Bab 5
Felyn mengerjapkan matanya pelan, ia merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh keningnya. Saat Felyn mencoba untuk bangkit, rasa pusing menyerang kepalanya membuat tubuhnya kembali terhempas ke atas tempat tidur.
‘Tempat tidur?' batin Felyn kaget, karena seingatnya tadi dia rebahan di sofa sambil nonton drakor. Kenapa sekarang ia bisa berada di atas tempat tidur?
Cowok asing, gumam Felyn.
Dengan cepat ia menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, perasaan lega menyelimuti dirinya saat mendapati tubuhnya masih berbalut pakaian lengkap. Dengan perlahan Felyn bangkit dari tidurnya dan mendudukkan dirinya bersandar pada kepala kasur. Tubuhnya terasa sangat lemas sekarang, kepalanya pun berdenyut sakit.
‘Mungkin ini karma karena gue pura pura sakit, jadinya gue sakit beneran,' batin Felyn.
Felyn hendak turun dari tempat tidur saat tiba tiba seseorang membuka pintu kamarnya.
"Lo udah sadar?" orang itu menghampiri Felyn.
"Lo? Cowok yang tadi pagi ada di depan apartemen gue kan?" tanya Felyn.
"Iya, gue cowok yang udah lo tolong, tadi pas gue bangun, gue liat lo tidur di sofa sambil ngigau gak jelas. Pas gue cek, ternyata lo demam," jelas cowok itu.
"Makasih, udah bawa gue ke sini dan ngerawat gue," ucap Felyn tulus.
"No problem."
"Ngomomg ngomong, nama lo siapa?" tanya Felyn.
"Oh iya gue lupa, kenalin gue Melvin Keano Heleon. Panggil aja Melvin," ucap cowok itu memperkenalkan diri.
Heleon? Kaya pernah denger," gumam Ana.
"Kalo lo siapa?" tanya Melvin.
"Gue Felyn, Felyn Adiba Megantara," kata Felyn.
"Ya udah, sekarang lo istirahat dulu. Gue buatin bubur." Melvin membantu Felyn berbaring dan menarik selimut hingga dada.
"Gue keluar dulu," pamit Melvin.
Setelah itu, ia langsung beranjak keluar dari kamar Felyn. Sementara Felyn, ia mulai memejamkan matanya dan bersiap untuk berselancar di alam mimpi.
***
Felyn menggeliat tak nyaman dalam tidurnya saat merasakan sesuatu mencolek colek pipinya.
"Engggh." Felyn membalikkan badannya dan menutupi wajah menggunakan selimut.
Namun tiba tiba seseorang menarik selimutnya paksa.
"Bisa diem gak sih?" pekik Felyn kesal.
"Gak bisa, lo harus bangun sekarang dan makan."
Suara itu membuat Felyn membelalakan matanya kaget, dengan cepat dia bangkit dan memalingkan wajahnya ke arah sumber suara.
"Loh? K-kok masih ada? Apa gue masih mimpi?" gumam Felyn bingung.
"Awsss," Felyn meringis pelan saat tiba tiba cowok di hadapannya itu mencubit pipinya.
"Sakitkan? Berarti ini bukan mimpi," ucap cowok itu yang tak lain adalah Melvin.
"Gue kira gue cuma mimpi tadi." Felyn menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang.
"Sekarang lo harus makan." Melvin menyodorkan sebuah mangkok berisi bubur berwarna putih.
"Gak ada yang lain? Gue gak suka bubur," rengek Felyn.
"Gak ada, kalo udah sembuh baru boleh makan yang lain," ucap Melvin tegas.
"Gak ah, gue gak mau makan. Gak nafsu." Felyn mendorong mangkok yang disodorkan Melvin menjauh.
"Lo harus makan biar lo bisa minum obat, Felyn."
"Maksa banget lo, ya udah deh sini gue makan," kata Felyn pasrah.
"Good girl." Melvin mengusap pucuk kepala Felyn.
"Apaan sih? Lo kira gue anjing apa?" ucap Felyn kesal.
"Kalo lo mikirnya gitu juga gak papa sih." Melvin mengedikkan bahunya.
"Ihh nyebelin banget deh." Felyn melempar bantal di dekatnya kearah Melvin.
"Iya iya sory, udah cepet makan gue ambil obat dulu." Melvin berbalik dan beranjak pergi dari kamar Felyn, namun suara gadis itu menghentikan langkahnya.
"Eh tunggu," pekik Felyn.
Melvin membalikkan badannya. "Apa?"
"Lo bukan orang jahatkan? Lo gak naruh racun di bubur ini kan?" tuduh Felyn.
"Gue jahat gak ya?" Melvin mengetuk ngetukkan jarinya di dagu.
Felyn meraih ponselnya di atas nakas. "Berani lo macem macem, gue telpon polisi sekarang."
Melvin tersenyum tipis, ia melangkahkan kakinya mendekati Felyn yang tampak ketakutan.
Felyn menodongkan sendok di tangannya ke arah Melvin. "Jangan mendekat!"
Melvin tidak menghiraukan perkataan Felyn, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Felyn. Sementara Felyn, ia memejamkan matanya rapat rapat menunggu hal buruk yang akan terjadi selanjutnya.
"Gue gak akan nyakitin cewek cantik kaya lo," bisik Melvin.
Felyn membelalakkan matanya dan mendorong wajah Melvin menjauh. "Apaan sih, jangan kira gue bakal tertipu sama kata kata manis lo. Inget ya, sekali aja lo macem macem sama gue, gue gorok leher lo," ancam Felyn.
"Ok ok, gue gak akan macem macem, gue orang baik kok," ucap Melvin.
"Gue gak percaya," sergah Felyn.
"Serah lo deh,gue ambil obat dulu."
