≧ Wonderland - Taylor Swift

our crumbling wonderland
written by notalicekingsleigh
inspired by wonderland - taylor swift

about regulus black & sirius black
from harry potter’s marauders era canon divergence au!
(not incest.)

*

Flashing lights and we
Took a wrong turn and we
Fell down a rabbit hole
You held on tight to me
'Cause nothing's as it seems

Memandang Hogwarts di kejauhan, Regulus tanpa sadar mencengkram jubahnya kencang. Sirius di sampingnya menggenggam tangannya, melepaskan cengkraman Regulus dengan lembut, setelah itu mengelus tangannya menenangkan. Regulus seolah tersentak dan ia meluruskan punggungnya segera—terbayang kerutan di dahi dan tatapan kecewa ibunya apabila dia melihat Regulus seperti ini, dengan jubah yang kusut. Regulus mendengar Sirius menghela napas tetapi ia tidak sempat bertanya kenapa sebab Sirius mendorongnya pelan ke arah sosok besar yang memegang lentera sembari berteriak, “Anak kelas satu di sini! Anak kelas satu kemarilah!” 

“Itu Hagrid,” Sirius melambaikan tangannya ke arah Hagrid. “Dia yang akan membimbingmu masuk ke Hogwarts sampai kau bertemu Professor McGonagall yang akan mengambil alih saat seleksi asrama. Hei, Hagrid! Ini adikku, Regulus, kaku sekali ya dia?” 

“Sirius!” Regulus menghentakkan kakinya dengan kesal. Sirius hanya tertawa. Regulus menggigit bibirnya lalu berbisik kecil. “Kata ibu, aku tak seharusnya bergaul denganmu di Hogwarts. Aku harus masuk ke Slytherin, bukannya Gryffindor bersamamu.” 

Tubuh Sirius menjadi lebih kaku. Tak lama, ia mengusap kepala adiknya itu dan mengacak-ngacak rambut keritingnya. “Lakukan apapun yang kau mau, adik kecil. Ibu tak bisa melakukan apapun kepada kita di sini. Sekalipun begitu, kau ada aku. Aku akan selalu melindungimu.” 

*

Beberapa menit setelah percakapan mereka berdua setelah turun dari kereta, Topi Seleksi berteriak “Slytherin!” saat dipakaikan di kepala Regulus. Regulus gugup, juga senang dan antusias karena Walburga—ibunya, berkata bahwa Slytherin adalah asrama terbaik untuk keluarga Black. Regulus sempat memandang ke arah Sirius di meja Gryffindor tetapi kakaknya tidak tepuk tangan maupun tersenyum ke arahnya, tersenyum sih, tetapi Regulus tahu ia tidak benar-benar merasa senang untuknya. 

Ketika makan malam telah usai dan semua murid sudah diseleksi, masing-masing prefek asrama memimpin murid-murid ke asrama mereka. Sambil mencoba mengikuti prefek Slytherin, kedua mata Regulus mencari-cari keberadaan Sirius dan dikejutkan dengan genggaman erat kakaknya pada lengannya. Regulus terlonjak dan bertanya takut-takut, “Siri?”

Sirius tidak membalasnya, hanya melepaskan genggamannya sekilas kemudian memeluk adiknya sama eratnya. “Kau akan baik-baik saja,” bisik Sirius. “Pasti.” 

Regulus tidak mengerti maksud kakaknya saat itu. 

Haven't you heard what becomes of curious minds?
Ooh, didn't it all seem new and exciting?
I felt your arms twisting around me
I should've slept with one eye open at night

Sirius masih ingat saat dirinya pertama kali bertemu James Potter di salah satu kompartemen kereta menuju Hogwarts. Kesan pertama Sirius untuknya: aneh. James Potter adalah segalanya yang dilarang Walburga, tipe orang yang diwanti-wanti untuk dijauhi. Ia tidak bisa berhenti bicara, bahkan ketika respon Sirius sangat pendek dan terkesan tidak minat. Sepanjang perjalanan, sepertinya James lebih banyak bermonolog dengan Sirius yang mendengarkan setengah tertarik-setengah terusik. 

Lalu James Potter mengungkit soal asrama. “Hei, kau tahu mau masuk mana nanti? Aku harap aku masuk Gryffindor, mereka adalah asrama yang terbaik dari yang lain! Dumbledore juga berasal dari Gryffindor!” 

