Bab 2
Malam minggu adalah malam yang sangat dinanti oleh Felyn, bukan untuk pergi jalan jalan bareng doi tapi karena malam ini dia bisa maraton drakor sepuasnya. Dia tak perlu takut bangun kesiangan dan telat berangkat sekolah karena besok adalah hari libur.
Saat ia hendak bersiap untuk maraton drakor tiba tiba ponsel di atas nakas kamarnya berdering nyaring. Felyn mengernyit heran. Siapa yang nelpon malem malem gini?
Felyn langsung meraih ponselnya dan mengangkat telponnya saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Halo, Ma?" sapa Felyn pada sang penelpon yang tak lain adalah Dera, mamanya.
"Halo Felyn, besok ada pesta ulang tahun perusahaan. Jadi kamu harus ke Bandung malam ini, mama sudah suruh orang buat jemput kamu," ucap mama Felyn to the point.
"Ma, Felyn gak usah dateng ya? Besok ada acara soalnya," kata Felyn mencoba mencari alasan agar ia tidak perlu datang ke pesta perusahaan yang amat sangat membosankan baginya.
"Gak ada penolakan, kalo besok pagi mama gak liat kamu di hotel yang udah mama siapin. Mama gak segan segan motong uang jajan kamu," ancam Dera.
"Kok gitu sih, Ma?" protes Felyn.
"Mama gak peduli, pokoknya mama mau kamu ada di Bandung besok pagi," ucap Dera final.
"Ya udah iya, Ma, Felyn ke Bandung," ucap Felyn pasrah. Setelah itu Mama Felyn langsung memutuskan sambungan teleponnya.
Dengan kesal Felyn membanting ponselnya ke kasur, disusul dengan tubuhnya. Felyn membenamkan wajahnya ke bantal.
Perlahan air matanya mulai melesak keluar dari pelupuk matanya, hatinya kembali merasakan sakit akibat rasa kecewa yang semakin menumpuk di hatinya. Rasa Kecewa karena orang tuanya yang tak pernah ada untuknya, bahkan menelpon pun jika ada perlunya.
Seperti hari ini, jika tidak ada perlunya maka mereka tidak akan menghubungi Felyn walau hanya beberapa detik untuk sekedar memberi kabar.
***
Tepat saat jam menunjukkan pukul delapan malam, mobil yang diutus mama untuk menjemputnya sudah terparkir rapi di loby. Dengan malas Felyn menyeret koper kecilnya dan berjalan mendekati mobil BMW putih itu.
Saat melihat kedatangan Felyn, dengan sigap sang sopir menghampirinya dan mengambil alih koper ditangannya. Setelah Felyn duduk di dalam mobil dengan aman dan nyaman barulah sang sopir melajukan mobilnya menuju hotel yang sudah di booking mama Felyn di Bandung. Perjalanan Jakarta Bandung saat akhir pekan sekitar 7-8 jam itu artinya dia akan tiba di hotel sekitar pukul 05.30.
Karena merasa bosan, akhirnya Felyn memilih untuk melanjutkan maraton drakor. Untung saja dia tidak lupa memasukkan headset dan dua powerbanknya kedalam tas tadi.
Tanpa terasa Felyn sudah menyelesaikan 5 episode drakor berjudul ‘Its ok to not be ok dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 02.00. Rasa kantuk sudah mulai menggelayuti matanya, dengan terpaksa Felyn mengakhiri acara nontonya dan mulai memejamkan matanya untuk tidur.
Saat sedang berselancar di dunia mimpinya, tiba tiba seseorang menggoyangkan tubuhnya dan memaksanya untuk bangun. Dengan berat hati Felyn pun membuka matanya, ternyata orang yang membangunkannya adalah sang sopir.
"Maaf jika saya mengganggu, kita sudah tiba di hotel, Mbak," ujar sang sopir.
"Oh sudah sampe ya, Pak? Makasih sudah dibangunkan." Felyn tersenyum ramah pada sang sopir dan segera turun dari mobil.
Setelah mengambil kopernya, ia langsung berjalan menuju loby untuk chek in. Saat kunci kamar sudah ada di genggamannya, ia pun bergegas menuju kamarnya agar bisa segera mengistirahatkan tubuhnya yang masih di selimuti oleh rasa kantuk.
***
Felyn menarik selimut tebal yang ia pakai hingga menutupi kepalanya saat ia merasakan percikan percikan air yang mengenai wajahnya. Namun tiba tiba seseorang menarik selimutnya dan membuat wajahnya bertemu langsung dengan sinar mentari yang masuk melewati celah gorden.
"Ahh, jangan ganggu napa! Masih ngantuk nih," seru Felyn kesal.
Setelah itu gangguan gangguan yang dirasakannya mulai menghilang dan ia kembali tidur dengan lelap tanpa menyadari bahwa bahaya yang lebih besar sedang mengintainya. Benar saja, beberapa saat kemudian hujan lokal mengguyur wajahnya dan memaksanya untuk segera bangkit dari alam mimpinya.
"Akhirnya bangun juga kamu," ucap seseorang yang tengah berdiri di sisi tempat tidur.
