CEMBOKER

ALI Pov

Sudah dua hari aku dan Prilly ada di Pulau Bali. Sejak kejadian itu, dia sampai hari ini mendiamkanku. Salah gitu ... cemburu sama bini sendiri? Aku sangat kesel sama tuh cowok yang soksoan perhatian sama biniku. Sudah nggak dikasih jatah! tidur dibelakangin! Padahal nih si junior sudah selalu minta ditenggelemin ke surga dunianya. Apalagi, sekarang Prilly kalau terima telepon selalu menjauh dari hadapanku. Wajar kalau aku curiga!

Flashback

"Selamat pagi Kapten Prilly yang cantik seperti bidadari?" sapa seorang lelaki bertubuh kekar nan seksi, dengan balutan pakaian kerja serba putih ala nahkoda kapal, pas bodi.

Senyum melebar dari bibirnya, kulit hitam manis, wajah lumayan tampan, jabatan kapten kapal. Pasti jabatan itu membuat para wanita menggilainya.

"Selamat pagi juga Kapten Firdaus Kethut?" jawab Prilly dengan senyuman manis dan keramahannya pada nahkoda kapal yang ternyata bernama Firdaus itu membuat dadaku bergemuruh panas.

"Bersama siapa Kapten Cantik?" tanya Firdaus sembari berjalan beriringan bersama Prilly, dan aku berjalan di belakang mereka. Prilly menoleh ke belakang dan kami berhenti di depan altar.

Altar dalam bahasa perkapalan itu tangga atau undakan pada dry dock galangan kapal yang menuju tepi pantai.

"Oh iya, kenalin Kap, ini suami aku namanya Ali. Dan... Honey, ini Kapten Firdaus. Dia dulu senior aku waktu kuliah di BP2IP."

Aku dan Firdaus pun saling menjabat tangan. Firdaus tersenyum lebar menyapaku, sedangkan aku hanya membalas dengan senyum terpaksa. Prilly yang melihat perubahan sikapku bersikap tak acuh dan menarik Firdaus untuk menaiki altar menuju ke geladak tengah kapal ini. Aku hanya mengikuti mereka dari belakang.

"Kamu mau minum apa cantik?" tawar Firdaus, saat kami sampai di salah satu meja di dalam kantin kapal.

"Aku mau es lemon aja deh. Pengen yang seger kalau lagi panas begini," ucap Prilly sambil melirik ke arahku yang duduk di sebelahnya.

Aku sejak sedari tadi menahan rasa cemburu dan amarah. Aku sudah mengeraskan rahangku geregetan melihat Firdaus sok perhatian pada Prilly. Aku pastikan, wajahku pasti sudah merah karena menahan amarah dan ditambah suhu panas yang ada di sekitar sini. MMaklum di kapal kan memang selalu panas.

"Oke. Mau makan apa?" Perhatian kecil Firdaus kepada Prilly membuatku semakin kegerahan. Ingin rasanya aku menghadiahi bogeman mentah pada wajah sok tampan milik Firdaus itu. Namun aku masih sadar siapa dia di sini dan siapa aku. Aku juga tak mau mencoreng nama baik istriku yang sudah dikenal baik.

"Maaf sepertinya kalian butuh waktu berdua. Aku akan menunggu di ruang penumpang saja," selaku dan segera beranjak dari duduk. Aku berlalu meninggalkan mereka berdua.

Prilly melihat kepergianku, tapi aku menghiraukannya. Malah dia melanjutkan mengobrolanya dan candaan bersama Firdaus.

***

"Kamu kenapa sih Honey? Kok diem aja dari tadi?" tanya Prilly setelah kami sampai di kamar hotel.

"Kamu yang kenapa?" sentakku dengan nada suara sedikit meninggi karena sedari tadi menahan emosi melihatnya dengan pria lain.

Prilly terkejut dengan sikapku, dia sedang duduk di sofa, sedangkan aku duduk bersandar di kepala ranjang.