Sirius meringis, teringat perkataan Walburga dan segala puja-pujanya mengenai Slytherin. Merasa tak seharusnya ia berbicara soal itu, Sirius hanya menggelengkan kepalanya. 

“Ah, kalau begitu masuk Gryffindor saja bersamaku! Kau orang yang lumayan, kalau kita satu asrama nanti ayo sekamar!” 

Kemudian James kembali bermonolog mengenai kehebatan Gryffindor. Sirius mendengus, Walburga juga pernah seperti ini dengannya dan Regulus tetapi mengenai Gryffindor. Berbeda juga dengan Walburga, James Potter sepertinya orang yang lumayan asyik. 

Kira-kira satu jam kemudian Sirius Black diseleksi masuk ke Gryffindor dan esoknya Howler untuknya menjadi musik yang menemani sarapan. 

*

Malam Sirius pergi dari Grimmauld Place merupakan malam terakhir ia dan Regulus tidur bersama di kamarnya, menjadi satu-satunya jangkar untuk kewarasan satu sama lain. Regulus sudah setengah terlelap ketika Sirius memutuskan untuk keluar dari kamar miliknya, entah untuk apa Regulus tidak terlalu mendengarkan, ia menggumamkan sesuatu sebagai balasan kemudian merasakan kecupan Sirius di dahinya. 

Regulus merasa sangat lelah setelah siang harinya Walburga menjadi lebih keras pada mereka daripada biasanya, terutama pada Sirius. Tidak mengherankan, lagipula Sirius bisa dibilang telah melawan Walburga dengan masuk ke Gryffindor di Hogwarts. Tak banyak pikir, Regulus terbuai dalam mimpi dan terlonjak bangun mendengar kegaduhan di lantai bawah. Segera, ia melesat dari luar kamar Sirius untuk melihat apa yang terjadi. 

Setengah jalan di tangga, Regulus mendengar Sirius berteriak kencang, seolah amat sangat kesakitan. Regulus merasa darah di tubuhnya membeku kemudian ia melihat Sirius terengah-engah di lantai ruang tengah dengan Walburga berdiri menjulang di hadapannya—tongkat terangkat. Cruciatus, napas Regulus tersekat menyadari ini. 

Ia hendak menghampiri keduanya sebelum melihat Sirius berdiri dengan susah payah, tangan menggenggam koper yang tergeletak di sampingnya. Raut wajahnya penuh dengan amarah dan kebencian kepada Walburga. Sirius bahkan tidak melihat ke arah Regulus karena langsung melesat ke arah perapian, menggenggam bubuk Floo sebanyak yang ia bisa, dan meneriakkan, “Potter Manor!” Sirius lenyap di tengah api hijau. 

Regulus merasa kehilangan tempatnya berpijak. Ia tidak tahu apa yang dipikirkan Sirius, ia tidak tahu apa yang terjadi sebelum dirinya menjumpai Sirius dan Walburga, ia tidak tahu apa yang terjadi di Hogwarts selama ia di Grimmauld Place. Regulus hanya tahu bahwa Sirius tidak akan pernah kembali lagi, sekalipun itu untuknya, ke Grimmauld Place. Regulus hanya bisa diam menahan air matanya saat Walburga membakar wajah Sirius di tapestri kemudian berteriak sekencang mungkin dan menangis sepuasnya di kamar Sirius setelah melontarkan mantra peredam suara. 

Oh Sirius, apa yang terjadi padamu? Siri, kau tidak sayang aku lagi? Kakak, kenapa kau tidak mengajakku?

We found Wonderland
You and I got lost in it
And we pretended it could last forever

Sirius sudah masuk ke tahun keempat dan Regulus tahun kedua. Regulus belum berbicara sama sekali dengan Sirius memasuki tahun kedua, suara melengking Walburga untuk menjauhi Sirius masih terngiang di telinganya. Ia agak kesusahan mencari posisi duduk yang enak di kompartemen karena sekujur tubuhnya sakit luar biasa. Rupanya, setelah Cruciatus dilemparkan pada Sirius malam ia kabur dari Grimmauld Place, Walburga kemudian beranggapan bahwa ia harus mulai menormalisasi penggunaan Cruciatus dan Imperiatus di rumahnya—targetnya tidak lain adalah Regulus, satu-satunya yang tersisa

Tentu ibunya itu tidak melakukannya tiap hari, hanya beberapa kali saat ia kurang puas dengan pencapaian Regulus, atau saat suasana hatinya memburuk (yang mana Regulus pikir adalah tiap saat), atau saat ia ingin Regulus menurut. 

