Bab 10
Sesuai janjinya sore ini Mevin mengajak Felyn jalan jalan. Sekarang ia tengah menunggu Felyn di ruang tamu dengan bertemankan sebuah koran di tangannya. Selang beberapa menit terdengar suara langkah seseorang di belakang Melvin. Ia pun menolehkan kepalanya, seketika ia di buat terpesona oleh penampilan Felyn. Dia terlihat sangat manis dengan balutan dress selutut bermotif kotak kotak warna putih. Rambutnya dibiarkan terurai hingga ke punggung dengan jepit kecil sebagai hiasan.
"Kenapa? Penampilan gue aneh ya?" tanya Felyn.
"Ha? Nggak kok, gak aneh," sahut Melvin saat ia tersadar dari lamunannya.
"Lo gak ganti baju? Kayanya dari pertama dateng lo pake ini terus." Felyn melihat melvin yang hanya menggunakan hoodie putih dan celana hitam.
"Pas ke sini gue gak kepikiran buat bawa baju," jelas Melvin.
"Ohh, ya udah nanti kita beli," kata Felyn.
"Ha? Gak usah," tolak Melvin tidak enak.
"Gak papa kok, duit gue banyak," ucap Felyn membanggakan dirinya sendiri.
"Ya udah, makasih," ucap Melvin tulus.
"Santai aja, anggap aja sebagai ucapan terima kasih karena lo udah bantuin gue ngerjain tugas kemarin," ucap Felyn.
"Dan karena bantuan lo untuk pertama kalinya gue dapet nilai seratus, seneng banget," kata Felyn antusias.
"Emang lo sebego itu ya? Sampe lo gak pernah dapet nilai seratus?" ejek Melvin.
Felynnberdecak kesal. "Lo bisa gak, gak nyebelin sehari aja?"
"Gak bisa, gue suka bikin lo kesel, lucu." Melvin mencubit hidung Felyn pelan.
"Dasar nyebelin!" maki Felyn.
"Udah ah jangan ngerusak mood gue. Mending sekarang kita berangkat." Felyn melangkahkan kakinya keluar apartemen diikuti Melvin di belakangnya.
***
Kini mereka tengah berada di sebuah toko baju di salah satu mall yang ada di Jakarta. Sejak dua puluh menit yang lalu mereka hanya mondar mandir dengan tangan kosong, mereka belum menemukan satu baju pun baju yang pas. Bukan mereka, tapi hanya Felyn yang tidak menemukan baju yang pas untuk Melvin. Sejak tadi Melvin hanya mengikuti langkah Felyn tanpa ada niatan untuk memilih.
"Ini gimana?" Felyn menunjukkan sebuah kaos hitam berlengan panjang dengan dua garis yang melingkar di bagian sikunya.
Untuk kesekian kalinya Melvin hanya mengangguk sebagai balasan.
"Dari tadi lo cuma ngangguk aja, kasi komentar napa?" ucap Felyn kesal.
Melvin menghela nafasnya. "Semua baju yang lo pilih bagus, lo tinggal pilih salah satu dan kita jalan jalan ke tempat lain."
"Ck ya udah lo aja yang pilih sana, gue tunggu kasir." Felyn melangkah pergi meninggalkan Melvin.
Lagi lagi Melvin menghela nafas lelah, dia mengambil baju dengan asal dan menyusul Felyn ke kasir untuk membayar.
"Wah pilihan lo bagus juga ya. Langsung coba gih, gue tunggu," ucap Felyn saat melihat kaos hitam polos, kemeja kotak kotak putih dan celana hitam pilihan Melvin.
Melvin memutar bola matanya malas. "Ini kan pilihan lo yang tadi, bego," batin Melvin.
Dengan ogah ogahan dia berjalan ke ruang ganti dan mengganti bajunya dengan yang baru. Setelah beberapa saat ia pun selelsai mengganti pakaiannya dan langsung menghampiri Felyn.
"Sekarang mau kemana?" tanya Melvin
"Jalan jalan di taman aja yuk, gue ingin hirup udara segar," ucap Felyn.
Melvin menganggukan kepalanya. "Boleh, gue juga ngerasa gerah di sini."
Mereka pun berjalan keluar mall dan pergi menuju salah satu taman yang ada di dekat sana. Mereka berjalan jalan di sekitar taman itu seraya memandangi orang orang yang juga menghabiskan senjanya di sana.
Saat mereka tengah menikmati keindahan taman itu, tanpa sengaja mata Felyn melihat sebuah poster yag ditempel di tiang listrik yang ada di sana. Ia merasa familiar dengan gambar yang dipajang di sana. Dengan cepat ia menghampiri poster itu utuk melihatnya lebih jelas dengan diikuti Melvin di belakangnya.
"Kenapa Fel?" tanya Melvin yang bingun dengan tingkah Felyn.
"Ini ... lo kan?" Felyn mengalihkan pandangannya ke arah Melvin dengan tangan yang menunjuk ke arah poster tadi.
Melvin mengalihkan pandangannya pada poster itu dan betapa terkejutnya dia saat melihat fotonya terpajang di sana sebagai orang hilang.
“Mirip banget sama lo," ucap Felyn.
"Kok bisa mirip banget ya? seharusnya gue keliatan lebih tua," kata Melvin bingung.
_"Kalian akan bertukar posisi, jika kamu berhasil ke sana berarti kamu menjadi dia di masa itu, umur mu akan berubah mengikuti waktu di sana,"_
Perkataan profesor Serawa yang membantunya pergi ke masa lalu terngiang di benak Melvin. Dia tidak percaya, apa yang di katakan profesor benar benar terjadi. Dia berada di sini dan menjadi lebih muda, sementara dia di masa ini menghilang.