"Loh kok aku? Aku biasa aja. Kamu yang aneh, sejak tadi kita nyeberang dari Ketapang ke Gilimanuk," bantah prilly berusaha santai walaupun sebenarnya pasti dia menahan rasa sakit di dadanya.

Aku sadar, sikapku yang membentaknya, pasti menyebabkan dia sedikit sesak napas karena menahan tangis. Soalnya aku mendengar dia menarik napasnya berulang-ulang kali.

"Ooooh... jadi kamu nggak nyadar apa yang sudah kamu perbuat tadi dengan Kapten sok kegantengan itu?! Dan perbuatnamu itu, sudah nyakitin hati suamimu ini!" tunjukku di dada dengan emosi yang tak bisa lagi aku tahan.

"Loh, aku cuma ngobrol sama dia. Karena sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Kamu saja yang terlalu cemburu," ucap Prilly nada bicara diatur sesantai mungkin, tapi aku mendengar suaranya parau.

"Oh begitu...? Ya sudah, ikut saja dengannya sana! Kalau memang kamu lebih suka ngobrol sama dia ketimbang sama aku!" Aku tak lagi dapat menahan emosi yang sudah di ubun-ubun. Aku melihat Prilly tak dapat membendung air matanya lagi.

Tanpa mengucapkan kata-kata, Prilly berdiri dari duduknya, mengambil jaket, ponsel dan dompetnya. Keluar dari kamar tanpa memperdulikan paggilanku.

Flashback off

Apalagi aku kemarin sempet denger Prilly sedang telepon dengan seseorang, tidak tahu sama siapa, di balkon. Dia terlihat bahagia, tertawa di atas penderitaanku. Sakitnya tuh di sini---nunjuk dada---saat aku tanya, dari siapa ... tahu jawaban dia...? 'Bukan siapa-siapa.'

Perlu kalian garis bawahi tuh kata. Kalau bukan dari siapa-siapa, ngapain coba... setiap teleponan harus menjauh dariku? Aku sebenarnya sudah emosi tingkat dewa. Tapi aku sadar, ini masih acara honeymoon kami. Harusnya masih anget-angetnya dan romantis-romantisan. Baru saja usia pernikahan kami seumur jagung, sudah kaya gini.

Tapi kenapa Prilly sekarang yang marah ya? Harusnya aku dong, yang ngambek dan marah sama dia? Sudah ngambeknya betah banget lagi. Diemnya juga betah. Aku nih yang nggak betah di diemin dia. Kepalaku sudah sakit nahan... sudahlah!

Hari ini aku berencana ingin mengajaknya makan malam romantis. Biarlah aku yang mengalah, meminta maaf ke dia. Biar dia nggak cuekin aku lagi. Aku sudah sangat tersiksa Sayaaaaang... kamu denger nggak sih Pril...! Aku kesiksa kamu cuekin!

Aku berjalan ke arah balkon, samar-samat aku denger dia sepertinya sedang menelepon seseorang. Aku denger dia memanggil orang di sebrang sana dengan sebutan 'Pangeran tembem' apa maksudnya dia? Apa jangan-jangan biniku selingkuh?

'Ah, Ali... jangan berpikir negatif dulu! Tuh istri kamu, Li,' kata hatiku menjerit.

Tapi semakin ke sini, dia semakin menjadi. Hatiku sudah bergemuruh, seperti ada lahar panas yang ada di otakku sudah siap menyembur rasanya. Arrrrrggggh! Rasanya aku mau labrak tuh orang yang sudah berani godain biniku.

"Oke Ali... sabar...!" ucapku pelan menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan.

Aku lanjutkan berjalan, menghampiri Prilly yang bersandar di tralis balkon sambil memandangi luasnya lautan biru. Indah banget. Sumpah aku sudah siapin ini semua jauh setelah aku melamarnya dulu. Tempat-tempat indah, untuk kami kunjungin saat honeymoon seperti saat ini. Aku bayangin hari-hari kami bakalan selalu indah dan bahagia tidaj seperti saat ini. Aku tidak pernah menginginkan seperti ini.

"Sayang...," panggilku pelan agar dia tak kaget.