Di Aula Besar, Regulus sama sekali menolak untuk melihat ke arah meja Gryffindor dan Sirius juga tidak menghampirinya setelah makan malam (dan memeluknya seperti yang pernah ia lakukan.)

*

Pertengahan tahun, Sirius menemukan Ruang Kebutuhan di Hogwarts (ia tidak akan pernah menceritakan pada siapapun bahwa saat membuka pintu, ia mendapati kamar miliknya dengan keadaan persis sebelum ia meninggalkan Grimmauld Place—dengan tempat tidur seolah habis ditiduri seseorang.) 

Entah karena apa, Sirius memutuskan untuk tidak memberitahu mengenai keberadaan Ruang Kebutuhan kepada Marauders terlebih dahulu. Alih-alih Sirius menyeret Regulus setelah makan malam menuju lorong Ruang Kebutuhan, membayangkan kamarnya (kali ini seolah sudah dirapikan), kemudian mendorong Regulus ke dalamnya. 

Mereka berteriak. 

“Sirius, kau gila, ya?!” 

“Dengarkan aku dulu!” 

“Kau pergi meninggalkanku! Kau bahkan sama sekali tidak melihat ke arahku malam itu! Aku benci kau!” 

Melihat Regulus kehilangan ketenangannya, Sirius seharusnya tidak melakukan hal yang sama. Ia lebih tua, ia tidak seharusnya membentak adiknya.“Oh, ya?! Aku juga benci dengan kau dan Walburga dan Orion yang sama sekali tidak berguna itu, juga Kreacher si makhluk elf aneh, tetapi aku paling membencimu, si anak kesayangan!” Sirius mengabaikan rasa bersalah yang terbesit di hatinya. Itu tidak benar, ia tidak pernah menyalahkan Regulus hanya karena Walburga lebih toleran kepada adiknya itu. Tetapi apa yang sudah dikatakan tidak bisa ditarik kembali. 

Regulus terhenyak, setetes air mata menetes ke lantai lalu ia mendorong Sirius dengan kencang. “Jangan mengejek Kreacher, persetan kau Sirius!” 

Lalu, mereka menangis. 

“Sirius, aku membencimu.”

“Maafkan aku.” Jemari Sirius tidak berhenti barang sekejap, mengelus perlahan dan dengan sayang rambut keriting Regulus yang mirip dengan miliknya, sementara itu tangannya yang lain bergerak naik turun di punggung adiknya. Ia mengabaikan rasa basah di seragamnya, mengeratkan pelukannya ketika mendengar isak tangis Regulus, di waktu yang sama ia juga kembali meneteskan air mata. 

Regulus merasa putus asa, lelah, dan terkhianati. Regulus juga sangat menyayangi Sirius, ia tidak bisa tidak melakukannya ketika Sirius telah lama sekali menjadi pelindung satu-satunya di rumah itu; membela Regulus ketika Regulus melakukan kesalahan, berbohong untuk Regulus ketika Regulus memecahkan vas kesayangan Walburga, bahkan membiarkan dirinya disihir Walburga alih-alih Regulus. Karena itu pula di satu sisi Regulus bisa paham kenapa Sirius memutuskan untuk pergi dari Grimmauld Place, dari Walburga. Tetapi Reg—Reggie, adik satu-satunya Sirius, tidak bisa tidak membenci Sirius karena memilih James Potter daripada Regulus. “Kenapa kau meninggalkanku?”

“Maafkan aku.” 

*

Sirius pernah berkata kepada Regulus untuk melakukan apapun yang dia inginkan di Hogwarts, tetapi keduanya sama-sama berpendapat kalau Ruang Kebutuhan adalah satu-satunya tempat di mana mereka berdua bisa kembali menjadi Siri dan Reggie untuk satu sama lain, tanpa perlu waswas bahwa Walburga akan menerobos masuk, tanpa perlu takut akan beban dari nama Black maupun asrama mereka. 

“Siri, aku takut.”

“Hanya ada kita berdua di sini, petite étoile. Aku akan selalu berada di sampingmu.”

“Siri, kau menyayangiku?”

“Aku akan selalu menyayangimu.” 

But there were strangers watching
And whispers turned to talking
And talking turned to screams, oh

“Regulus, kudengar kau cukup sering berbicara di Hogwarts dengan Sirius?”

