KAPTEN PRILLY
Tujuh tahun kemudian
PT. Trans Wijaya Samudra, adalah perusahaan pelayaran milik Reza. Tak hanya menyewakan kapal besar sebagai pengangkut barang, perusahaan ini juga memiliki beberapa kapal penyeberangan atau sering disebut kapal ferry. Tidak hanya itu, saat ini perusahaan itu merupakan salah satu perusahaan pelayaran Nasional yang ada di Indonesia, bergerak dalam bidang keagenan bongkar (unloading) dan muat (loading) batubara. Aktivitas yang dilakukan oleh PT. Trans Wijaya Samudra salah satunya adalah memberikan pelayanan terhadap bongkar muat batubara dengan menggunakan Tugboat (kapal tunda) dan Tongkang (Barge). Menyewakan kapal-kapal mereka untuk berbagai macam kebutuhan transportasi laut.
Tongkang (Barge) adalah sarana angkutan laut yang hanya bisa bergerak dan berlayar di laut dan sungai, jika ditunda atau ditarik oleh kapal tunda (tugboat), memiliki lambung yang datar seperti kotak besar yang mengapung, digunakan untuk mengangkut barang bahkan alat berat, salah satunya batubara. Sedangkan Tugboat (kapal tunda) adalah kapal yang dapat digunakan untuk melakukan menuver atau pergerakan utamanya menarik atau mendorong kapal lainnya di pelabuhan, laut lepas atau melalui sungai bahkan terusan. Kapal tunda digunakan untuk menarik tongkang, kapal rusak, kapal pandu, dan menarik peralatan lainnya, ibarat jika di darat sebagai kendaraan pandu atau derek.
Semoga bisa membayangkan kapalnya ya? Sudah aku kasih keterangan.
Seorang wanita berdiri tegak di anjungan, tangannya memegangi secangkir kopi. Matanya fokus menatap luasnya hamparan air laut yang biru, langit bersih dan cerah. Di dalam anjungan kapal tugboat, ia berdinas jaga bersama dengan beberapa kru kapal yang sedang melakukan pelayaran menarik tongkang membawa batubara. Pagi ini mereka semua terlihat sibuk. Seorang juru mudi yang menghendel kemudi kapal, selalu fokus mendengar interupsi perwira yang jaga saat ini. Ada juga seorang Markonis yang sedang berkomunikasi dengan syahbandar melalui radio dan alat komunikasi lainnya. Seorang wanita cantik, dengan rambut panjang ia ikat seperti ekor kuda, sibuk mengatur arah navigasi. Dia menjabat sebagai Chief Officer. Wanita lain yang sedikit tomboy namun terlihat manis, sibuk mengotak-atik alat dan membolak balikan peta untuk mengatur jalur pelayaran selanjutnya, yang sering disapa Second officer. Ada juga, seorang lelaki bertubuh tegap, kulit putih dan penuh pesona, sedang memeriksa setiap alat yang ada di atas deck, yang sering disapa Third officer.
"Selamat pagi Kapten! 15 menit lagi kapal akan sadar di pelabuhan Tanjung Mas Samarang untuk unloading batubara," laporan Mila sebagai Mualim I atau Chief Officer, kepada nahkoda kapal TB. Queen Aghata.
Nahkoda kapal adalah pemimpin tertinggi di atas kapal. Dia bertanggung jawab penuh terhadap kapal yang sedang ia jalankan.
"Laksanakan segera. Jalankan sesuai intruksi Third Officer. Waspada pada arah angin dan gelombang," perintah Prilly kepada Mila.
Prilly mengecap kopinya yang mulai dingin. Matanya selalu mengawasi situasi di sekitar kapalnya. Salah sedikit, bisa-bisa tongkang yang dia bawa dapat lepas, bahkan lebih parahnya, mungkin batubara yang dia bawa dapat oleng dan terbalik.
"Siap Kap." Mila menyiapkan diri, mengambil HT (HANDY TALKY), sebuah alat komunikasi portabel, yang bentuknya mirip dengan telepon genggam, dapat mengkomunikasikan dua orang atau lebih dengan menggunakan gelombang radio dan sering dipakai untuk komunikasi yang sifatnya sementara, karena salurannya dapat diganti-ganti setiap saat. Alat ini memiliki jangkauan luas yang dapat melakukan pembicaraan dua arah, berbicara dan mendengar lawan bicara secara bergantian.