Aku peluk dia dari belakang. Awalnya dia nolak pelukanku. Tapi aku mengeratkan pelukan tanganku di tubuh dia. Aku tenggelemkan wajah tampanku di sela-sela leher kanannya.

"Maafin aku ya? Aku khilaf. Aku emosi karena aku cemburu. Aku nggak suka ada orang lain, yang kasih perhatian lebih ke kamu, kecuali aku. Aku juga nhgak suka, kamu cuekin. Maaf...," ucapku tulus berharap dia akan memaafkanku dan tidak lagi tak acuh.

"Ya, aku maafin," jawab istriku datar dan singkat.

Buset dah biniku, kalau lagi marah begini amet ya? Susah juga naklukin singa betina kalau lagi ngamuk.

"Sayang kok begitu aja sih jawabnya?" rajukku ala anak kecil yang meminta jajan emaknya.

Bodoh amet pikiran orang kalau melihat cowok keren kayak aku begini manja dan merajuk. Tidak maslah ... kan sama bini sendiri. Jatuhin image kegantengan dikit biar bini luluh nggak masalah dong?

"Terus kamu mintanya aku harus gimana?" sahutnya menolak sekilas padaku.

Asyik, aku tidak menyia-nyiakan posisi kami saat ini. Aku putar badannya dan aku peluk pinggang dia, sampe tubuh kami nempel tak ada jarak.

"Aku mau ajak kamu makan malam di restoran, nanti jam 7, Sayang."

"Nggak bisa. Aku nanti malam sudah ada acara sendiri," jawabnya datar dan melepas pelukanku dari pinggangnya, lalu dia berjalan masuk ke kamar meninggalkanku.

"Memangnya kamu mau ke mana sih?" tanyaku ketus, mencoba mengontrol emosi. Berjalan di belakangnya.

"Ada aja!" jawabnya sambil berjalan ke kamar mandi.

Setelah dia keluar dari kamar mandi, aku lihat dia berjalan ke depan lemari dan mengambil pakaiannya. Aku merasa seperi patung pajangan ruangan. Dia tak menganggapku ada, mungkin baginya aku ini makhluk astral yang kasat mata. Dia kembali ke kamar mandi.

Aku cuma diem, menahan emosi dan panasku memburu. Di dalam tubuhku sudah terasa panas, aku terus mondar-mandir agar tidak mengeluarkan emosiku lagi. Rasanya pengen aku banting istriku di ranjang, terus aku kunci tubuh kecilnya itu dengan tubuhku, biar dia tak jadi pergi. Tapi itu malah akan membuatnya semakin marah. Oke, kali ini aku akan sabar dan akan aku ikuti permainannya. Tapi awas saja nanti, kalau keadaannya sudah membaik akan aku hukum dia dengan caraku sendiri.

Sudah 30 menit, akhirnya dia keluar dari kamar mandi, sudah rapi dan ... cantik! Tubuhnya terbaluta dress biru laut dengan panjang di atas lutut tanpa lengan, make up tipisnya namun terlihat kecantikan yang alami dari dirinya sendiri, rambut dibiarkan terurai bawah di curly. Sempurnanya bidadariku ini. Eeeeiittsss... tunggu, mau ke mana dia?
Makan malam dengan siapa dia?
Se-spesial apa sih orang itu, hingga biniku dandan cantik ini?

Aku berdiri dari duduk, tadi aku menunggunya keluar dari kamar mandi di sofa sambil menonton televisi. Aku hampiri dia, tapi dia masih sibuk memasukan bedak, lipstik, ponsel dan dompet ke tas kecilnya. Tanpa melihatku dia berjalan ke arah pintu dan sebelumnya ia memakai high heels. Tanpa pamit, dia keluar begitu saja.

Emosiki bener-bener kali ini sudah memuncak. Aku mau tahu, acara apa yang akan dihadiri dia? Sepertinya spesial. Sampe istriku menolak ajakanku dan cuek begini. Aku ambil jaket jeans lalu berlari mengikutinya.

