Bab 13

Jakarta, 2022

Dia melemparkan tas hitamnya ke atas tempat tidur dengan kasar. Hari ini begitu melelahkan baginya, mata kuliah di kampus yang begitu sulit membuatnya pusing. Bukan hanya hari ini saja, hari harinya berubah berat sejak saat itu. Hari dimana ia tiba tiba terbangun di kamarnya yang sudah berubah total. Banyak barang barang baru di sana, letak perabotannya pun berubah.

Sejak hari itu banyak hal baru yang terjadi di kehidupannya. Ia tidak menyangka dirinya akan bertukar posisi dengan dirinya di masa depan. Semuanya begitu berat baginya, terutama kenyataan bahwa orang yang di sayanginya telah tiada.

*Flashback on*

Ia mengerjapkan matanya perlahan saat sinar matahari menyorot wajahnya. Ia bangkit dari tidurnya dan mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur. Pandangannya berkeliling memperhatikan sekitarnya, saat itu dia sadar ada yang aneh dengan kamarnya. Ruangan itu jauh berbeda dari kamarnya yang biasa ia tempati.
Buku buku yang ada di raknya sudah berubah, letak tempat tidur, lemari, meja belajar dan sofanya pun berbeda.

"Gue dimana?" gumamnya.

Saat tengah memperhatikan ruangan itu, netranya tak sengaja melihat sebuah figura yang memajang foto gadis cantik yang amat dikenalinya.

"Diba?" gumam orang itu yang tak lain adalah Melvin.

Ia berjalan cepat menuju meja belajar, diraihnya figura itu dan di tatapnya lekat lekat foto yang terpajang di sana.

"Sejak kapan gue majang foto dia di sini?" gumam Melvin heran.

Saat ia tengah sibuk dengan pikirannya, tiba tiba sebuah teriakan seseorang mengalihkan perhatiannya.

Tok tok tok

"Melvin, kamu sudah bangun sayang?" teriak seseorang di depan pintu kamarnya.

Melvin berjalan mendekati pintu dan membukanya. "Mama?"

"Kamu sudah bangun ternyata, cepat turun teman kamu sudah nunggu di bawah," ucap Dian, mama Melvin.

“Iya, Ma," sahut Melvin.

"Ya sudah, Mama turun dulu." Setelah itu Dian pun pergi meninggalkan Melvin di kamarnya.

Melvin berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, dia memilih untuk menjalani semuanya walau pun ia masih bingung dengan apa yang terjadi padanya sekarang.

Setelah membersihkan dirinya, Melvin pun beranjak menuju ruang tamu di mana temannya menunggu. Namun saat ia melewati ruang keluarga, matanya menatap heran ke arah seorang gadis kecil yang duduk di pangkuan Mamanya.

"Anak siapa?" tanya Melvin singkat.

"Ha? Anak siapa?" tanya Dian yang bingung mendengar pertanyaan anak sulungnya itu.

"Iya," ucap Melvin singkat.

"Dia adik kamu Melvin, masa kamu lupa?" ucap Dian.

"Kapan Mama hamil?" tanya Melvin dengan wajah datarnya.

"Kamu kenapa sih? Kok aneh gitu? Masa kamu lupa, padahal kamu yang nganter mama ke rumah sakit waktu mama lahiran," kata Dian.

“Ohh," jawab Melvin singkat.

Setelah itu ia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi. Sementara Dian, ia menatap heran pada Melvin yang bertingkah laku sangat aneh bahkan sikap diginnya pun kembali muncul.

“Siapa?" tanya Melvin pada seseorang yang duduk membelakanginya di ruang tamu.

"Hey bro, apa kabar lo?" orang itu berjalan menghampiri Melvin dan merangkulnya.

Melvin menatap orang itu datar. "Siapa?"

"Ha? Lo gak tau gue?" tanya orang itu.

"Gak," sahut Melvin singkat.

Orang itu menaikkan satu alisnya. "Lo ada masalah?"

"Bukan urusan lo," jawab Melvin ketus.

"Lo kenapa bro? Kok lo jadi dingin lagi?" tanya orang itu heran.

"Lo siapa?" bukannya menjawab Melvin malah balik bertanya.

"Gue Jery, masa lo lupa?" sahut orang itu yang tak lain adalah Jery sahabat Melvin sejak SMP.

"Jery? Lo keliatan tua," ucap Melvin.

"Ha? Lo juga tua kali Vin," ucap Jery.

"Gue masih SMA," kata Melvin tak terima di bilang tua.

"SMA? Lo udah kuliah Vin, masa lo lupa? lo kenapa sih? Aneh banget tau gak? Lo sakit?" tanya Jery.

"Gak," sahut Melvin.

"Oh ya, gimana rencana lo sama profesor Serawa?" tanya Jery.

"Rencana?" tanya Melvin bingung.

"Iya, lo bilang lo mau minjem mesin waktu profesor Serawa buat balik ke masa lalu. Gimana? Lo jadi berangkat kapan?" tanya Jery.

"Mesin waktu?" tanya Melvin semakin bingung.

“Iya, kan kemarin lo bilang ke gue kalo lo mau pergi ke masa lalu buat nyelametin cinta pertama lo itu," kata Jery.

Seketika pikiran Melvin tertuju pada segala keanehan yang dialaminya hari ini, kamarnya yang berubah dan Mamanya yang tiba tiba punya anak lagi.

"Apa jangan jangan gue lagi di masa depan?" batin Melvin.

