Bab 6

Beberapa waktu telah berlalu, Melvin semakin merasa tidak tahan berada di dalam lemari. Ia mengintip melalui celah pintu untuk melihat keadaan di luar sana dan ternyata dua manusia yang sejak tadi asyik nonton tanpa mempedulikannya sudah terlelap dalam tidur.

Dengan perlahan Melvin membuka lemari dan berjalan keluar dari sana. Ia menghela nafas lega saat ia berhasil keluar dari kamar Felyn dengan selamat.

Diliriknya jam dinding yang ada di ruang tamu dan ternyata waktu telah menunjukkan pukul 18.00. Karena dirasa sudah saatnya makan malam, Melvin pun berjalan menuju dapur dan mulai berkutat dengan alat alat masak disana.

Setelah beberapa saat, beberapa hidangan untuk makan malam sudah tersaji di meja makan. Setelah memakan bagiannya dan mencuci piring bekasnya, Mevin meraih sebuah kertas memo dan bolpoin yang terletak di meja makan. Setelah selesai dengan urusannya, Melvin pun memilih untuk keluar dan mencari udara segar.

***

Felyn mengerjapkan matanya perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Diliriknya jam dinding yang menunjukkan pukul 18.30. Dengan perlahan ia bangkit agar tidak membangunkan Ana, saat ia hendak membasuh mukanya di kamar mandi tiba tiba ia teringat pada seseorang yang masih berada di dalam lemarinya sekarang.

Dengan cepat ia berjalan menuju lemari pakaiannya dan betapa terkejutnya dia saat tidak mendapati sosok Melvin di dalam sana. Felyn kembali menutup pintu lemarinya dan berlari keluar kamar. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru apartemennya, namun netranya tidak menemukan sosok Melvin dimana pun. Hingga pandangan matanya bertemu dengan makanan yang tertata rapi dimeja makan.
Melvin kah yang masak? gumam Felyn.

Ia berjalan mendekati meja makan dan menemukan sebuah notes yang berisi

*Gue keluar bentar, cari angin. Makan makanannya sebelum dingin*

Felyn mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang ada di sana sembari menatapi notes yang ada di tangannya. Pandangan matanya beralih menatap tajam ke arah makanan yang ada di atas meja. Otaknya mulai berfikir yang tidak tidak.

'Gak mungkin dia ngelakuin ini dengan cuma cuma. Dia pasti naruh racun atau semacamnya di sini ’ batin Felyn.

Namun dengan cepat Felyn menjauhkan segala pikiran nyeleneh yang bersarang di otaknya itu. Felyn menggeleng gelengkan kepalanya. "Stop berfikiran buruk sama orang Felyn, mungkin dia mau balas budi."

"Ya, dia pasti cuma balas budi karena udah gue tolong dan sekarang dia sudah pulang ke rumahnya," ucap Felyn.

"Kenapa lo Fel? Kok geleng geleng kepela? Pusing?" tanya seseorang di belakang Felyn.

Felyn memalingkan wajahnya ke arah orang itu. "Eh, Ana, gue gak papa kok."

"Ohh, gue kira lo kenapa." Ana mendudukkan dirinya di kursi sebelah Felyn. "Tumben banget lo mau masak?"

“Engg itu ... ini sebagai tanda terima kasih gue karna lo mau jenguk gue hari ini," ucap Felyn beralasan.

"Kesambet setan apa lo, kok jadi baik kaya gini?" tanya Ana heran.

"Atau lo masih demam ya?" Ana menempelkan punggung tangannya di kening Felyn.

“Nggak, Na, gue gak papa kok." Felyn menjauhkan tangan Ana dari keningnya.

"Udah deh ,Na, gak perlu banyak bacot yang penting lo dapet makan malam gratis," tambah Felyn.

"Iya juga sih, thanks babe." Ana mencubit pipi chubby Felyn gemas.

"Awsss, sakit bego." Felyn menjitak kepala Ana.

"Gue gak bego ya, sory," ucap Ana tak terima.

"Emang gak bego, cuma gak pinter." Felyn terkekeh pelan.

"Sama aja kali."

"Udah ah, mending kita makan," imbuh Ana.

Mereka pun menyantap makan malam dengan lahap. Selepas makan, Ana pun pamit pulang karena sudah ditelfon mamanya dari tadi. Setelah mengantarkan kepergian sahabatnya hingga ke loby, Felyn langsung kembali ke apartemennya. Tepat saat dia hendak menutup pintu, tiba tiba sebuah tangan menahan pintunya dan menariknya hingga kembali terbuka.

"Melvin? Kok masih di sini? Bukannya lo udah pulang ya?" tanya Felyn heran.

"Kata siapa? Gue kan cuma nulis kalo gue mau jalan jalan cari angin bukan pulang." Melvin berjalan memasuki apartemen Felyn.

Felyn mengikuti langkah Melvin.

"Terus kapan lo mau pulang?" tanya Felyn.

"Lo ngusir gue?" Melvin menatap mata Felyn.

"Iya gue ngusir lo. Gue gak tau siapa lo dan apa niat lo dateng ke apartemen gue, jadi gue gak bisa ngijinin lo berlama lama di sini," ucap Felyn seraya melipat tangannya di bawah dada.

"Gue gak ada maksud tertentu, jadi gue minta lo izinin gue tinggal di sini untuk sementara waktu," ucap Melvin.

"Gak bisa, gue gak bisa percaya sama sembarang orang kaya lo," tegas Felyn.

Melvin melangkah mendekati tubuh Felyn dan mengikis jarak di antara mereka. Matanya menatap lekat manik mata Felyn yang berwarna caramel.

"Gue mohon," ucap Melvin.

Blushh

Pipi Felyn terasa hangat saat jarak antara wajahnya dan wajah Melvin sangat dekat.

