(6) Susah

Kaka menduduki bangkunya dengan cepat. Dia baru saja dihadang oleh orang aneh. Tak tanggung-tanggung, orang itu juga mengajukan sejumlah pertanyaan tentang dirinya.

"Nama lo Ka, kan?" Pertanyaan pertama yang Kaka terima. Kaka hanya menatap datar cowok itu, bisa-bisanya dia memangkas nama Kaka menjadi Ka.

"Lo belum ngucapin makasih buat gue," ujarnya lagi. Apa-apaan itu? Kaka sama sekali tidak pernah merasa meminta bantuan kepadanya. Untuk apa Kaka berterima kasih?

"Lo kenapa sih? Sariawan?" tanyanya. "Kalo orang nanya itu, ya dijawab!"

Kaka mengalihkan pandangannya ke belakang mobil, beberapa motor tampak sedikit kesusahan melewati gerbang. Ada apa ini? Kenapa tidak ada yang berani menegur cowok aneh itu? Sudah jelas-jelas dia mengahadang jalan masuk.

"Minggir," ucap Kaka pada akhirnya.

"Hah?" Sama seperti pertemuan pertama, hanya itu respons yang ia dapatkan. Kaka menghela napas ogah, bagaimana mungkin dia tidak tahu cara membuat makhluk astral itu menghindar dari depan gerbang. Masih dengan merasa bodoh, Kaka berjalan menjauhi gerbang.

"Woi!" Tepat sekali. Cowok itu menginjak gas dan otomatis jalan masuk terbuka lebar. Tanpa memedulikan teriakan anehnya, Kaka langsung menuju kelas.

"Ka," panggil Aldo--teman sebangku Kaka, "lihat PR dong!"

Kaka menggeleng samar. Tentu saja dia tidak mau memberikan sontekan. Bukan, bukan karena dia telah bersusah payah mencari jawaban. Dia cuma tidak mau teman-temannya selalu malas-malasan dan menyalin miliknya terus-menerus. Bagaimana bisa mereka menjadi orang sukses?

Aldo terus mendesak, hingga guru mata pelajaran memasuki kelas. Dengan bibir yang dikerucutkan, Aldo terus mengumpat untuk Kaka.

"Baiklah, PR minggu lalu silakan dikumpul ke depan! Akan saya periksa setelah saya memberikan sedikit materi," perintah bu guru.

"Ka, gimana ini? Gue baru nomor dua," lirih Aldo. Kaka hanya mengangkat bahunya, tidak peduli. Ngapain aja dia dirumah? batin Kaka.

"Kita sudah mempelajari tentang Prosedur Penanganan Surat Masuk Sistem Kartu Kendali, itu artinya kita akan memasuki materi baru. Yaitu...." Beliau melirik buku paket di hadapannya. "Sistem Penyimanan. Ada yang tahu, sistem apa saja yang digunakan dalam penyimpanan arsip?"

Kaka mengangkat tangan dengan cepat. Setelah dipersilakan, Kaka langsung menjawab, "Terdapat empat jenis sistem penyimpanan arsip. Yang pertama sistem abjad, sistem geografis, sistem nomor, dan yang terakhir adalah sistem subjek."

"Bagus!" Suara tepukan gemuruh terdengar seantero ruangan. Meski sudah sering melakukannya, tetap saja semua orang terpukau ketika menyaksikan Kaka dengan lantang menjawab pertanyaan. Entahlah, mungkin karena Kaka adalah pribadi yang pendiam, sekalinya bersuara adalah mejawab pertanyaan guru.

>>¤<<

Waktunya istirahat. Seperti biasa, Milo sudah duduk di kantin bersama dua sahabatnya. Berbeda dengan Milo yang ada di rumah, Milo di sekolah lebih banyak bicara--tidak merana. Tentu saja, Milo tidak mau kedua sahabatnya tahu jika dia mengalami kesulitan dalam manaklukkan target.

"Guys, bumi itu bulat apa datar, sih?" tanya Dinar di sela-sela acara makannya.

