≧ Melancholic - Junky ft. Kagamine Rin
Bittersweet
Melancholic - Junky ft. Kagamine Rin
Story © iC0ffeeU
Iizuna Tsukasa x OC (Haikyuu!! © Furudate Haruichi)
***
"Aku pulang."
Tsukasa melepas sepatu dan meletakkannya di rak. Iris monokromnya mengedar ke seluruh penjuru ruang tamu, tidak ada tanda kehadiran sang istri.
Lelaki berusia 25 tahun itu menghela nafas berat. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi sang dara belum pulang. Pekerjaannya sebagai seorang dokter kandungan memang sedikit menghambatnya untuk pulang tepat waktu.
Tidak, meski ia memiliki waktu luang untuk pulang cepat, wanita itu tidak akan meluangkan waktunya untuk menghabiskan sisa hari bersama sang suami. Sang pirang hanya akan memasak makan malam, kemudian mereka makan bersama. Tidak lebih, tidak kurang.
Tsukasa melepas jaket dan menggantungnya di gantungan baju. Semua cara sudah ia lakukan untuk menarik perhatian lebih dari sang istri, termasuk mengacak-acaki perabotan dan tidak meletakkan barang secara teratur. Hasilnya nihil, tidak mempan. Wanita itu tidak menegur, melainkan tersenyum tipis seraya membereskan semua kekacauan yang pria itu ciptakan. Bukan atensi lebih (lebih tepatnya, omelan) yang ia dapat, malah rasa malu yang menyapa dirinya.
Ia melangkah ke dapur, mendapati memo (seperti biasa) tercantum di pintu kulkas. Tanpa Tsukasa harus baca pun ia sudah tahu apa isi dari memo itu. "Tsukasa-kun, aku akan pulang malam. Aku sudah memasak makan malam untukmu, tinggal dihangatkan saja. Maaf ya." Lalu akan ada nama dari sang penulis di penghujung kalimat, Himawari Iizuna. Ayolah, wanita itu bahkan menulis nama lengkapnya! Padahal, memangnya orang mana lagi yang bernama Himawari di rumah ini?
Tsukasa memanaskan kare dan sup miso yang telah ia keluarkan dari kulkas. Nasi hangat sudah tersedia, menunggu untuk dimasukkan ke piring. Tidak butuh waktu lama untuk semua makanan sudah siap di meja makan.
Satu sendok penuh isi kare dilahap. Enak, itu sudah pasti. Namun, selalu menyisakan perasaan ganjil pada lubuk hatinya.
"Aku ingin makan bersamanya."
***
Keduanya bersama karena perjodohan dari kedua orang tua mereka. Awalnya, Tsukasa giat memprotes pada orang tuanya. Namun, Himawari menyanggupi keinginan sang ayah begitu saja. Tanpa bantahan seperti yang Tsukasa lakukan. Meski giat melancarkan argumen, tapi pernikahan tetap tidak dapat dihindarkan.
Pada awalnya, Tsukasa tidak terlalu memedulikan wanita yang kini sudah berubah marga menjadi Iizuna. Mereka tinggal di satu rumah, tapi tidak berati mereka juga tidur di satu kasur yang sama. Tsukasa tidur di kamar utama, dan Himawari tidur di kamar lain yang berada di lantai atas.
Tsukasa, awalnya tidak peduli. Namun, setelah seluruh perhatian yang Himawari tuangkan untuknya selama satu tahun, pria itu luluh, dengan polosnya memercayai bahwa Himawari merasakan perasaan yang sama. Kini, sang monokrom hanya bisa tertawa pada dirinya yang dulu.
Himawari membangunkannya, mengucapkan selamat pagi padanya, lalu membuatkan sarapan yang enak. Wanita itu juga ada ketika dirinya sedang membutuhkan emotional support. Memeluknya, mengusap kepalanya, dam berkata semuanya akan baik-baik saja. Apa dia adalah pria yang lemah karena sudah jatuh karena hal seperti itu?
Tsukasa awalnya tidak peduli, tidak berpikir bahwa suatu saat nanti, Himawari akan pergi dari sisinya karena status pernikahan mereka. Namun, semuanya berubah ketika ia melihat seorang pemain voli terkenal dari tim Argentina, Oikawa Tooru, berbicara akrab dengan istrinya. Tsukasa tidak pernah melihat istrinya tertawa lepas, lalu melontarkan candaan dengan bebas padanya.