Setelah itu Melvin beranjak pergi meninggalkan Felyn yang masih memasang wajah kesalnya. Dengan malas Felyn menyuapkan sendok demi sendok bubur kedalam mulutnya. Hingga kini, mangkok itu telah kosong dan bubur putih tadi sudah berpindah tempat ke dalam perut Felyn.
"Nih obatnya." Melvin menyodorkan sebuah pil dan segelas air.
"Ini bukan obat tidur kan?" tanya Felyn yang masih sedikit ragu.
Melvin menghela nafasnya. "Bukan Felyn, lo parnoan banget sih."
Gue tuh cuma "waspada, lo itu orang asing yang baru gue kenal hari ini. Siapa tau lo mau bunuh gue," ucap Felyn.
"Gak bakal," ucap Melvin meyakinkan.
Felyn memicingkan matanya, ia masih tidak percaya pada lelaki di hadapannya itu. Dengan ragu ia menelan obat di tangannya dan meneguk air di gelas hingga tandas.
"Gimana ada yang sakit? Atau lo ngerasa kaya mau mati?" tanya Melvin.
Felyn menggeleng. "Gue ngerasa enakan sekarang, thanks ya."
"Gue bilang juga apa, gue bukan orang jahat," ucap Melvin.
"Siapa tau ya kan? Apa salahnya berjaga jaga."
Setelah itu ia meraih ponselnya untuk melihat jam dan ternyata sekarang sudah pukul tiga sore. Saat Felyn hendak kembali berbaring tiba tiba ponselnya berbunyi menandakan adanya pesan masuk. Dengan malas Felyn membuka pesan itu yang ternyata dari
Ana.
Ana
Gue ada di depan apartemen lo, bukain dong.
"What?" pekik Felyn setelah membaca pesan singkat dari Ana.
"Ada apa?" tanya Melvin yang sekarang tengah duduk di sofa kamar Felyn.
Dengan cepat Felyn memalingkan wajahnya ke arah Melvin. "Gawat!"
"Gawat? Kenapa?" tanya Melvin bingung.
Felyn turun dari tempat tidur dan menghampiri Melvin. "Gak usah banyak tanya, sekarang lo harus sembunyi!"
"Sembunyi? Kenapa?"
Felyn tidak menghiraukan pertanyaan Melvin, dia sibuk mengedarkan pandangannya mencari tempat sembunyi yang paling aman untuk Melvin.
"Lemari." Felyn memalingkan wajahnya ke arah Melvin. "Lo harus sembunyi di dalem lemari."
"Kenapa?"
"Udah gak usah banyak tanya, pokoknya lo gak boleh keluar dari sana sebelum gue buka lemarinya, ok?" Felyn menggiring Melvin menuju lemari pakaiannya.
“Tapi kenapa?"
"Nanti gue jelasin, sekarang lo sembunyi dulu." Felyn mendorong Melvin agar masuk ke dalam lemari dan menutup pintunya.
"Jangan bersuara," imbuh Felyn.
Setelah itu ia segera berlari menuju pintu depan apartemennya dan membukakan pintu untuk sang tamu yang tak lain adalah Ana.
"Lama banget sih, cuma bukain pintu doang," kata Ana.
"Sory, gue masih di kamar mandi tadi."
"Jadi gimana? Lo udah baikan sekarang?" tanya Ana.
"Gue udah gak papa kok, kan gue udah bilang lo gak perlu ke sini." Felyn menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Tapi gue khawatir sama lo," kata Ana.
"Ahhhh. Jadi sayang." Felyn menyandarkan kepalanya di bahu Ana.
"Oh ya, Mama lo mana? Katanya dia ada di sini?" tanya Ana membuat Felyn kaget.
"Anu ... Mama ada urusan mendadak katanya," ucap Felyn beralasan.
"Kalo Papa lo sama koleganya mana?" tanya Ana lagi.
"Nggg Mereka udah pergi tadi," kata Felyn dengan senyum paksanya. Dalam hati dia berharap Ana percaya pada perkataannya.
"Ohhh, ya udah," kata Ana membuat Felyn menghela nafasnya lega.
"Eh Fel, dari pada kita cuma diem dieman di sini mending kita nobar drakor yuk di kamar lo sambil rebahan," usul Ana.
"Jangan di kamar!" pekik Felyn.
Ana menatap Felyn heran. "Kanapa?"
"Anu ... itu ... kamar gue berantakan," elak Felyn.
"Gak papa kali Fel, biasanya juga berantakan." Ana beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar Felyn.
'Mampus,' batin Felyn.
Dengan cepat ia menyusul Ana memasuki kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, Ana mengernyit heran.
"Rapi gini kok." Ana berjalan ke arah tempat tidur dan merebahkan dirinya di sana.
"Hehehe, gue kira belum gue bersihin. Ternyata sudah," ucap Felyn yang tentu saja sebuah ke bohongan.
"Jadi mau nonton apa nih kita?" tanya Ana.
"Terserah lo aja deh," ucap Felyn.
"Kita nonton movie aja gimana? Biar gak lama," ucap Ana.
"Boleh juga tuh." Felyn menyiapkan laptopnya.
"Train to busan gimana?"
"Nggak ah, nanti gue kebayang bayang pas tidur," tolak Felyn.
“Bounty Hunter?" tanya Ana.
"Boleh tuh, gue juga belum nonton."
"Ok kita nonton itu aja, Bang Limin yang maen," ucap Ana.
Mereka berdua pun memulai acara nontonya, dengan bertemankan camilan yang Ana bawa. Sementara itu di dalam lemari, Melvin menatap kesal ke arah Felyn melalui celah pintu lemari yang sedikit terbuka.
‘Bisa bisanya dia seneng seneng di sana sementara gue menderita di sini.'
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top