"Gue jadi dia," gumam Melvin.
"Kenapa?" tanya Felyn yang mendengar gumaman Melvin.
"Gue jadi dia, umur gue jadi 17 tahun bukan 19 tahun dan dia menghilang karena gue di sini," kata Melvin.
"Maksudnya? Gue gak paham," ucap Felyn bingung.
"Intinya gue adalah dia yang lagi di cari," ucap Melvin.
"Jadi lo itu dia? Bukan Melvin dari masa depan?" tanya Felyn.
Melvin mengusap wajahnya kasar. "Gue dan dia orang yang sama, bedanya gue dari tahun 2022 dia dari tahun 2020. Karena kita sama maka kita gak bisa berada di waktu yang sama, maka dari itu kita bertukar posisi. Gue dari masa depan gantiin dia di masa lalu dan gue dari masa lalu gantiin gue di masa depan."
"Jadi lo di tahun 2020 ada di masa depan sekarang?" tanya Felyn.
"Kemungkinan iya, tapi gue masih gak yakin," ucap Melvin.
Felyn menganggukkan kepalanya.
"Sekarang kita harus nelpon nomer ini," ucap Melvin.
"Ok." Felyn pun menelpon nomor yang tertera di poster itu.
"Halo," sapa Felyn saat terdengar nada sambung.
"Halo, dengan saya Reza apa anda menemukan adik saya?" jawab seseorang di seberang sana.
Felyn membulatkan matanya, dia mengenal suara itu.
"Re-Reza Feridian Heleon?" ucap Felyn.
"Iya ini saya, apa anda menemukan adik saya?" tanya Reza lagi.
Felyn melirik ke arah Melvin untuk menanyakan apa yang harus ia katakan. Namun bukannya menjawab, Melvin malah merebut ponselnya.
"Halo," sapa Melvin.
"Melvin? Ini lo kan?" ucap Reza.
"Iya ini gue Melvin, ini Bang Reza kan?" tanya Melvin.
"Akhirnya gue bisa nemuin lo, lo kemana aja? Kenapa lo tiba tiba ilang?" tanya Reza.
"Sory, ada sesuatu yang terjadi. Gue gak bisa cerita," jawab Melvin.
"Apa lo kabur karena kejadian malam itu?" tanya Reza.
Melvin mengerutkan alisnya bingung.
"Malam itu?" batinnya.
"Gue ... gak tau," ucap Melvin ragu.
"Ya udah gak papa, yang penting lo udah balik," ucap Reza.
"Lo ada di mana sekarang? Biar gue jemput lo," imbuhnya
"Gue di deket Jl...," ucap Melvin setelah melirik plang bertuliskan nama jalan yang kebetulan ada di dekatnya.
"Ya udah, gue ke sana sekarang."
Setelah itu sambungan telepon pun terputus. Melvin menyerahkan ponsel di genggamannya kepada Felyn.
"Jadi gimana?" tanya Felyn.
"Gue udah nemuin rumah gue, gue yakin setelah ini gue bisa nemuin cinta pertama gue," ucap Melvin yakin.
"Bagus deh kalo gitu, jangan sungkan sungkan minta bantuan gue kalo lo butuh," ucap Felyn.
"Iya, gue akan butuh bantun lo lagi nanti." Melvin mengusap pucuk kepala Felyn.
Tubuh Felyn membeku seketika, desiran aneh yang sering ia rasakan saat berada di dekat Melvin kembali terasa. Namun dengan cepat ia menekan rasa itu, dia sadar Melvin sangat mencintai cinta pertamanya. Dia tidak mungkin berpaling untuk dirinya.
"Jadi ... lo gak tinggal di apartemen gue lagi?" tanya Felyn.
"Iya, gue bakal tinggal di rumah gue sendiri. Emang kenapa? Lo kangen?" tanya Melvin.
"Ha? Ng-nggak kok, ngapin gue kangen lo," elak Felyn.
"Yakin?" Melvin mendekatkan wajahnya ke wajah Felyn.
Blushh!
Felyn dapat merasakan pipinya menghangat, dia yakin pipinya pasti sudah semerah tomat sekarang.
"Ya-yakin," ucap Felyn gugup.
"Kok gue gak percaya ya?" kata Melvin.
"Gue yakin kok!" Felyn mendorong wajah Melvin menjauh. Dia tidak tahan jika harus menatap wajah tampan Melvin dalam jarak sedekat itu lebih lama lagi. Jantungnya bisa copot saking cepatnya jantungnya berdetak.
"Yang ada gue tuh seneng, gak ada yang ganggu gue lagi, gak ada yang jailin gue lagi, gak ada yang bikin emosi lagi. Pokonya gue seneng kalo lo pergi," ucap Felyn dan tentu saja itu bohong karena nyatanya dia sudah mulai nyaman tinggal di dekat Melvin.
"Ya udah kalo gitu gue gak perlu khawatir lo bakal kesepian dan kangen gue nanti," ucap Melvin.
"Dih kepedean." Felyn memukul bahu Melvin pelan.
"Awas aja kalo lo kangen," ucap Melvin.
"Gak bakal."
"Gue pegang ucapan lo."
Tin ... tin!
Suara klakson mobil menghentikan percakapan Melvin dan Felyn. Keduanya sama sama mengalihkan pandangannya ke arah mobil yang berhenti di dekat mereka.
"Melvin!"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top