Felyn baru saja hendak melontarkan makian dari mulutnya, namun makian itu tercekat di tenggorokannya saat melihat siapa yang berdiri di samping tempat tidurnya sekarang.
"Mama apaan sih pake nyiram nyiram segala?" kesal Felyn.
"Jika kamu bangun lebih awal, mama tidak akan melakukan ini," ucap Dera.
"Emang Mama peduli? Mungkin Felyn mati pun Mama gak bakal peduli," ucap Felyn sarkas.
"Apa maksud omongan mu itu Felyn? Jelas mama peduli, mama gak mau kamu telat dateng waktu makan siang bareng kolega papa nanti," ucap Dera tegas.
"Hah, bodohnya aku sudah berfikiran Mama bakal peduli, karena nyatanya Mama cuma peduli sama perusahaan dan kolega kolega papa," sinis Felyn.
"Felyn Adiba Megantara, jaga ucapan mu," sentak Dera.
"Felyn bukan keluarga Megantara, jangan sebut nama itu di belakang nama Felyn," sentak Felyn.
"Bisakah kamu tidak membantah ucapan Mama sekali saja?" geram Dera.
Felyn tidak menghiraukan perkataan mamanya, ia langsung masuk ke kamar mandi untuk memebersihkan diri dan menenangkan emosinya dengan berendam.
"Mama tunggu kamu di loby, jam 11.30 kamu sudah harus ada di sana."
Setelah itu, Dera langsung keluar dari kamar dan berjalan menuju Loby. Sementara Felyn, dia hanya menghela nafasnya kasar. Tanpa mempedulikan waktu yang ditetapkan sang mama, Felyn mulai merendam tubuhnya di bath up.
Dia baru selesai dengan acara mandinya tiga puluh menit setelah ia memasuki kamar mandi. Setelah itu ia membongkar kopernya untuk mengambil celana jeans dan kemeja kotak kotak panjangnya.
Setelah selesai berpakaian, Felyn mulai menyisir rambutnya dan mengenakai jedai hitamnya. Ia tidak mengikat rambutnya karena ia baru saja keramas tadi, jadi rambutnya masih basah. Setelah siap ia pun pergi ke loby di mana Mamanya menunggu sekarang.
Dari kejauhan, Felyn dapat melihat wajah kesal Mamanya karena dia telat sepuluh menit dari waktu yang ditetapkan sang Mama.
"Ayo, Ma, Felyn udah siap," ucap Felyn saat ia tiba di dekat mamanya.
"Keterlaluan kamu Felyn, Mama bilang kamu harus sudah di sini jam 11.30. Tapi jam segini kamu baru ada disini. Gara gara kamu kita telat Felyn," ucap Mama Felyn kesal.
"Felyn gak peduli, apalagi cuma telat sepuluh menit juga." Felyn mengikuti langkah Mamanya dari belakang.
"Inikah balasan mu, setelah Mama dan Papa ngerawat kamu dari kecil?" geram Dera.
“Ngerawat? Bukannya Bi Inah yang ngerawat Felyn?" sindir Felyn.
Dera tidak menanggapi ucapan Felyn, dengan cepat ia masuk kedalam mobil di susul Felyn di belakangnya.
***
"Terima kasih sudah berkena makan siang bersama kami," ucap papa Felyn ramah.
"Terima kasih kembali Pak Dior, saya juga merasa senang bisa makan siang bersama pengusaha sukses seperti, Anda," ucap kolega papa Felyn seraya berjabat tangan.
"Kalo gitu saya permisi dulu, Pak," ucap kolega papa Felyn.
"Iya silahkan, Pak," ucap Dior papa Felyn ramah.
Sementara Felyn, ia menghela nafasnya lega saat melihat kepergian kolega Papanya itu. Dengan begitu ia bisa melepas senyum palsunya dan kembali memasang wajah datarnya.
"Ya sudah Felyn kamu bisa melakukan apa pun sesuka mu sekarang, Papa sama ,mama akan kembali ke kantor," ucap Dior.
Felyn menghembuskan nafasnya kasar. "Hanya karena mau makan sama Om om botak itu aku harus bangun sepagi ini."
"Kamu bilang apa Felyn?" geram Dera.
"Felyn bilang, waktu Felyn terbuang sia sia untuk makan bareng Om om botak itu," jelas Felyn.
"Jangan sembarangan bicara Felyn, karena dia kamu bisa hidup sampai sekarang," ucap Dior tegas.
"Felyn hidup karena Tuhan kali, bukan karena manusia serakah itu," cetus Felyn.
"Felyn!" sentak Dior.
"Apa, Pa? Katanya mau ke kantor? Udah pergi sana." Felyn mengibaskan tangannya.
"Tidak punya sopan santun kamu Felyn," hardik Dera.
"Gimana mau punya kalo gak ada yang ngajarin?" sindir Felyn. "Orang tua Felynkan udah gak ada, sementara penggantinya gak becus, cuma uang yang ada di pikirannya."
Setelah mengatakan itu Felyn beranjak pergi keluar dari restauran, tak di pedulikannya teriakan kedua orang tuanya itu. Perlahana ia berjalan menjauhi restaurant tadi, ia tidak tau harus melakukan apa sekarang. Akhirnya ia memilih untuk kembali ke hotel.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top