04. Yang Terlewatkan

Hoaaahhhmm!

Menjelang kencan ke-4 dengan gadis bernama KIM YOOHYEON, Hendery malah mengantuk. Hari ini dia lelah sekali, tugas kuliah seorang mahasiswa di semester akhir seolah tak pernah habis. Bahkan semalam, dia hanya bisa tidur beberapa jam.

Kadang kalau sudah frustrasi begini, Hendery jadi tergoda untuk sukses dengan cara instan, misalnya, memanfaatkan wajahnya yang bak pangeran untuk diadopsi oleh keluarga kerajaan Inggris, atau yang lebih ekstrim, menghabiskan malam Jum'at dengan jaga lilin.

Bukan main, kantuknya tidak tertahankan.

Apa sebaiknya dia batalkan saja, ya?

Ponselnya bergetar, 1 pesan baru masuk ke akun Sinder-nya yang mulai karatan.

"Dery, hari ini kita jadi kan ketemuan di cafe Nectar jam 4?"

Kim Yoohyeon, kelahiran tahun 1997, pertama kali menarik perhatian Hendery berkat wajahnya yang mirip boneka. Dia punya ciri-cirinya; mata lebar, hidung lancip, bibir mungil yang nyaris terkesan tidak sesuai. Jiwa seniman Hendery bangkit karenanya. Hanya dengan memandang foto profil akun Yoohyeon, dia jadi gatal ingin memiliki sebongkah kayu dan mengukirnya saat itu juga. Berani taruhan, Yoohyeon pasti tidak sulit digambar.

Yang mengingatkan Hendery, mana mungkin dia tega menolak gadis ayu ini?

Maka pada gadis itu Hendery mengetik, "Pastinya. Tunggu aku di sana ya."

"Oke. Aku mau main game dulu deh."

Hendery tersenyum membaca balasannya. Dari chat intensif mereka beberapa hari ini, ketahuan bahwa Yoohyeon ternyata tergila-gila terhadap game dan menghabiskan waktu luang dengan memelototi layar ponsel atau laptopnya.

Beda tipislah dibanding kakaknya yang suka bermain dengan boneka Annabelle.

Sambil menguap, Hendery melangkah ke tempat parkir guna menjemput motor kesayangan. Di sana, dia berjemupa Lucas, yang sebaliknya, malah baru datang karena jadwal kuliah siangnya.

"Jadi?" Lucas mengangkat sebelah alis, bertanya.

Hendery mengacungkan jempol. "Hari ini, jam 4. Walaupun ngantuk harus ditahan. Kan cinta butuh pengorbanan."

"Asyiiik!" Tangan Lucas terangkat mengajak tos. "Pulang sana, buruan siap-siap."

"Pulang ke rumah?"

"Ya kalau sekalian mau ke rumah Tuhan nggak apa-apa sih," sahut Lucas ringan, seraya melotot galak. "Minggat sana! Daripada bikin orang naik darah."

Dengan santai Hendery mengedikkan bahunya. "Abisnya kalau mau naik haji harus daftar dulu."

"Bener juga ya! Hahahaha!"

Keduanya masih tertawa saat berpisah jalan siang itu. 2 jam menjelang kencan, Hendery bersenandung riang dan sesekali bersiul gembira. Masih ada cukup waktu, oleh sebab itu dia tidak terburu-buru. Lagipula, ngebut dalam kondisi mengantuk bukan kombinasi yang bagus.

Setiap kali ini terjadi, ritual Hendery selalu sama; mandi, karena mandi pangkal bersih, dan kotor pangkal jorok, memilah-milah pakaian terbaiknya, menyisir rambut, menyemprotkan seliter parfum, dan tak ketinggalan, makan permen penyegar mulut.

Semuanya memerlukan waktu tak lebih dari setengah jam. Kadang dia heran, apa gerangan yang membuat cewek-cewek betah sekali di kamar mandi sampai kerap mengajak temannya ke toilet bersama? Apa mereka sibuk mengagumi diri di cermin? Berburu bakteri? Atau menangisi dia yang tidak peka? Entahlah, masih menjadi misteri.

Iseng, Hendery meraih karya terbarunya, patung singa yang terinspirasi dari tato Lucas, dan meneruskan pengerjaannya di tempat tidur. Proporsi tubuh singa itu agak sulit dikerjakan, namun sejauh ini Hendery cukup menikmati. Bila sudah selesai, ia punya kebiasaan memposting fotonya di media sosial lantas melepasnya jika ada yang menanyakan harga.