Dari jarak kurang lebih dua meter, aku melihat Prilly bertemu dengan cecurut Firdaus di depan sebuah kafe. Aku masih berada di dalam mobil mengepalkan kedua tangan, aku pukul stir mobil hingga tak terasa lagi sakit di tanganku. Lebih sakit hati aku melihatnya dengan pria lain seperti saat ini. Apa Prilly tak memandangku sebagai suaminya?

Aku melihat mereka sedang berbicara dan tertawa bersama. Semakin sakit dadaku, hatiku nyeri, terasa sesak seakan oksigen yang ada di sekitarku menipis. Mataku terasa panas dan suhu dalam tubuhku terasa mau meledak keluar. Tak berapa lama si cecurut Firdaus, merangkul istriku masuk ke dalam kafe itu. Aku turun dari mobil, ingin menghampiri mereka. Saat aku masuk ke dalam kafe, masih berdiri di ambang pintu, aku lihat mereka berdua duduk dan tertawa bersama di sudut ruang kafe. Suasa kafe yang saat ini ramai tak kupedulikan. Rasanya ingin aku tonjok muka sok gantengnya itu.

Ingin aku tarik istriku dari hadapan dia. Baru aku akan melangkah masuk, namun tiba-tiba lampu kafe padam mau tak mau aku pun berhenti. Karena aku bener-bener tak bisa melihat sekelilingku, aku tetap berdiri di tempat.

Tiba-tiba ada satu lampu menyorot ke arahku. Aku kaget, tubuhku terasa kaku dan seketika pikiranku tak berjalan, aku hanya bisa melihat diriku sendiri tanpa bisa melihat orang-orang tadi. Apa-apaan ini? Permainan apa ini? Aku denger detingan piano dari sudut ruang. Aku berusaha berjalan menghampiri sumber suara. Alangkah terkejutnya aku, saat satu lagi lampu menyoroti piano putih tulang yang berada di panggung mini, yang biasa di gunakan untuk live music di kafe ini.

Aku melihat di balik piano itu ad wanita cantik ... ralat, bidadari yang sedang memainkan piano dengan jari jemarinya yang lentik. Ia tersenyum tulus dan meleleh sudah hati ini saat dia mulai malantunkan lagu dari Bryan Adams yang berjudul Everything I Do.

Suaranya yang merdu menguapkan segala kekesalan hati dan emosiku yang tertahan dua hari belakangan ini. Sungguh terpesona aku melihatnya malam ini. Tubuhku yang tadinya menegang seakan melemas seketika, saat melihat senyum yang sudah dua hari ini aku rindukan.

my eyes - you will see
Tataplah mataku - kau kan melihat

What you mean to me
Arti dirimu bagiku

Search your heart - search your soul
Carilah di hatimu - carilah di jiwamu

And when you find me there you'll search no more
Dan saat kau temukan aku di situ kau tak perlu lagi mencari

Don't tell me it's not worth tryin' for
Jangan katakan itu tak layak dicoba

You can't tell me it's not worth dyin' for
Jangan katakan itu tak layak diperjuangkan sampai mati

You know it's true
Kau tahu benar adanya

Everything I do - I do it for you
Segala yang kulakukan - kulakukan untukmu

Look into my heart - you will find
Lihatlah hatiku - kau kan temukan

There's nothin' there to hide
Tak ada yang tersembunyi

Take me as I am - take my life
Terima aku apa adanya - terima hidupku

I would give it all - I would sacrifice
Kan kuberikan semua - aku kan berkorban

Don't tell me it's not worth fightin' for
Jangan katakan itu tak layak diperjuangkan

I can't help it - there's nothin' I want more
Aku tak bisa menahannya - tak ada lagi yang kumau

Ya know it's true
Kau tahu benar adanya

Everything I do - I do it for you
Segala yang kulakukan - kulakukan untukmu

#########

Akhirnya bisa lanjut mengedit cerita ini. Hehehe
Masih ada yang menunggu? Semoga kalian selalu sabar.
Terima kasih, untuk vote dan komentarnya.🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top