"Lakukan komunikasi terus dengan syahbandar, Markonis!" lanjut Prilly kepada Riky, selaku perwira yang bertanggung jawab terhadap radio dan alat komunikasi lainnya.
Saat ingin menyandarkan kapal seperti ini, komunikasi dengan pihak darat sangat diperlukan. Untuk mengetahui keadaan sekitar dan cuaca saat ini.
"Siap Kap, laksanakan!" sahutnya tegas, Riky masih terus melakukan komunikasi dengan pihak darat.
***
Setelah bersusah payah memanuver kapal untuk bersandar di dermaga, kini, akhirnya kapal pun dapat sadar di pelabuhan Tanjung Mas dengan selamat. Mila keluar dari anjungan, bergegas mencari seseorang.
"Bosun! Persiapan, 2 jam lagi, kita akan melakukan bongkar batubaranya ya? Persiapkan ABK yang lainnya!" perintah Mila kepada Serang, selaku mandor departemen deck.
"Siap Chief!" jawab Serang tegas, siap melaksanakan perintah Mila, sebagai atasannya.
Serang itu pun berlalu dari hadapan Mila dan mulai mempersiapkan untuk membongkar batubara.
"Kap, jalur selanjutnya, kita akan mengirim batubara ke pelabuhan Batam. Kita melewati perairan dalam," ujar Gritte kepada Prilly, saat mereka masih berkumpul di anjungan.
Biasanya, Prilly akan mengadakan briefing setelah kapal berhasil sandar atau sebelum kapal berlayar. Karena perjalanan kapalnya tidak dapat ditentukan, namun semua harus selalu siap saat ditugaskan oleh kantor.
"Baiklah, kalau begitu tolong kamu cari jalur yang aman, cepat, efisien dan efektif buat pelayaran kita selanjutnya. Saya tidak mau muatan terlalu lama di kapal. Itu berbahaya," perintah Prilly terhadap Second officer Gritte.
Walaupun mereka adalah sahabat, namun saat bertugas, mereka mengutamakan profesional sebagai patner kerja yang baik.
"Bagaimana dengan kondisi peralatan kita? Apa semua masih aman dan layak? Yang pasti apakah masih dapat dipergunakan?" tanya Prilly kepada Kevin.
Kevin yang merasa itu sebagai tugas dan tanggung jawabnya pun, lantas menjawab, "Semua alat siap dan masih normal!"
Kevin sebagai Third Officer atau Mualim III, bertugas sebagai perawat peralatan yang ada di atas kapal. Ini selalu mereka kerjakan saat keadaan kapal sudah sandar. Semua persiapan dan alat keselamatan harus selalu dicek.
"Bagus Third, pantau terus. Jangan sampai alat-alat di atas kapal ini tidak berfungsi, karena ini sangat penting!" pesan Prilly pada Kevin sebagai.
"Siap Kap!" jawab semua serentak dengan suara yang tegas.
***
Saat mereka sudah bebas tugas, terlihat beberapa kru berada di sebuah ruang, tempat biasa mereka berkumpul dan bersantai, kadang tempat ini juga mereka gunakan untuk menghibur diri, seperti menonton film bahkan karaoke bersama, salah satu fasilitas yang terdapat di kapal itu. Saat ini mereka sedang bersantai, bercengkrama dan bercanda. Tak ada perbedaan saat berkumpul bersama seperti ini, entah itu kru dek atau kru mesin, asal kumpul bersama, sudah menjadi kenikmatan tersendiri setelah sekian hari terombang-ambing di lautan.
Arif adalah KKM (Kepala Kamar Mesin) di kapal itu, yang bertanggung jawab di ruang mesin. Namun jabatannya tetap masih di bawah Prilly. Karena Prilly-lah yang sepenuhnya bertanggung jawab di kapal itu, karena dia adalah nahkoda. Prilly telihat baru saja turun dari lorong kamarnya, menyapa mereka.
"Hay, kalian nggak ke luar?" tanya Prilly kepada sahabat-sahabatnya yang sedang bersantai.
Semua menatap Prilly yang sudah rapi dan terlihat segar karena baru saja mandi.
"Nggak Pril, gue jatah jaga malam ini. Lo mau ke luar?" tanya Kevin balik kepada Prilly.