Sekali lagi, napas Regulus tersekat karena tentu saja Walburga Black punya mata dan telinga di Hogwarts. “Benar, ibu.” 

“Hmm,” Walburga mengiris steak dan membawanya ke mulutnya. Kedua mata tajamnya tak sekalipun meninggalkan Regulus. Regulus mencoba untuk tidak begitu terpengaruh olehnya, ia melanjutkan makan malamnya yang semakin lama semakin tidak terasa karena benaknya sibuk memikirkan berbagai kemungkinan apa yang terjadi habis ini dan menyiapkan untuk yang terburuk.

Walburga meletakkan pisau dan garpunya dengan elegan, menyesap anggur di cangkir, kemudian tersenyum manis pada Regulus. “Sayang, mau melakukan pelajaran tambahan malam ini dengan ibu?”

Walburga tidak sedang bertanya. Regulus mengangguk pelan, “Iya, ibu.”

*

Larut malam, Regulus baru keluar dari ruang belajar dengan pakaian berantakan dan sekujur tubuhnya kesakitan. Tangannya mati rasa tapi juga menyengat, kata-kata membentuk luka di sana. Menulis menggunakan darah sendiri sebagai pengganti tinta adalah hukuman biasa di Grimmauld Place. Tetapi kali ini, ibunya bahkan hampir menggunakan Sumpah-Tak-Terpatahkan untuk mencegahnya bergaul dengan Sirius di tahun ajaran baru nanti. Regulus juga telah merasakan Cruciatus beberapa kali setelah hanya beberapa jam bersama Walburga—rekor baru. Regulus hanya bisa bersyukur karena Walburga tidak menggunakan Veritaserum pada dirinya, tampaknya cukup percaya pada Regulus untuk mengatakan yang sebenarnya padanya, sesuatu yang bisa dimanfaatkan Regulus. 

Regulus menyayangkan minimnya kesempatannya untuk bersama Sirius di tahun keempat nanti. Tak apalah, Sirius kan bagian dari Marauders—tidak ada yang tidak mungkin untuknya dan Regulus percaya padanya. 

“Kreacher! Tolong ambilkan obat!”

It's all fun and games 'til somebody loses their mind

Regulus mulai merasa resah. Beberapa tahun ini (kecuali beberapa saat di mana Regulus harus pulang dan menghadapi Walburga dan kembali ke Hogwarts dengan bekas luka baru yang harus ditutupi) berjalan terlalu bagus. Ia dan Sirius beberapa kali bertengkar, beberapa kali saling berteriak maupun melayangkan kutukan pada satu sama lain tetapi tak pernah benar-benar saling membenci. Regulus sungguh menyukai Ruang Kebutuhan itu. 

Keresahan Regulus terjawab ketika suatu malam (setelah tahun keempatnya berakhir) Walburga memanggilnya ke ruang kerjanya. Regulus kira ia akan dihukum seperti biasa, atau disuruh menjauhi Sirius. Ia tidak pernah memprediksi hal ini terjadi. 

“Regulus, sebentar lagi kau 17 tahun, kan? Sudah cukup umur berarti.” Firasat buruk menghantui Regulus ketika Walburga tersenyum puas. “Regulus, anakku tersayang, untuk hadiah ulang tahunmu kau akan mengambil Tanda Kegelapan. Bergembiralah, ibu tahu kau tidak sabar selama ini.” 

Hidup Regulus Arcturus Black resmi hancur di usia 17 tahun, di tangan ibunya sendiri, tanpa seorang pun berada di sisinya. 

I reached for you
But you were gone
I knew I had to go back home
You search the world for something else
To make you feel like what we had
And in the end, in Wonderland, we both went mad

Regulus sempat berpikiran untuk mengikuti jejak Sirius, kabur dari Grimmauld Place menuju sisi kakaknya. Semua itu lenyap ketika Sirius memandangnya sama dengan murid lainnya, lalu Sirius beberapa kali tidak datang ke Ruang Kebutuhan disaat Regulus benar-benar membutuhkannya, puncaknya ketika Sirius berteriak padanya, “James adalah saudaraku! Saudara yang jauh lebih baik daripada dirimu!” 