Lumayan, bisa untuk tambahan beli sebotol Marjan.

Lama-lama, punggung Hendery yang bersandar pada bantal jadi semakin nyaman. Posisinya sangat ... Pas. Rebahan memang godaan yang sulit diabaikan. Jadi sementara dia memikirkan betapa kaki singanya tampak bengkak sebelah, kelopak matanya justru terasa kian berat. Pisau pahat perlahan-lahan terlepas dari genggaman. Hendery melirik jam; 15.05.

Ah, masih lama.

Letak cafe Nectar kebetulan tidak jauh sehingga ia bisa mencapainya dalam waktu singkat. Kalau ia tidur sebentar, tidak ada salahnya kan? Hanya sebentar kok...

Suara gedebuk keras membuat Hendery mengerjap-ngerjap.

Louis kah itu?

Ya, pasti Loius, karena tidak mungkin Lucas mengeong dengan sangat fasih. Diliriknya lagi jam di dinding, namun jarumnya tidak kunjung bergerak. Pukul 15.05一sama saja.

Hendery berguling ke samping, melanjutkan mimpinya yang meliputi membantu Plankton mencuri resep rahasia Krabby Patty. Tanpa ia sadari, mantel yang ia pilih dengan hati-hati berubah berkerut-kerut. Rambutnya kusut, dan dia mendengkur lembut disertai napas yang teratur.

Capek, tahu, begadang demi tugas. Dosen-dosennya yang sadis sepertinya tidak peduli bahwa kita tidak boleh begadang kalau tiada artinya...

Pikiran Hendery mulai kacau ketika ia terlelap.

"Dery! Dery!" Guncangan tangan besar seseorang menyentakkan Hendery dari jalinan mimpi. Dia bangun, dengan raut terkejut, dan menemukan Lucas yang menatapnya cemas. "Kenapa masih di sini?"

Linglung, Hendery menjawab asal, "Beng-beng dingin ada di kulkas."

"Bukan itu." Dan plak, Lucas memukul dahinya sendiri. "Kamu udah pulang apa lupa sama jadwal kencan?"

"Hah?"

"Jadwal kencan, JADWAL KENCAN! Jangan hah hah mulu kayak orang yang mau jualan keong!"

Belum sepenuhnya melek, Hendery mengusap matanya dan kembali menatap jam di kamar mereka yang bergambar Elsa Frozen. "Soal Yoohyeon, ya? Tenang aja, janjiannya kan jam 4."

"Tapi ini udah jam 7."

"Maksudnya?"

Menggeleng-geleng gemas, Lucas mengeluarkan ponselnya dari saku dan menyorongkannya pada wajah Hendery yang bingung. "Ini udah jam 7 malem. Lihat nih, jam di situ kan mati dari kemarin."

"Oh."

Satu detik.

Lima detik.

Sembilan det一

"WADUH!" Seketika Hendery terburu-buru bangkit, nyaris saja terantuk permukaan pintu. Dengan gerakan kilat dia merapikan patungnya, lalu mengancingkan mantel dalam keadaan panik luar biasa.

Semakin memperburuk suasana, Lucas malah ikut-ikutan kalut dan mondar-mandir menyerupai setrika. "Kunci, jangan lupa kunci motor!"

"Udah."

"Bego, yang kamu bawa centong nasi!"

"Oh iya!"

Sebagai teman yang baik, Lucas masuk lagi ke kamar dan menyerahkan benda yang sesuai pada pemiliknya. "Tuh, tapi mending kabarin dulu si Yoohyeon, tanyain masih mau ketemuan nggak? Dia pasti udah pulang."

"Bener." Kini diungkit mengenai hal itu membuat Hendery diterjang rasa bersalah. Dia meringis, hendak mengetik, kemudian menyadari sesuatu yang menyebabkan jari-jarinya berhenti menari di atas layar.

Akunnya sudah di blokir.

Yoohyeon pasti marah besar dan mengira Hendery sengaja mempermainkannya. Ya ampun. Habislah sudah kesempatan kencan Hendery yang ke-4. Dia terduduk tanpa daya di kursi ruang tamu.

"Jadi?" Lucas mengulangi pertanyaannya yang tadi.

Hendery merosot lemas dan memijat area di antara kedua matanya. "GAGAL!"

Semua ciwi2 di cerita ini kesayangan gua, tapi sebenernya gua masih bingung Hendery ini cocoknya ama siapa sih 😭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top