Saat lepas tugas, mereka tetaplah seorang sahabat. Jabatan hanyalah berlaku saat sedang bertugas dan dinas jaga. Selebihnya, tetap saja mereka sama dan akan memanggil nama saja, seperti yang biasa mereka lakukan sejak dulu.
"Pengennya sih begitu, habis perjalanan seminggu di atas kapal pengen refreshing. Mumpung di Semarang, kita bisa main-main di sini, kapal sandar 3 hari," jawab Prilly sambil duduk di samping Mila.
Tujuh tahun sudah kepergian Ali, tanpa ada kabar dan tanpa ada komunikasi di antara mereka. Namun mengapa hati Prilly masih menjerit untuk tetap menunggu Ali? Prilly menyibukkan dirinya dengan cara seperti ini. Pergi ke tengah laut, mencari tantangan yang ekstrim, yang mampu membentuk mentalnya menjadi wanita yang kuat dan tangguh.
"Oke deh, gue temenin lo, tapi pinjam mobil kantor aja ya? Jangan jauh-jauh jalannya. Karena gue nggak tahu daerah sini Pril," seru Gritte yang juga ingin melepas kebosanannya selama di atas kapal, sejenak ingin menginjakkan kaki di darat, itulah hal yang diinginkan seorang pelaut, setelah mereka terapung di lautan.
"Gue ikut!" sahut Riky cepat dan antusias.
"Kamu jaga yaa sayang?" tanya Gritte kepada Arif yang sedang melendot manja padanya.
"Iya nih Yang, maaf ya nggak bisa nemenin," sesal Arif menatap Gritte lemas.
"Iya udah, nggak apa-apa Yang, tugas dan tanggung jawab kerjamu lebih penting. Tapi kita besok sebelum berangkat ke Batam harus sempetin jalan-jalan bareng ya?" pinta Gritte manja merajuk Arif, agar mereka dapat memiliki waktu luang untuk berduaan di salah satu persinggahan mereka saat kapal sedang sandar.
"Iya, nanti kita rame-rame jalannya, berkeliling Semarang dulu sebelum melanjutkan pelayaran. Kamu hati-hati, biar Riky nanti yang menyetir mobilnya," pesan Arif penuh perhatian mengacak rambut kekasihnya, sebelum Gritte pergi.
"Mil, lo kan juga jatah dinas jaga, kalau ada apa-apa langsung hubungi gue ya?" tukas Prilly kepada Mila, sebagai Chief Officer.
Memang tugas Mila menggantikan tugas Prilly, karena secara aturan, Mila adalah wakil nahkoda, namun meskipun Mila menjalankan tugas Prilly, dia tidak menggantikan tanggung jawabnya.
"Siap!" sahut Mila sambil menempelkan tangannya di ujung pelipis, bibirnya tersenyum meyakinkan Prilly jika selama dia tidak ada di atas kapal, kondisi akan tetap aman dan terkendali.
Akhirnya mereka pun yang tidak sedang berdinas jaga berlalu pergi, menghabiskan malam berkeliling kota Semarang.
Sehari sebelum pemberangkatan ke Batam, mereka menyempatkan berjalan-jalan bersama, seharian berkeliling di kota Semarang. Tidak lupa mereka mencicipi kuliner khas Semarang. Seperti wingko babat, lumpia Semarang dan es kuwud.
Mereka berwisata ke lawang sewu dan tempat lainnya juga.
Momen yang langka untuk mereka lakukan saat ini, namun mereka tetap akan meluangkannya, saat memiliki kesempatan untuk melakukan hal bersenang-senang bersama. Kelamaan di atas kapal, terkadang membuat mereka rindu menginjakkan kaki di darat.
***
Di sebuah gedung yang menjulang tinggi, salah satu pencakar bumi berada di kota Batam berdiri kokoh. Seorang pemuda tampan, berkemeja putih terbalut jas hitam, berdasi biru tua dan celana kain hitam, menyebarkan aura positif darinya. Setiap mata wanita yang melihatnya dengan tatapan memuja. Namun ia tak pernah pedulikan tatapan wanita itu, ia tetap bersikap cool dan santai. Ia adalah CEO (Chief Executive Officer) dari salah satu perusahaan cabang sebuah perusahaan batubara yang terkenal di seluruh dunia. Syarif Group!
Ali tampak fokus menandang laptop yang ada di atas meja kerjanya. Tiba-tiba terdengar ketokan di balik pintu.
