rabu - album

Ketakutan terbesar March 7th adalah Silver Wolf. Seratus persen serius.

Astral Express dan Stellaron Hunter beberapa kali bertemu secara 'tidak sengaja' bahkan sebelum Stelle bergabung dengan mereka. March mau tidak mau semakin mengenal musuh (?)/rekan (?) mereka itu.

March hanya pernah bertemu dengan anggota baru SH itu beberapa kali, tetapi setelah gadis kecil itu menunjukkan kemampuan meretasnya yang mengerikan, Silver Wolf secara resmi menjadi hal yang paling ditakutinya, nomor dua setelah es.

Silver Wolf bisa meretas komputer dan hologram di kamar March. Meretas lalu menghilangkan foto-foto berharga yang dijepret March dengan susah payah. Hal itu sama saja dengan mencabik hati March lalu meletakkannya dalam es lagi tapi dengan keadaan sadar. Amat sangat mengerikan.

Oleh karena itu March sungguh, sungguh bertekad untuk tidak pernah menyinggung bocah kematian itu. Sebisa mungkin March menghindarinya dan kalau harus menghadapinya, March berdoa sepenuh hati pada Aeon mana pun di luar sana lalu berusaha menyamarkan hawa keberadaannya agar Silver Wolf tidak merasa terganggu dan memutuskan menghapus semua foto-foto milik March di depan matanya.

Sekarang ini March merasa jeri.

"Aku nggak tertarik sama hal selain game." Hologram Silver Wolf mulai mengeluarkan Nintendo Switch miliknya dan bermain Mario Kart.

March yang duduk bersimpuh di karpet biru kamarnya kehabisan kata-kata. "Apa?"

"Seperti yang kubilang."

March tidak paham. Ia baru saja kembali dari Xianzhou untuk mengumpulkan foto-foto yang dijepretnya di sana dan menetap semalam, tetapi tiba-tiba saja kaget setengah mati karena hologram Silver Wolf yang mengetuk pintu kamarnya (bagaimana hologram Silver Wolf bisa mengetuk pintu, March tidak tahu dan tidak mau tahu).

Hologram itu duduk (?) di kursi pink bulat di sana, menatap koleksi foto March yang dipajang selama beberapa menit yang mengerikan, lalu mengeluarkan Nintendo. March mencoba tidak memikirkan bagaimana hologram ini sedang bermain game ... kalau di saat bersamaan, Silver Wolf juga pasti sedang main game yang berbeda.

"Aku nggak tertarik, jadi kau nggak perlu takut." Tanpa mengalihkan pandangan dari konsol di tangannya, hologram itu kembali berbicara. Ia kembali bersuara ketika tak mendapat respons dari March selain ekspresi penuh kebingungan. "Foto-fotomu. Mereka bagus ... tapi seperti kataku, nggak lebih menarik daripada game."

"Eh ..." March merasa malu luar biasa, ternyata selama ini terlalu kentara perlakuan berbeda March terhadap Silver Wolf. "Maaf ..."

Silver Wolf tak bereaksi selama beberapa saat. "Yah, aku nggak begitu peduli sih, walau agak canggung ketika kau berusaha tidak menganggapku."

"Bukan itu maksud—"

"Aku tau." March sepertinya sedang delusional karena ia merasa Silver Wolf (hologramnya) terlihat ... ragu-ragu? Silver Wolf tidak pernah ragu. "Tau album nggak? Yang fisik maksudku. Yang biasanya dipakai buat menyimpan foto yang sudah dicetak itu."

March pernah dengar soal itu. Metode lama orang-orang untuk menjaga foto dan kenangan di dalamnya dari kerusakan. Ia sempat tertarik untuk memilikinya tetapi barang itu sulit sekali dicari.

March baru sadar kalau Silver Wolf sama sekali tidak sedang bermain game karena jarinya sama sekali tidak bergerak. Ia hanya menatap lurus layar yang menampilkan Mario Kart. "Di misi kami sebelumnya, aku ... menemukan album itu. Sekalian dengan kamera polaroid edisi terbaru sebelum punah digantikan kamera lain yang lebih canggih. Sudah kuletakkan di ruang santai kereta."

Sesaat, March membeku, tidak secara literal. "Maksudnya ... untukku?"

Sepertinya Silver Wolf mulai merasa tidak nyaman berada dalam situasi ini dan bangkit, Nintendo-nya hilang entah ke mana. "Yang lain nggak akan bisa mengakses foto-fotomu, tapi untuk jaga-jaga, cetak dan simpan beberapa di album." Mengabaikan March yang refleks ikut berdiri, Silver Wolf berjalan ke arah pintu, "Dah," dan menghilang sebelum mencapai pintu.

March seratus persen yakin ia berhalusinasi, tetapi di ruang santai benar-benar ada sebuah kotak yang berisi album dan kamera polaroid ungu (bukan warna favorit March, tetapi mengingatkannya pada seorang peretas dari Punklorde yang dikenalnya).

Ketika mereka bertemu lagi, March pastikan ia akan berterima kasih secara langsung, terutama karena telah ... melakukan sesuatu pada foto-foto digitalnya supaya tidak bisa diretas orang lain. Gadis itu adalah peretas terbaik dari Punklorde, foto dan kenangan March aman bersamanya. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top