Pada akhirnya, kamar Sirius di Ruang Kebutuhan dibiarkan berdebu dan Regulus tidak pernah mengangkat kaki dari Grimmauld Place. Regulus tidak akan kabur seperti Sirius. Ia akan menerima semua siksaan Walburga—tidak seperti Sirius, ia akan membuktikan pada Sirius kalau ia bisa bertahan di neraka itu—tidak seperti Sirius, dan ia akan menjadi penerus keluarga Black, menyandang namanya dengan kebanggaan seorang Black sejati—tidak seperti Sirius. 

Pertemuan tidak sengaja di lorong, alih-alih saling memalingkan kepala pura-pura tidak melihat satu sama lain, akan menyebabkan salah satu dari mereka dirawat di Hospital Wing. Berbagai kutukan dan mantra dilontarkan, hinaan diucapkan dengan penuh kebencian. Tidak ada lagi Siri dan Reggie, keduanya lenyap terlalu jauh dalam peran yang dipaksakan—Gryffindor dan Slytherin, Cahaya dan Kegelapan. 

Setidaknya, sebelum Regulus mendapati Kreacher dengan keadaan sangat buruk. Peri rumah itu, temannya satu-satunya setelah Sirius pergi, ditemukan dalam keadaan hampir mati. Kreacher tampak seperti telah tenggelam namun untungnya masih hidup. Sungguh, Regulus tidak tahu apa yang akan dilakukannya jika bahkan Kreacher sendiri meninggalkannya. 

Setelah kejadian itu, Regulus mendapati dirinya menjelma jadi stereotip anak-anak Ravenclaw pada umumnya—peneliti gila yang terobsesi mencari pengetahuan, kebenaran. Regulus akan menjadi seorang Ravenclaw yang baik, persis seperti kata Topi Seleksi waktu seleksi Tidak cukup berani untuk seorang Gryffindor, loyal tetapi jelas Hufflepuff bukan untukmu, ambisius dan bangga—tentu saja, tetapi jauh lebih haus akan wawasan. (Kalau bisa Regulus ingin masuk Ravenclaw, tetapi Keluarga Black tidak boleh kehilangan pewaris lagi atau Sirius akan kembali terseret ke semua ini.) 

Horcrux—suatu cara untuk mencapai keabadian dengan membagi jiwa sang pemilik dan menaruhnya ke dalam objek tertentu. Sinting, Regulus sendiri bergidik mendengarnya pertama kali, tetapi kalau ada penyihir yang cukup sinting untuk melakukan itu, ya itulah Voldemort

Regulus rasanya ingin mengutuk semua orang dan semua hal di dunia—Voldemort, yang menyusahkan hidup semua orang dan memperparahnya dengan mengabadikan dirinya itu; Walburga karena telah menjadi ibu yang gagal; Orion karena tidak pernah melakukan apapun dan hanya diam melihat perlakuan Walburga; James yang akan selalu dibencinya karena dapat menjadi apa yang Regulus tidak bisa untuk Sirius, saudara yang baik; dan Sirius karena telah meninggalkannya. Menyedihkannya lagi dari orang-orang tersebut hanya tiga yang benar-benar ingin ia seret mati saat ini. 

Sesampainya di gua ia terus memikirkan kelima orang tersebut dan mereka semua juga muncul di benaknya di tempat tersebut, mengatakan banyak hal, menghinanya, meneriakinya, memakinya bahkan ketika Kreacher menyuapinya air dari cekungan. Regulus merasakan banyak hal di saat yang bersamaan dan kepalanya sakit luar biasa tetapi pikirannya terasa sedang melayang, samar-samar ia mendengar tangisan Kreacher yang sudah berhenti memaksanya meminum air.

“Master Regulus!”

“Kreacher, temanku.” Tangisan Kreacher semakin hebat. “Tinggalkan aku, jangan beritahu siapapun tentang ini—jangan beritahu ibu dan ayah. Berjanjilah kau akan menghancurkan kalung itu bagaimanapun caranya.”

Setelahnya ia tidak dapat mendengar balasan Kreacher, hanya samar-samar merasakan keberadaan sang peri rumah menghilang setelah beberapa waktu. Regulus merasa haus, sangat haus, maka ia merayap menuju tepi pulau kecil di tengah danau itu. Jemarinya bersentuhan dengan permukaan, saat itu juga ia ditarik menuju kegelapan di kedalaman. 

Kakak, kau lihat aku? 

Sebelum Regulus sepenuhnya terbenam, ia menangkap kilauan-kilauan terang di angkasa, tangannya tergapai ke atas seolah ingin meraih lalu terjatuh.

Kali ini aku tidak melarikan diri, kan?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top