Tok tok tok
"Iya ... masuk!" seru Ali lantang dari dalam ruangan kerjanya.
Pintu ruang kerja Ali terbuka, terlihat seorang pria berjas hitam dengan gaya big boss, penuh percaya diri melangkah masuk. Dengan santainya ia langsung duduk di kursi depan meja kerja Ali, tanpa di persilakan duduk oleh pemilik ruangan itu.
"Li, besok lusa ada kapal baru yang bekerja sama dengan perusahaan kita, yang akan menjadi kapal tetap untuk pengangkutan batubara pengiriman dalam negeri dan negara-negara tetangga," terang Dimas kepada atasannya itu.
"Hemmm," gumam Ali menanggapi laporan lisan Dimas dan ia malah tetap fokus pada pekerjaannya.
"Li, kabar dari orang pelabuhan katanya nahkoda kapal itu cewek! Katanya sih cantik," desis Dimas yang tidak mendapat jawaban dari Ali.
"Ah! Lo itu ya Li ... kalau sudah kerja ada orang di depan mata nggak dianggap. Sebel gue! Ya sudah, gue balik ke ruangan dulu," gerutu Dimas kesal karena Ali selalu seperti itu.
Dimas keluar dengan wajah kesalnya, namun Ali tetap fokus pada pekerjaannya.
***
Kapal TB. Queen Agatha sudah berhasil sandar di pelabuhan Batam dan siap untuk bongkar batubara. Sedangkan perwira kapal yang dipanggil untuk meeting di kantor cabang PT. Trans Wijaya Samudra, dengan salah satu perusahaan yang akan bekerja sama dengannya, terlihat sudah siap dengan PDH lengkap, menunggu di ruang meeting. Ruangan ber-AC ,membuat mereka rileaks dan nyaman. Bertolak belakang dengan keadaan di luar, pelabuhan yang panas menyengat.
Tak berapa lama ketukan pintu terdengar.
Wanita berkemeja biru laut dah rok span di atas lutut senada dengan warna atasannya, masuk membawa map dan tas jinjingnya. Terlihat dari seragam yang dikenakan, dia adalah salah satu pegawai Syahbandar Batam.
"Hay, kalian apa kabar? Kangen sama kalian?" sapa Gina kepada sahabat-sahabatnya.
Dengan hebohnya Gina memeluk dan cipika-cipiki para sahabatnya itu. Gina yang baru saja dimutasi dari syahbandar Surabaya ke Batam merasa senang. Kini ia dapat sering bertemu dengan sahabatnya itu. Karena berkata kerja sama yang akan dilakukan dengan sebuah perusahaan, yang akan meeting bersama mereka kali ini. Gina yang biasanya hanya dapat bertemu dengan sahabatnya, saat kapal mereka berada di Surabaya saja, kini akan lebih sering lagi bertemu mereka.
"Baik Gin, lo gimana kabarnya?" tanya Prilly sembari kembali duduk setelah menyambut kedatangan Gina.
"Alhamdulilah baik, kalian sandar di sini berapa lama? Gue kangen sama kalian?" ujar Gina yang sudah duduk di salah satu kursi.
"Kita di sini cuma dua hari. Sehari ini kita meeting, besok kita muat barang dan, malamnya berangkat ke Paiton Jawa Timur," jelas Gritte membuat Gina tampak kecewa.
Baru saja mereka berkumpul, selalu saja seperti ini. Benar-benar kerja pelaut susah mengatur jadwal meski hanya untuk makan malam bersama.
"Tenang saja Gin, kami kan nanti sering ambil barang di sini. Dan pasti kita akan sering bertemu," seru Mila menenangkan hati Gina yang tampak kecewa itu.
"Iya sih, tapi kapan kalian ada waktu buat kita jalan-jalan bareng lagi seperti dulu?" tukas Gina dengan wajah memelas.
"Sabar, nanti ada waktunya," sahut Prilly secara halus, sambil mengelus lengan tangan Gina.
Saat mereka sedang asyik mengobrol pintu kembali terketok dari luar.
Tok tok tok
"Masuk!" sahut Prilly terdengar tegas dan lantang dari dalam ruang meeting.
Terlihat seorang wanita, sepertinya dia sekretaris, soalnya ia membawa tas laptop dan map yang ada di tangannya. Ia segera masuk dan mengambil duduk di sebelah Gina. Meja meeting ini berbentuk persegi panjang, dan di depannya ada layar besar, LCD dan monitor untuk pendukung presentasi.
