≧ Peri Cintaku - Ziva Magnolya
Jalan Yang Berbeda
Peri Cintaku - Ziva Magnolya
Story by azaleeiya_kirmizi
Fang x Yaya (BoBoiBoy Galaxy) (c) Monsta Studio
Warn: College!AU
-------------------------------------------
Begitu sulit untuk Fang melepaskan atensinya pada gadis berhijab merah jambu, Yaya. Gadis itu begitu lincah membantu mahasiswa untuk mempersiapkan bazar murah sebagai program kampus mereka. Begitu selesai satu urusan, Yaya mencari lagi hal yang bisa ia kerjakan, tidak membiarkan hanya diam saja melihat.
“Tidak apa, Yaya, kamu istirahat saja dulu. Bukannya aku menolak bantuanmu, tetapi aku tidak mau kamu kelelahan,” tukas Nana yang merasa sungkan dengan kebaikan Yaya.
Yaya segera menengah, “Aku baik-baik saja, sungguh.” Dia tersenyum untuk menenangkan Nana. Toh, dia sendiri yang ingin, bukan paksaan dari teman-temannya. Gadis itu masih kukuh dengan pendiriannya. Sepertinya jika diam, dia akan gatal sebadan-badan.
Yaya, si baik hati dan pantang pamrih ketika menolong, begitulah julukannya. Bukan sekadar hiperbola, tapi Yaya memang selalu melakukan hal kebajikan, kecuali resep biskuitnya masih sulit dimengerti dan sifat sedikit pemaksa itu timbul. Dan Fang yang menjadi salah satu pemuda yang terpikat pada pesona Yaya tersebut. Secara bisa dibilang sifatnya dengan si gadis bertolak belakang, Fang tidak ingin repot dan disuruh-suruh, serta arogan. Sungguh berbeda sekali dengan Yaya.
Sayang seribu sayang. Memiliki Yaya seutuhnya sangat jauh dari kata mungkin. Alasannya? Karena agama Fang tidak sama dengan Yaya. Dari sana saja sudah terlihat kemustahilannya.
Ketika sudah ada rasa, tetapi itu tidak mudah untuk diungkapkan. Dari yang tidak satu iman pun Fang sudah tahu bahwa tidak ada harapan lagi yang tersisa. Namun, itu terasa sulit untuk diabaikan begitu saja. Perasaan asing itu merambat masuk. Jelas-jelas itu hanya akan menyakiti diri sendiri. Badut memang.
Plak!
Keplakan pada bahu Fang didapatkan dari BoBoiBoy yang merasa kesal karena Fang dari tadi hanya melamun tidak jelas.
"Yeee, ini anak malah asyik lihatin para cewe, bukannya bantuin bawa barang," ucap taruna bertopi oren terbalik itu. Tidak terima dengan Fang yang keasyikan santai, sementara dirinya sibuk.
Fang menatapnya sengit. Mengganggu kesenangan orang saja, batinnya menggeram. "Kenapa? Iri, ya, dibabuin terus?" Berakhir dengan meledek BoBoiBoy.
Memang, ya, menghadapi manusia sejenis Fang itu harus punya kesabaran tinggi, tanpa batas kalau bisa. Sebab rata-rata jika berhadapan dengannya akan diuji ketahanan tempramennya.
"Apa, sih? Enggak nyambung," cibir BoBoiBoy, "lagian kamu lihatin siapa sampai serius begitu?"
Mata dengan warna mendekati Fang kembali menorehkan perhatiannya pada Yaya. Lagi-lagi terlarut akan imajinasi. "Lihatin Yaya. Dia cantik banget, sumpah."
Jawaban Fang sontak membuat iris hazel BoBoiBoy membulat. "HEH, SADAR! Aku sebagai tetangganya sekaligus temannya Yaya sejak pakai popok, bukannya melarangmu berdekatan sama dia, tapi kalian itu beda agama," ujar BoBoiBoy untuk mengingatkan kepada teman sekaligus rivalnya tersebut.
Sudah jelas, bukan? Dilihat dari mana pun persentase Yaya menerima Fang itu sangat sedikit. Perempuan itu begitu taat pada agamanya dan Fang juga mana mungkin meninggalkan kepercayaannya; silakan jika ingin langsung dikeluarkan dari daftar Kartu Keluarga.
"Hish, melamun lagi. Fang, ayo cepat bantu bawakan kardus minyak, masih banyak itu," ucap BoBoiBoy menegur kembali.
"Iya, iya, cerewet amat jadi cowo."
***
Hari banyak berganti, tidak sadar sudah bertemu beda bulan kembali. Waktu berlalu dengan cepat. Namun, sialnya rasa suka Fang pada Yaya bukannya meluruh saat mendapat wejangan kesekian kali dari BoBoiBoy selaku tetangga sang gadis, justru semakin menguat dan perasaan ingin memiliki pun ikut muncul.
Sampai pada saat Fang sudah tidak menahan lonjakan di dalam kalbunya, ia mengajak Yaya untuk bertemu, mengungkapkan segala yang tersimpan kuat di hati. Yaya sedia mengabulkannya, asal di tempat umum karena dia takut ada fitnah jika hanya berduaan.
Kafe pun menjadi tempat pilihan keduanya. Setelah masing-masing mendapatkan minuman yang sudah dipesan sebelumnya, Fang pun memberanikan membuka suara.
"Jadi begini, Yaya. Aku ... aku ada sesuatu yang harus dibicarakan sama kamu." Nada suara Fang sedikit bergetar.
Dengan sabar Yaya menunggu kelanjutan ucapan Fang. Mungkin saja, 'kan, itu sesuatu yang serius untuk disampaikan.
"Sebenarnya, aku menyukaimu. Entah aku ingat sejak kapan, perasaan ini terus membayang-bayangi hidupku, kau tahu?"
"Tapi, Fang--"
Fang meletakkan jarinya di depan mulut, mengisyaratkan Yaya untuk diam. "Jangan menyelaku dulu Yaya, biarkan aku tuntaskan apa yang ingin aku ungkapkan," ulasnya, "bukankah cinta itu anugerah? Tapi ... kenapa terasa seperti musibah, ketika terjadi perbedaan di antara kita?"
Yaya bingung bagaimana menanggapinya. Dia pun terkadang diam-diam memperhatikan Fang, sebatas rasa tertarik karena ia cepat sadar bila dirinya dengan pemuda itu tidak mungkin bersatu.
Mana ada yang berani merebut hamba dari Tuhannya. Itu sama saja penentangan super besar, kecuali salah satunya rela balik kanan dan berpindah keyakinan jika mampu menanggung konsekuensinya nanti.
"Aku cuma mau membicarakan itu. Tenang saja, aku tidak mengharapkan kau membalasnya, Yaya. Setelah ini aku akan lega tanpa ada yang terasa membebani hati," final Fang.
"Maaf, Fang ...."
Cinta tidak perlu dipaksakan, apalagi sampai ke tahap memiliki jikalau berakhir melukai semata. Itu akan menjadi cinta yang menyakitkan. Dengan begini Fang bisa merasa bebas, melupakan perasaan terlarang yang pernah hinggap.
Jika saja diizinkan menjalin cinta dengannya yang berbeda agama, pasti aku akan sangat merasa bahagia.
~ Finish ~
A/N: Terima kasih sudah membaca cerita absurd ini, tapi aku harap isinya tidak terlalu mengecewakan, ya!
Temanku yang baik hati, bolehkah aku meminta kritik dan sarannya setelah engkau membacanya? Aku sangat berharap mendapatkannya dari teman sebaik kamu UwU
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top