasa akan mencapai klimaks.

"Sayang, aku sudah mau sampe. Ayo kita barenga!" ajakku masih terus menggerakkan pinggangku maju mundur. Napasku sudah terputus-putus dan keringat kami pun sudah bercampur menjadi satu.

"Iya Honey, aku juga sudah mau sampai," jawabnya dengan napas tersengal-sengal.

Aku lebih percepat lagi, goyanganku. Beberapa detik kemudian kutumpahkan semua benihku ke dalam rahimnya.

"Aaarrrggghhh...!!!!" lenguhan kami bersama, memenuhi kamar ini.

Olahraga malam yang melelahkan dan yang pasti, ternikmat! Aku jatuhkan badanku di dada istriku. Kurasakan napas kita berdua masih memburu. Dada istriku naik turun, jantungnya berdetak tak beraturan. Juniorku masih nenancap dan kurasa dia mulai melemas di dalam sana. Kubiarkan saja dulu hingga tenagaku kembali pulih.

Beberapa menit kemudian kudongakan wajahku untuk melihat istriku. Karena kurasakan napasnya sudah teratur, aku cabut juniorku dari tubuh istriku, lalu aku jatuhkan tubuhku di sampingnya. Kutarik bed cover untuk menutupi badan polos kami. Aku berbisik di telinga wanitaku ini.

"Trima kasih Sayang, kamu menjalankan tugasmu malam ini dengan baik. I love you my wife."

Aku lihat senyuman di bibir istriku, walaupun matanya terpejam. Wajahnya terlihat lelah. Aku cium keningnya dan kudekap tubuhnya, memberi kenyamanan untuknya. Aku segera menyusul istriku ke dunia mimpi.

"Good night, Banyuwangi. Saksi bisu yang melihat penyatuan cintaku dan istriku di malam yang indah ini!"

##########

Hujan-hujan revisi part ini...
Aaaaaaaaaaaaaa!!!!!
Mana suamiku....????
Hahahahaha
Tengah malam, hampir Subuh, duuuuh..., bikin jantung ser-seran.

Terima kasih untuk Vote dan komennya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top