"Maaf saya terlambat, sebentar lagi bos saya menyusul. Beliau masih dalam perjalanan kemari. Apa kita bisa mulai saja meeting-nya?" jelas Fany selaku sekretaris perusahaan yang akan bekerja sama dengan PT. Trans Wijaya Samudra.
Akhirnya meeting pun dilaksanakan, setelah ditanggapi dengan anggukan oleh semua orang yang ada di situ. Prilly yang memimpin meeting tersebut sangat lihai menjelaskan secara detail konsep dan tujuan kerja sama itu. Saat semua terlihat serius menyimak penjelasan Prilly, tiba-tiba ketokan pintu kembali terdengar, menggangu Prilly yang sedang menjelaskan cara berkerja mereka saat di lapangan, hingga akhirnya menghentikan penjelasan Prilly sejenak.
"Masuk!" sahut Prilly sedikit berteriak dari dalam.
Dua lelaki tampan masuk ke dalam ruangan, mereka terlihat shock dan hanya dapat mematung saat melihat apa yang ada di depan layar besar itu.
Prilly yang juga terlihat kaget hanya dapat berdiri tegap, seperi patung.
Kini pandangan mata Ali dan Prilly saling bertemu dan terkunci. Terlihat kerinduan yang mendalam pada tatapan mereka. Dimas yang berada di belakang Ali pun hanya bisa tersenyum dan mengalihkan pandangan kepada orang yang duduk di kursinya masing-masing. Kevin, Mila, Gritte, Arif, Gina tampak ikut kaget dengan apa yang ia lihat. Rasa tak percaya terlintas dalam pikiran mereka. Riky dan Fany yang tak mengerti dengan sikap mereka hanya menatap dengan kebingungan.
Dimas menganbil posisi duduk dan menyadarkan sahabatnya yang sekian lama terpisah. Dia duduk di salah satu kursi, Dimas melambaikan tangannya di depan wajah Kevin.
"Dim, lo?" seru Kevin shock sambil menunjuk Dimas tak percaya, dengan jari telunjuknya.
Dimas hanya mengangguk dan tersenyum bahagia, akhirnya, dia dapat menemukan sahabat-sahabatnya yang sudah tega meninggalkannya sendiri saat itu.
"Iya ini gue, kalian ke mana aja, hah!? Gue kebingungan, kalian nggak ada kabar." Dimas menyapu pandangannya menuntut penjelasan dari para sahabatnya.
"Maaf Bro, habis pulang dari rumah lo itu, kita esoknya berniat mau liburan dulu sih, ikut Prilly ke Surabaya. Tapi malah kecantol di kota pahlawan itu!" jelas Arif singkat.
"Oke, kalian hutang penjelasan ke gue!" sahut Dimas yang belum paham dengan penjelasan singkat itu.
"Eehhh ... nggak cuma kita! Lo juga!" potong Mila menyahuti ucapan Dimas.
Semua tertawa kecil, rasa bahagia menyelimuti ruangan tersebut. Lama tak berjumpa dengan kawan, membuat rindu yang menggunung seakan ingin sekali mereka tumpahkan.
"Itu orang kalau nggak disadarin sampe lebaran monyet mau saling pandangan begitu terus?" ucap Gritte yang menyadari bahwa Ali dan Prilly masih saling memandang dengan posisinya masing-masing.
Prilly masih berdiri di depan layar besar, menatap Ali seperti patung yang kaku. Sedangkan Ali masih setia terpaku di depan pintu.
"Sssstttt, sudah biarin aja dulu. Mungkin mereka kangen akut ...,"
jawab Gina sembari terkekeh, membuat mereka semua ikut cekikian.
Perasaan yang Gina miliki kepada Ali melebur seiring berjalannya waktu. Tak ada getaran lagi, bahkan debaran di jantungnya saat melihat Ali pun kini sudah hilang. Berbeda dengan Ali dan Prilly saat ini, jantung mereka seperti ditabuh dengan ribuan penabuh. Apakah ini saatnya?
###########
Tanpa berbelit-belit dan berlama-lama, langsung ketemu aja. Hehehe
Konfliknya, belum terasa, nanti, setelah mereka menikah baru ada konflik yang menonjol. Hehehe
Makasih ya atas vote dan komentarnya. I love you all.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top