"Emang kenapa?" sahut Milo, "Tumben lo mau ngurusin yang bulat-bulat."

"Ambigu banget, semvak!" Reza melempar sebici kacang ke arah Milo.

"Di instagram rame banget, ada yang bilang datar, ada yang bilang bulat."

"Udah, mau bumi itu datar, bulat, lonjong, terserah. Yang penting kita masih bisa napas!"

"Tumben lu bijak," celutuk Reza pada Milo. Mereka spontan tertawa, tanpa memedulikan suasana kantin yang cukup ramai. Saat tengah sibuk tertawa, mata Milo menangkap siluet seorang cowok yang tengah duduk di pojokan.

Kayak kenal, batinnya.

"Guys, guys!" panggil Milo. "Lihat!"

Reza dan Dinar menoleh, mengikuti arah telunjuk Milo.
"Ada apa?" kata mereka kompak.

"Itu, yang di pojokan lagi baca novel. Lihat, kan?" Mereka mengangguk tanda melihat. "Nah ... itu target gue."

"Hah? Yang lagi baca novel itu? Ganteng banget, Lo!" puji Dinar, yang mendapatkan jitakan keras dari Reza.

"Kalian tunggu di sini, gue mau beraksi!" Milo membenarkan posisi dasinya dan melangkah gontai ke arah pojokan. Milo duduk tepat di hadapan Kaka, tanpa melepaskan senyum manisnya.

"Ka," panggil Milo. Kaka menoleh sekilas dan kembali fokus ke arah bukunya. Ni anak kenapa, sih? Milo membatin.

"Jadi bener ya, nama lo Ka? Ka aja?" tanya Milo dengan polosnya. Kaka menatapnya datar dan melepaskan novel dari tangannya. Milo mengerjap, dia terpesona dengan bola mata cowok itu. Benar-benar mirip dengan mata kucingnya.

"Lo kenapa sih? Aneh banget." Milo jengah, dia paling tidak suka dikacangi seperti ini. Kaka menghela napas, kemudian menunduk--melirik ke arah dadanya. Oh, dasar Milo si Lemot! Ternyata itu adalah kode darinya, kode untuk melihat name tag di seragam batik Kaka.

"Kaka Fernando." Milo mengeja tulisan yang tertera di sana. "Oh, nama lo Kaka? Kirain Ka aja."

Kaka bangkit dari duduknya, dan melangkah meninggalkan kantin.

>>¤<<

Kaka berdiri tegap di depan gerbang, menanti kedatangan bus di tengah teriknya cuaca. Butir-butir keringat menghiasi wajahnya, membuat siapa pun yang melihat akan terpesona. Di tengah aktivitas menunggunya, tiba-tiba terdengar suara klakson dari belakang. Sontak saja Kaka menoleh, karena suaranya begitu nyaring. Oh pantas saja, klakson mobil ... mobil itu lagi.

"Ngapain di sini?" tanya cowok yang sama sekali tidak Kaka kenali. Siapa lagi kalu bukan Milo?

"Belom balik?" tanyanya lagi. "Oh ... lo lagi nunggu kendaraan umum?"

Kaka terus mengabaikannya, lebih baik dia fokus ke arah jalan. Dia tidak mau kelewatan bus, bisa-bisa semakin lama dia pulang.

"Mau bareng enggak? Rumah lo di mana?" Milo menjalankan modus lagi. "Buruan, daripada lo panas-panasan di sini! Kalo nebeng sama gue kan enak, selain dingin mobil gue ju--"

Belum sempat Milo menyelesaikan kalimatnya, Kaka sudah melompat ke dalam bus kota. Lagi dan lagi, Milo dikacangi oleh si Papan Triplek. Ternyata benar, taruhan ini tidak semudah yang dia kira.

>>>¤<<<

Kok akhir-akhir ini males banget ya, main wattpad. Sekali main pun cuma baca-baca aja. Hm :(
Okelah, sampai jumpa di next chapter :)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top