'Ahhh cogan gini mana bisa gue tolak,' batin Felyn.

"O-Ok gue izinin lo tinggal di sini sampe besok pagi," ucap Felyn gugup.

"Thanks." Ia lantas membalikkan badan dan mendudukkan dirinya di sofa.

Melihat itu, Felyn pun menyusulnya dan ikut duduk di sebelah Melvin.

"Gue masih bingung, gue gak paham sama apa yang gue alami hari ini. Bisa lo jelasin?" tanya Felyn yang sudah tidak dapat menahan rasa penasarannya mengingat kedatangan Melvin yang misterius.

"Jelasin apa?" tanya Melvin.

"Dari mana asal lo? Dan kenapa lo bisa di depan apartemen gue dalam keadaan terluka?" tanya Felyn.

"Lo gak bakal percaya kalo gue jelasin," ucap Melvin.

"Jelasin aja napa? Masalah percaya atau nggak tergantung gimana cerita lo nanti, masuk akal atau nggak," kata Felyn.

"Lo beneran mau tau?"

"Ya iyalah, udah penasaran banget ini," kata Felyn.

"Sebelum itu lo harus ...." Melvin menggantungkan kalimatnya.

"Harus?"

“Cuci muka dulu, di mata lo ada beleknya."

Sontak Felyn langsung mengusap matanya dan benar saja, benda putih itu ada di sana. Felyn benar benar merasa malu, mungkin wajahnya sudah semerah kepiting rebus sekarang.

Setelah membersihkan matanya, Felyn metatap Melvin tajam dan segera beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
Sementara Melvin, dia tertawa dengan kencang melihat wajah kesal Felyn yang begitu lucu baginya. Dari kamar mandi Felyn dapat mendengar suara gelak tawa Melvin yang menggelegar, membuat amarahnya semakin membuncah.

"Awas lo Melvin," geram Felyn.

Setelah selesai mencuci wajahnya, Felyn segera kembali keruang tamu untuk mendengar penjelasan Melvin. Namun saat ia tiba di sana, yang ia dapati malah sosok Melvin yang sedang tertidur pulas di atas sofa.

"Ck, malah tidur lagi nih anak. Bikin tambah kesel aja," ucap Felyn sebal.

Karena bingung harus melakukan apa sekarang, Felyn pun memilih untuk mendudukkan dirinya di salah satu sofa ruang tamu. Ia meraih remote di atas meja dan menyalakan TV di hadapannya. Hingga beberapa saat kemudian ia ikut terlelap di atas sofa.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat Felyn terbangun karena merasa haus, dengan gontai ia berjalan menuju kulkas dan mengambil sebotol air. Setelah menegak hampir separuh bagian air dalam botol tadi, Felyn berniat untuk pergi kekamarnya dan melanjutkan tidur. Namun ia dibuat kaget saat tidak mendapati Melvin di sofa ruang tamunya.

"Kemana dia? Perasaan tadi masih ada?" gumam Felyn.

Felyn melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk melihat apakah Melvin ada di sana. Namun nihil, kamar mandi itu kosong, tidak ada seseorang di sana.

Saat ia sibuk mencari keberadaan Melvin, tiba tiba ia mendengar seseorang memencet bel apartemennya. Dengan sedikit ragu Felyn menghampiri pintu depan, ia menarik pintu itu hingga terbuka dan menampakkan sosok Melvin di sana.

"Melvin? Ngapain lo keluar malem malem?" tanya Felyn heran.

Melvin hanya menggeleng sebagai jawaban, setelah itu ia langsung berjalan masuk dan kembali ke posisi tidurnya.

Felyn yang masih merasa heran pun menghampiri Melvin dan berniat untuk menanyakan hal yang mengganjal di pikirannya. Namun niatnya itu harus batal saat melihat Melvin yang sudah tertidur.

"Aneh banget nih orang," gumam Felyn.

Tidak mau ambil pusing tentang keanehan yang dialaminya, akhirnya Felyn memilih untuk kembali ke kamarnya dan melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda.

***

Matahari sudah memancarkan sinar hangatnya saat Felyn baru selesai melakukan ritual paginya, kini dia sudah siap dengan seragam putih abu abu yang melekat pas di tubuhnya.

Saat ia turun menuju dapur untuk membuat sarapan, ternyata sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi di atasnya sudah terhidang di meja makan.
Wihh, harum banget, ucap Felyn.

"Ini lo yang buat?" tanya Felyn tidak percaya.

"Bukan," jawab Melvin singkat.

"Lah? Terus siapa?" tanya Felyn bingung.

"Bego." Melvin menjitak kepala Felyn pelan. "Ya gue lah yang buat, emang ada orang selain gue sama lo di sini?"

"Ya kan gue cuma nanya." Felyn mengerucutkan bibirnya kesal.

"Pertanyaan lo unfaedah," ucap Melvin.

"Dasar nyebelin," cibir Felyn.

Setelah itu Felyn langsung memakan sesuap demi sesuap nasi goreng di piringnya tanpa menghiraukan Melvin. Selapas sarapan Felyn menghampiri Melvin yang baru saja selesai mencuci piring bekas sarapan mereka.

"Sekarang lo harus pulang ke rumah lo," ucap Felyn.

"Ok gue bakal pergi." Melvin berjalan keluar dari apartemen Felyn.

Felyn menatap kesal ke arah pintu dimana tubuh Melvin menghilang.

"Gitu aja? Dia gak mohon mohon atau apa gitu?" ucap Felyn.

"Ck gak seru ah, gue kira bakal ada drama seru pagi ini," imbuh Felyn.

Setelah itu ia pun memilih untuk pergi sekolah, ketimbang memikirkan cowok aneh yang baru saja pergi dari apartemennya itu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top