"Gue mau ketemu profesor Serawa, lo tau dia di mana?" tanya Melvin.

"Tau, emang kenapa?" tanya Jery.

"Anter gue kesana sekarang juga." Melvin beranjak dari duduknya dan menyeret tangan Jery keluar rumah.

"Kenapa lo tiba tiba mau ketemu dia?" tanya Jery saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Ada yang perlu gue omongin," kata Melvin.

Tanpa banyak tanya lagi Jery mulai melajukan mobilnya menuju kediaman profesor Serawa.

Tok tok tok

Melvin mengetuk pintu rumah profesor Serawa. Setelah beberapa saat, pintu itu pun terbuka dan menampakkan sosok lelaki paruh baya dengan jas putihnya.

"Melvin? Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kemarin kamu sudah pergi dengan mesin waktu?" tanya profesor Serawa terkejut.

“Saya rasa saya bukan Melvin yang anda maksud," kata Melvin.

"Apakah kamu ...  Melvin dari masa lalu?" tebak profesor Serawa.

"Mungkin," sahut Melvin.

Profesor Serawa menghela nafasnya. "Saya tau ini akan terjadi."

"Saya butuh penjelasan," kata Melvin.

"Baiklah silahkan masuk." Profesor Serawa membuka pintu rumahnya lebih lebar dan mempersilahkan Melvin masuk.

Melvin pun melangkahkan kakinya memasuki kediaman profesor Serawa diikuti Jery di belakangnya. Mereka berdua pun mendudukkan dirinya di sofa saat profesor Serawa mempersilahkan.

"Jadi, kemarin Melvin di tahun ini pergi ke masa lalu. Kamu dan dia adalah orang yang sama, jadi kalian tidak dapat berada di waktu yang sama secara bersamaan. Saat dia pergi ke tahun dimana kamu tinggal, maka kamu akan pergi ke tahun di mana dia tinggal. Jadi bisa dikatakan kalian bertukar posisi," jelas profesor Serawa.

"Apakah saya bisa kembali ke masa saya?" tanya Melvin.

"Bisa, waktunya di masa lalu hanya satu bulan. Setelah itu, secara otomatis dia akan kembali ke tahun asalnya, begitu pun kamu. Dia pergi kemarin tanggal 3 Mei, maka ia akan kembali tanggal 3 Juni. Hingga hari itu tiba, kamu akan menggantikan posisi dia di sini," kata profesor Serawa.

Melvin menganggukkan kepalanya. "Baik."

"Saya tau ini mengejutkan bagi mu," kata profesor Serawa.

"Tidak apa apa, saya permisi dulu," pamit Melvin.

"Silahkan."

Setelah itu, Melvin dan Jery pun beranjak pergi dari rumah profesor Serawa.

"Gue butuh bantuan lo," kata Melvin saat mereka baru keluar dari rumah profesor Serawa.

"Apa? Gue bakal bantu lo sebisanya," kata Jery.

"Bisa lo jelasin gimana Melvin yang tinggal di tahun ini," kata Melvin.

"Ok, kita bicarain itu di cafe, gimana?" usul Jery.

Melvin mengangguk sebagai balasan.

Mereka berdua pun berjalan memasuki mobil dan mulai melaju menuju sebuah cafe di dekat sana. Mereka duduk berhadapan di bangku dekat jendela dengan dua gelas kopi di atas meja.

“Dulu pas SMA lo itu dingin banget, tapi lo mulai berubah sejak hari itu. Hari dimana orang yang lo cinta pergi. Lo terpuruk banget waktu itu, lo nyesel karena lo gak sempet nyatain perasaan lo ke dia. Tapi akhirnya lo bisa move on dan ngerubah sikap dingin lo. Tapi lo masih ngerasa bersalah, maka dari itu lo pergi kemasa lalu buat memperbaiki semuanya," ucap Jery panjang lebar.

"Dia meninggal karena apa?" tanya Melvin.

"Bunuh diri, tepat pada tangga 3 Juni 2020 dia mengakhiri hidupnya dengan melompat dari tebing," kata Jery.

"3 Juni?"

"Iya, tepat di hari lo akan kembali ke waktu asal lo," kata Jery. "Gue gak tau apa yang bakal terjadi setelah itu? Apa mungkin dia berhasil ngerubah semuanya?"

"Gue gak tau," jawab Melvin.

"Gue ada satu pertanyaan lagi, lenapa dia bunuh diri?" tanya Melvin.

"Yang gue tau dia pernah ngalami masa sulit di SMA, tapi gue gak tau masalah apa. Gak ada yang tau selain lo yang waktu itu berusaha nyegah dia buat bunuh diri," jelas Jery.

Melvin memijat pelipisnya yang tiba tiba terasa sakit. Semua yang terjadi hari ini begitu mengejutkannya.

"Tenang Vin, gue akan selalu bantu lo di sini." Jery menepuk bahu Melvin pelan.

Melvin menganggukkan kepalanya, mengiyakan ucapan Jery.

*Flashback Off*

Melvin merebahkan tubuhnya di tempat tidur, dia berharap semuanya cepat selesai dan ia kembali ke tempat asalnya dan bertemu cinta pertamanya. Dia ingin menyatakan perasaannya pada gadis itu, dia tidak ingin menyesal karena tidak mengutarakan isi hatinya.

"Gue ingin merubah segalanya, gue ingin terus bersama lo, Diba."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top