Tsukasa selalu bertanya padanya, tapi jawabannya selalu sama, tidak ada yang berubah. "Dia hanya adik kelasku saat di SMA dulu, kok. Kami memang akrab, tapi aku hanya menganggapnya sebagai adikku, tidak lebih."
Alisnya mengerut, semakin dipikir, kesal semakin dirasa. Tidak heran jika bola voli berkecepatan tinggi mengenai telak wajah tampannya.
***
"Tsukasa-kun, kenapa bisa jadi seperti ini?"
Jemarinya telaten mengobati lagi wajah lebam sang suami. "Aku nggak bisa menghindar dari bola maut Sakusa." Ringisan kecil lolos dari mulutnya. Himawari lantas memelankan geraknya.
"Sakusa-kun? Ah, MSBY Black Jackals ada latihan tanding dengan Deseo, ya?" Anggukan sebagai jawaban singkat. Himawari tersenyum kecil, "Tsukasa-kun sedang banyak pikiran? Kamu bisa menceritakannya padaku, kok."
Himawari memang definisi dari istri pengertian dan rendah hati. Hanya satu kekurangan sang wanita, dia sama sekali nggak peka.
Tsukasa menggeleng, "Nggak kok, aku memang nggak fokus aja tadi." Himawari tidak mengalihkan fokusnya dari luka Tsukasa, "Begitu, ya."
"Minggu ini, kamu ada waktu luang, nggak?"
Himawari menggeleng pelan, "Maaf, Tsukasa-kun. Aku nggak bisa pergi bersamamu." Nadanya terdengar kalut. Tsukasa tersenyum tipis, "Oke, lain kali, ya?"
***
Iizuna Tsukasa adalah pemain voli profesional dengan kemampuan yang tidak perlu diragukan lagi. Kemampuannya dalam mengatur bola untuk tim, block, dan membaca arah pandang dan pikiran musuh lebih dari patut untuk diacungi jempol.
Meski begitu, kemampuannya dalam membaca musuh, tidak dapat digunakan pada Iizuna Himawari. Dia tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkan sang istri. Kehidupan yang ia miliki sebelum menikah, hobi, bahkan hal sepele seperti makanan yang disukai karena sang dara selalu memasak makanan kesukaan Tsukasa.
Maka dari itu, Tsukasa selalu membelikannya makanan take-out ketika pulang latihan. Apapun yang menarik di matanya akan ia bawa pulang. Mulai dari makanan "cantik" seperti cake, hingga makanan supermarket biasa seperti natto. Semuanya dimakan Himawari tanpa ada ekspresi khusus yang mengesankan. Sang pirang tidak menunjukkan ekspresi jijik atau tersenyum lebar hingga matanya berbinar. Dia selalu mengatakan "enak!" dan "terima kasih, Tsukasa-kun!"
Tsukasa sedikit kesal, tapi ia menikmati senyum manis nan cerah yang Himawari tunjukkan padanya. Rasanya, usahanya sia-sia tapi tidak sepenuhnya sia-sia.
Tapi, fakta bahwa Himawari tersenyum seperti itu pada semua orang membuat hatinya mengganjal. Tidak, Himawari bereaksi seperti itu pada semua orang, menunjukkan reaksi seperti yang diharapkan sang lawan bicara.
***
Ada juga saat dimana Tsukasa sudah muak dan tidak peduli lagi dengannya. Bertekad untuk tidak merespon apapun jika Himawari berbicara atau bertanya sesuatu padanya.
Hasilnya, Tsukasa meneguk ludahnya sendiri. Dia yang memulai percakapan duluan setelah 3 hari terlewat tanpa komunikasi sama sekali.
Sejak itu, dirinya baru sadar bahwa selama ini dirinya lah yang memulai percakapan duluan.
Lelaki itu menatap punggung istrinya yang sedang memasak makan malam. Kapan ya wanita itu akan melihatnya sebagai sosok suami, pria yang akan bersama dengannya hingga penghujung hidup? Tsukasa tidak ingin hubungan bermain peran dengan perasaan yang bertepuk sebelah tangan seperti ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top